7| Another

139 16 2
                                    

Sepertinya duduk melamun menjadi suatu kegiatan favorit seorang Diadel Wijaya.

Hanya satu yang ia lamunkan, yaitu sikapnya.

Ia pun bingung dengan sikapnya, bisa saja, ia selalu ceroboh di hadapan Gilang.

Apakah ini Cinta? Selalu saja Diadel menapik pemikiran itu.

Karena pada dasarnya orang yang paling sering kita bohongi adalah diri kita sendiri.

Setelah kejadian kala itu Diadel benar-benar canggung jika harus bertemu dengan Gilang.

Lagi-lagi ia membuat hati Diadel menjadi bergejolak.

Gejolaknya acap kali membawa efek negative pada perkembangan mental Diadel.

"Aku manusia paling bodoh yang ada di dunia ini" selalu saja tega Diadel memaki dirinya sendiri.

Sering kali saat Diadel melamun ia menjadi salah tingkah sendiri saat membayangkan kejadian-kejadian hangat dan memalukan yang 'sering' ia lakukan di hadapan Gilang.

"Ah gue sebel...!" triak Putri yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas dan langsung duduk dengan kasar di bangkunya, sebelah Diadel.

Mukanya langsung saja dibenamkan di atas meja dengan kedua tangannya yang menjadi bantalan.

"lu ini kenapa? Hah? Pagi-pagi udah Hebring[1]" tanya Diadel sebagai responnya.

"ih pokonya gue benci sebel, sebel, sebel, sama orang itu" Jawab Putri dengan mengangkat kepalanya dari tempat peraduannya itu.

"Siapa? Biasa aja keleus!" Diadel mulai geram.

"Kak Gilang" Langsung saja Putri menyambar.

Sejenak Diadel terhenyak, perasaannya menjadi tidak enak, hatinya seperti hampa tanpa isi, kehampaanya terasa sampai di krongkonganya.

"kok lu malah diem sih? Ga penasaran ama cerita gue apa?" wajah Putri mulai memanja, seolah ingin dipeluk.

"I-iya kenap? Kenap kak Gilang?" jawab Diadel senormal mungkin.

"tadi itu gue ketemu kak Gilang, terus lu taukan kalo guwee ngfans banget sama die!" jelas si Putri dengan logat 'alay'-nya dan bola matanya yang mengarah ke atas tiap kali berkata 'gue'

"iya gue tau" Diadel menjawab dengan mengikuti gaya Putri, matanya di arahkan ke atas.

"Dari rumah itu gue udah nyiapin sesuatu buat dia, gue sengaja belin dia perfume, niat gue sih iseng-iseng berhadiah sapa tau diajak nge-date naik sepedah, dan tadi gue kasih itu parfum ke kak Gialng, dan lu tau apa respon dia?" panjang lebar Putri menjelaskan, dan memberi pertanyaan di akhir materi.

"hem?" dengan ogah-ogahan Diadel mencoba untuk merspon curhatan di pagi hari separti mamah Dedeh.

"Dia nolak gitu aja, dengan tan-pa ngo-mong sa-tu katapun, tiba-tiba sikapnya dingin gitu kaya kulkas dua pintu yang di taro di kutub utara bareng bruang-bruang manja, aneh banget del, gue baru tau klo dia itu.. dia itu tega gitu banget yah!" lagi-lagi banyak lepas dari topic pembicaraan,

Sejenak Diadel termenung dalam hati ia berkata "Gilang? Dingin? Dari mana dasarnya?"

"Ah mungkin Cuma perasaan lu aja kali put" Diadel coba menenangkan Putri yang terlihat amat kecewa.

"Perasaan gue gimana orang jelas-jelas dia nolak tanpa ngomong apapun, di cuma gelang-geleng" sejenak Putri memprakteknannya.

"Terus yang bikin hati  adek sakit, waku itu dia senyum-senyum ga jelas gitu, seolah-olah jijik gimana gitu ama gue, ih sebel, gue jadi canggung banget di depan dia" masih saja Putri menjelaskanya dengan rasa kecewa.

DIADELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang