Heart Chapter 5

2.4K 143 7
                                    


DISCLAIMER I don't own Naruto. It belong to MASASHI KISHIMOTO

Sindarin Language. It belong to J.R.R TOLKIEN (Author of The Lord of The Rings)

Aku bukannya putus asa atau takut menghadapi kelamnya dunia... Aku hanya meragukan kemampuanku 'tuk membuat seulas senyum manismu memantul kembali di kornea mataku. Mungkin hanya kau yang paham maksudku untuk melakukan hal tergila dalam hidupku ini. Dan tentu aku tak 'kan pernah menyesalinya. 

.

.

"PRAANGGG!!"

Sebuah tabung reaksi lepas dari genggaman tangan Sakura. Ia terkejut bukan main. Masalahnya dia yakin kalau tadi dia sangat berhati-hati mengenggam tabung reaksi itu. Baru saja dua jam di laboratorium dia telah berbuat gaduh. Sakura menggerutu kesal, padahal ini masih pagi tapi dia sudah hilang konsentrasi.

Ia pun segera membereskan pecahan tabung reaksi tersebut dan mengambilnya satu persatu secara tergesa-gesa.

"Aduh!" pekiknya. Ternyata pecahan tabung yang ia ambil tergores, melukai jari telunjuknya. Dengan cekatan Sakura mengeluarkan jurus medisnya.

Pagi-pagi dia sudah mendapatkan hal buruk bertubi-tubi. Lalu perasaannya tak enak pula, layaknya ada sesuatu hal buruk akan terjadi. Lantas terbersit titik gelap dalam benaknya.

"Mungkinkah, Sasuke-kun...?"

* * *

Pecahan botol berserakan ke lantai, mengusik ruangan yang diselimuti paras hitam pagi itu. Bagaimana tidak? Tsunade teramat kaget dengan permohonan Naruto yang tiba-tiba dan alasan ia memutuskan? Tsunade perlu tahu dulu.

Seperti abu di atas tanggul. Dari matanya saja Tsunade bisa menebak bahwa Naruto sedang dalam keadaan mencekam. Ia menyelam jauh ke dalam mata biru laut yang begitu pekat sendu. Tak ada lagi gairah di dalamnya, yang tersisa hanya puing-puing durja yang terpantul dari mata safir nan elok itu.

Namun Tsunade tidaklah gamang. Ia tetap menepis buruk sangka yang terukir ketika dilihatnya binar-binar luka yang menjerat Naruto.

Tsunade tertawa getir. "Apa barusan kau bilang, Naruto? Maksudmu kau mengkhawatirkan Sasuke 'kan? Kau tak usah cemas, dia sedang dalam perawatan intensif aku dan Shizune. Haah...Naruto. Aku pikir itu terlalu berlebihan..." Ia mencoba mendesersikan fakta yang ada. Ia pandang lagi mata Naruto. Rupanya Naruto sama sekali tak bergeming. Setetes peluh meluncur dari pelipis Tsunade. Apakah kebohongannya terbaca oleh Naruto?

Naruto terkekeh-kekeh seperti sehabis menonton panggung lawak yang sering ada di festival Konoha. Bukan rasa lucu yang Tsunade dapat. Malah ketakutannya makin mencuat kala melihat Naruto terpingkal hebat.

"Baba, kau tak usah berakting layaknya sedang pentas di sebuah drama," alis Naruto mengkisut. Air mukanya berubah menjadi serius. "Aku tahu keadaan Sasuke sedang di ujung tanduk."

Maka tak disangkal pikiran Tsunade langsung porak-parik. Tsunade mengerti, bahwa lambat laun Naruto akan mengetahui perihal yang memang sengaja dipendam untuknya. Lantas Tsunade mencoba berkelit. Pastinya mana sudi ia mengizinkan Naruto mendonorkan jantungnya untuk Sasuke. Ya, pernah sepintas ia berpikir hal ini mungkin akan terjadi. Tapi Tsunade tak menyangka hal ini benar-benar akan terjadi.

The Uchiha Prodigy tak pantas untuk diberi kesempatan hidup, itu pendapatnya. The missing nin yang bergelimpang kiryah, membuat repot semua orang dengan tindak-tanduknya. Bukan maksud Tsunade untuk tidak berperasaan, tapi ia mencoba menggunakan logikanya. Semua orang pasti setuju dengan pendapatnya tersebut. Naruto lebih pantas untuk mendapat kesempatan untuk hidup dibandingkan dengan keturunan Uchiha terakhir itu. Lalu mengapa Naruto begitu keras kepala hingga melakukan hal yang menurutnya gila ini? Mengapa ia rela menderita untuk mempertahankan seonggok daging pongah yang mengkhianatinya?

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang