Luka Pertama

12.6K 490 12
                                    

AUTHOR POV

Goldie memandang dengan kosong kertas-kertas yang berserakan diatas kasurnya, sedangkan sahabat masa kecilnya, si Aiko, yang duduk diseberangnya menatap wajahnya dengan mulut menganga lebar.

"Aiko gak tau lagi monster macam apa Goldie ini... BISA-BISANYA DAPAT 20 JALUR UNDANGAN DARI UNIVERSITAS DALAM MAUPUN LUAR NEGERI! SINTING!" Aiko mengembungkan pipinya saat melihat tatapan tajam dari Goldie yang terganggu dengan teriakkannya. "Sekarang Goldie mau pilih yang mana? Tinggal tunjuk aja tuh!"

"Aku jadi galau sendiri, padahal kan cuma iseng doang loh ikut daftar jalur undangan ini... gak taunya berhasil semua, ya?"

"ISENG?! IKUT JALUR UNDANGAN CUMA ISENG?! GOLDIE SUDAH SAKIT JIWA!" Aiko melotot saat Goldie menyumpal mulutnya dengan kertas. Aiko mengeluarkan gumpalan kertas dimulutnya lalu menatap Goldie semakin geram. "Aiko bahkan gagal di jalur regular. Ini beneran gak adil! Kenapa Goldie gak kasih seperempat prestasinya buat Aiko aja sih? Itu gak bakal ngurangin kepintaran Goldie kok!"

"Aku pengen nerima yang Harvard University." Goldie mengambil salah satu kertas dengan lambang Harvard University dan mengabaikan Aiko yang makin naik darah saja. "Aku pengen jadi penerus Ayah, menjadi salah satu mahasiswa cerdas disana dan menjadi orang sukses dengan banyak ilmu!"

"...Akhirnya Goldie kembali membanggakan sosok Om Oliver, ya?" Aiko tersenyum ketika melihat Goldie yang menatap kertas ditangannya dengan mata berbinar. "Aiko yakin banget pasti Goldie nanti jadi mahasiswa terjenius deh!"

"Amiinn," ucap Goldie. Goldie merapikan kertas-kertas yang berserakan diatas kasurnya sebelum merebahkan diri diatas kasurnya. "Kamu sendiri bakal daftar di universitas apa lagi selanjutnya?" tanya Goldie sembari memiringkan posisi tubuhnya untuk menatap Aiko yang duduk bersila disampingnya.

"Aiko sih pengennya kuliah di UI aja." Aiko menaikkan sebelah alisnya saat melihat Goldie yang tertawa. "Kenapa ketawa gitu? Ngejek, ya?"

"Enggak kok, dih baperan banget." Goldie kembali tertawa saat Aiko memukulinya dengan bantal sambil berteriak kesal. "Hahahaha... berenti atau gak kurestuin sama Rion, ya?" telak. Aiko langsung terdiam dan berhenti memukuli Goldie.

"Ancamannya jahat, ih."

***

"Ayah bangga sama kamu, Gold." Oliver mengacak rambut Goldie. "Nanti kalo ada Miss Claire, bilang ya mahasiswa paling gantengnya titip salam."

"Oliver!" seru Miranda yang dengan tidak berperikeistrian melempar Oliver dengan keripik kentang ditangannya. "Sudah tua bukannya tobat malah jadi genit!"

"Apasih, sewot aja!" Oliver meraup keripik kentang diatas pangkuan Miranda lalu melemparnya kewajah si istri, sedangkan ketiga anak yang menonton aksi bocah itu hanya menghela nafas berat. Goldie, Rion, maupun Lily sudah biasa melihat perkelahian semacam itu semenjak kurang lebih dua bulan pernikahan kedua dari ayahnya dengan Miranda. Terkadang kalau sudah parah bisa membuat Rion turun tangan menjadi wasit perkelahiannya.

"Ayah, Kak Mira, gak bisa kalau gak kelahi, ya? Dimana-mana orang habis nikah itu mesra-mesraan, bukannya kelahi kayak gini!" seru Goldie membuat dua pasangan yang saling melempar keripik kentang itu menoleh bersamaan.

"Mesra-mesraan? Itu sih urusannya kalo sudah didalam kamar aja." Oliver berkata enteng yang langsung dibalas tabokan Miranda. "Kamu sudah berani durhaka sama suami sendiri, hah? Gak bakal kubiarkan kamu tidur malam ini!" Oliver dengan sekali sentak menggendong Miranda dibahu kirinya seperti mengangkut karung beras. Goldie, Rion dan Lily hanya melongo saat mendengar tawa jahat dari Oliver dan jeritan dari Miranda yang minta dilepaskan sebelum dua orang itu pergi dari ruang keluarga dengan keributan mengisi rumah.

PainMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang