Luka Keempat

6.8K 371 7
                                    

AUTHOR POV

Goldie benar-benar menjalankan OSPEK mengenakan bet celana dalam yang dibuat oleh Farhan. Mau tidak mau, Goldie melakukannya atas dasar tidak mau diremehkan oleh kakak tingkat merangkap ketua dari panitia pelaksaan OSPEK tersebut. Tiga hari berlangsung sangat berat bagi Goldie, pandangan aneh, tawa dengan kesan mengejek, dan banyak lagi yang membuat Goldie ingin sekali pulang.

"...sebelum kita tutup OSPEK hari ini, kami selaku para panitia sepakat memberikan reward kepada salah satu peserta yang sangat unik dan mencuri banyak perhatian selama acara kita berlangsung tiga hari ini." Niken menyapu pandangannya keseluruh peserta dan sebuah seringai mengembang ketika melihat Goldie yang berdiri paling belakang dengan wajah yang ketakutan. "...Pup Menye-menye Keemasan! kepada yang bersangkutan, diharapkan maju kedepan untuk menerima reward dari kehangatan hati panitia."

Goldie yang mendengar hal itu ingin sekali menampar wajah menyebalkan Niken yang memberikan seringai super licik semakin lebar. Dalam hati, Goldie berharap mulut Niken robek secepatnya.

"Mana nih yang namanya Pup Menye-menye Keemasan? Masa gak mau jadi bintang hari ini? oh iya, kan dia pup bukan bintang." Niken tertawa dan disusul para mahasiswa baru. Goldie menatap tajam Niken yang masih tertawa diatas panggung dengan tatapan penuh amarah hingga wajahnya sangat merah.

Tidak ingin lebih dipermalukan, Goldie berjalan kedepan dengan mata yang tak terlepas dari Niken. Para mabar yang merasakan aura tidak enak menguar dari Goldie perlahan menghentikan tawa dan memberikan gadis itu jalan.

"Ah, ini dia idola kita yang sudah ditunggu-tunggu!" Niken merangkul Goldie sok akrab dan mengabaikan tatapan tajam yang tak hentinya diberikan oleh Goldie. "Pup, kira-kira bisa nebak gak apa hadiah─" Niken tersentak saat dengan kasar Goldie menyentak tangannya. Bahkan, para panitia dan para mabar pun kaget. Sehingga membuat suasana menjadi sangat hening dan canggung.

"Nama saya itu Goldie, kak. Kakak sama sekali gak ada hak manggil saya seperti itu! Kemarin-kemarin belum puas ngerjainnya? Cih, inilah kenapa banyak junior yang gak mau menghormati para senior. Para senior aja kurang ajar sama juniornya." Goldie menunjuk wajah Niken dengan murka. "Senior kayak kak Niken seharusnya tidak pernah ada didunia ini!"

"Goldie, sudah cukup!" sebuah tangan dengan lembut menjauhkan tangan Goldie yang menunjuk wajah Niken. Hal itu membuat Goldie menoleh untuk melihat pemilik tangan yang menengahi dirinya dan Niken. "Kami minta maaf, ya?"

"Kindy bego!" Niken menarik tangan lelaki yang menjadi penengah alias Kindy. "Lo ini udah jarang keliatan sekalinya nongol ngerusak kesenangan orang lain aja!"

"Kesenangan apanya, hah?" Kindy tertawa mengejek. "Gue jarang keliatan karna gue gak suka acara yang menindas kayak gini. Mabar itu dibimbing, bukan di bully. Kalian senior tapi kayak gak punya otak!" seru Kindy membuat suasana yang hening tiba-tiba...

"KAK KINDY! HIDUP KAK KINDY!"

"JANGAN TINDAS JUNIOR LAGI!!! TERUSKAN DUKUNG KAMI KAK!"

"KAK KINDY BANZAI!"

"KAK KINDY CALON PRESIDEN BANGSA INI!"

Banyak sekali teriakkan memuji sosok Kindy yang membuat Goldie terdiam sembari menatap tangannya yang sebelumnya disentuh oleh Kindy dengan lembut. Diam-diam Goldie pun ikut memuji Kindy yang begitu keren dimatanya barusan. Terlihat berbeda dengan Kindy yang ia temui tempo hari dirumahnya.

"SEMUANYA DIAM!" teriak Farhan mengambil alih suasana dan itu sangat berhasil membuat keadaan yang ricuh kembali senyap. "Kindy, Niken, kalian balik sana biar p─ ah, maksudnya Goldie gue yang urus."

PainMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang