Luka Kesembilanbelas

5.4K 297 35
                                    

AUTHOR POV

Semua berjalan dengan lancar. Kurang dari seminggu Farhan sudah menyelesaikan semua urusannya di Jogja sebelum pergi jauh. Dan disinilah dia sekarang, menunggu jadwal penerbangannya dan Goldie. Namun, Farhan agak kecewa karna Mamanya tidak bisa mengantarnya ke Bandara, membuat wanita itu tidak dapat bertemu dengan Goldie seperti yang diharapkan.

“Kalau sampai ada apa-apa sama Goldie, lo bakal gue bunuh tanpa kecuali.” Rion menatap Farhan dengan tatapan tajam. “Gue serius.”

“Dengan senang hati, bro.” Farhan menepuk bahu Rion dua kali dengan wajah mantap. “Gue bakal mati di tangan lo kalo gue sampe gagal.”

“Farhan, tolong jaga Goldie, ya.” Miranda tersenyum penuh harap. “Sekali lagi, maaf karna sudah merepotkanmu.”

“Tidak masalah,” jawab Farhan. “Ini sudah kewajiban saya untuk memperbaiki dan menjaga sesuatu yang menurut saya berharga.”

“Lily pegang omonganmu!” seru Lily sambil mengepalkan tangan didepan Farhan. Farhan yang mendapat reaksi mengejutkan dari Lily tersebut tak dapat menahan kekagetannya. “Kalo gak terbukti, mukamu yang gak ganteng-ganteng banget itu bakal Lily hancurkan!”

Farhan meraih tangan mungil didepannya lalu membuka kepalannya dan menaruh disebelah pipinya. “Silahkan saja,” ucap Farhan dengan senyum keren.

“Gak usah sok keren! Gak pantes!” seru Lily sembari menjauhkan tangannya dari pipi Farhan.

“Kan bagi Lily yang ganteng itu cuma si─”

“KAK RION GAK USAH BERISIK!” dengan cepat Lily menerjang Rion lalu menjabak rambut si kakak. Beberapa orang berhenti untuk menonton kehebohan itu, membuat Miranda dan Oliver memalingkan wajah. Merasa malu.

“Abaikan mereka,” ucap Oliver membuat Farhan yang tertawa pun menoleh. Farhan mengangguk sembari menahan tawa. “Saya titip Goldie kepadamu. Jangan kecewakan saya selaku Ayahnya Goldie.”

Farhan dengan bangga menepuk dadanya, “serahkan saja kepada saya, Om.”

“Baiklah, saya pegang omonganmu, Farhan.” Oliver mengangguk tanpa ragu bersamaan dengan pemberitahuan untuk para penumpang tujuan AS agar bersiap segera. “Disana kalian akan dijemput teman saya yang membawa kertas nama ‘Farhan and Goldie’.

Farhan memejamkan mata sembari menarik nafas dengan kuat lalu menghembuskan perlahan. Keyakinan dalam dirinya semakin meningkat dan dengan percaya diri menatap anggota keluarga Golde satu persatu yang ada didepannya. “Saya dan Goldie pamit dulu. Doakan kami pulang dalam keadaan yang lebih baik dari hari ini.”

“AAMIIN!” seru Oliver, Miranda, Rion dan Lily bersamaan.

Farhan memberikan senyum kecil tanda perpisahan sebelum mendorong kursi roda dimana sosoknya sedari tadi hanya diam dengan wajah datar dan mata yang kosong. Farhan mendorong kursi roda tersebut dengan doa yang mengiringi setiap langkahnya untuk sosok itu…. Goldie.

***

Daniel membanting ponselnya yang terus berbunyi karna Nata menelponnya berkali-kali. Daniel sepertinya benar-benar tidak bisa berfikir jernih hingga hari ini. Daniel masih berada dikota Jogja, mencoba menghilangkan luka yang rasanya mustahil sekali untuk sebuh menurutnya.

“Kenapa aku masih disini? Padahal mereka sudah ke Jakarta, bahkan mungkin sudah sampai di Amerika.” Daniel tertawa sinis, namun secara bersamaan terdengar menyedihkan. “Kapan aku beneran bahagia seperti orang-orang, hah? Apa dikira selalu mengalah itu rasanya enak? Enggak sama sekali!” Daniel menenggak kembali minumannya.

Bar dengan suasana yang cukup hangat ini rasanya kurang pantas untuk keadaan Daniel. Bar yang lebih didominasi orang-orang yang bercengkrama dengan para sahabat atau sekedar sepasang kekasih yang menghabiskan waktu luang.

PainMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang