Prolog

16.9K 584 4
                                    

Aku memperhatikan pantulan bayangan yang menampilkan sosok perempuan dengan gaun putih gadingnya. Wajahnya dipoles makeup yang sangat cantik dan begitu pula tata rambutnya. Wajah perempuan itu terlihat gugup, bahagia, dan secara bersamaan juga terlihat sedih. Dan... perempuan itu adalah aku.

Aku melirik sebuah kertas yang terlipat rapi didekat meja rias. Ah, surat itu bahkan belum sempat kukirim. Tanganku terulur untuk mengambil kertas itu namun terhenti saat sebuah perasaan menyesakkan memenuhi. Oh ayolah, itu kejadian yang sangat lama dan kenapa hatiku masih terus sakit?!

"Goldie, apa kamu sudah siap?" tanya seseorang yang kukenali dari suaranya adalah Kak Mira, mama baruku. Aku masih tidak terbisa memanggilnya Mama. Mungkin itu faktor usia Kak Mira yang tergolong lebih cocok jadi Kakakku daripada Mamaku.

"Entahlah, aku juga gak tau sudah siap atau tidak... 5 tahun bukan waktu yang sebentar untuk melupakan." Aku merasakan perasaan menyakitkan itu kembali.

"Gak nyangka ya, akhirnya kamu menikah setelah melalui kerumitan yang panjang."

"Jangan diingatkan lagi, Kak. Kepalaku jadi pusing..." Aku tersenyum lemah saat melihat wajah bersalah dari Kak Mira. "Omong-omong, dimana Landut?" tanyaku yang dibalas tawa dari Kak Mira.

"Lana sudah gak gendut lagi, Gold. Sekarang dia menjadi bocah lelaki berusia 9 tahun yang tampan!" seru Kak Mira membuatku tertawa kecil. "Kalau Lana dengar, mungkin dia akan marah dan gak akan biarin kamu nyium pipi gempalnya lagi."

"Gak mungkin, Lana sangat sayang sama kakaknya ini." Aku berterima kasih kepada adik tiriku yang super lucu bernama Lana yang biasa dipanggil Landut karna waktu balita ia sangat gendut dan menggemaskan.

"...pokoknya, aku percaya kalau kamu akan bahagia." Kak Mira mengulurkan tangannya kepadaku. "Ayo, semua sudah menunggumu."

"Hm, Kak Mira benar." Aku meraih tangan Kak Mira dan sekali lagi harus menerima realita didepan mataku saat ini.

Sekeras apapun aku ingin kembali seperti dulu, semua sudah terjadi dan beginilah akhirnya. Kita harus berjalan maju dengan kepala tegak walaupun luka itu tidak ada lelahnya menyakiti. Karna kita... tidak bisa kembali ke masa lalu. Sebanyak apapun kita mencobanya tetaplah tidak bisa.

***

WELCOME TO SECOND STORY FROM PAIN SERIES~

Mora saranin sebelum baca PainMaker alangkah baiknya baca Painkiller dulu biar ngerti #promosi

SELAMAT BERSENANG-SENANG DIDUNIA RUMIT SI JENIUS, GOLDIE!

See you next chapter!

PainMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang