Luka Terakhir

6.5K 306 20
                                    

GOLDIE POV

Setelah nyaris setahun saat malam dimana Farhan melamarku, hari ini pun tiba juga. Karna keadaan perusahaan yang memburuk pada saat itu, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. Hingga akhirnya perusahaan kembali normal, aku pun mengajukan cuti untuk menikah bersama Farhan. Dengan senang hati aku diberi cuti satu bulan dan disinilah aku sekarang, berdiri diatas pelaminan bersama calon suamiku, Farhan.

Surat yang diberikan oleh Ken belum kubaca hingga detik ini. Ada satu sisi hatiku yang begitu berat untuk mengetahui apa yang tertera disana. Pada dasarnya, aku belum siap menghadapi apa yang ingin Ken sampaikan padaku. Aku ingin mengirim surat itu pulang ke pemiliknya, tapi untuk melakukan itu pun rasanya aku tidak bisa juga.

“Gold, apa ada sesuatu yang mengganggumu? Daritadi kayaknya gelisah banget.” Suara Farhan mengagetkanku yang memang sedari tadi melamun. “Kalo capek mending kamu istirahat saja. Acaranya juga mau selesai kok.”

“Aku tidak apa-apa,” jawabku cepat. Mataku terbelalak begitu melihat salah satu tamu undangan yang ada didepanku saat ini. “Kak Daniel! Wah, sudah lama kita gak ketemu!” seruku dengan senyum lebar dan berdiri dari posisi dudukku dengan semangat.

“Hehehe, maaf baru datang, Gold. Belakangan ini aku sibuk sekali. Aku jadinya gak bisa nemuin kamu.” Kak Daniel tersenyum sembari menepuk pelan kepalaku. “Sudah jadi istri orang aja kamu, Gold. Tega banget ngelangkahin kakaknya sendiri.” Kak Daniel memasang wajah cemberut yang membuatku tertawa kecil.

“Kak Daniel datang sama siapa kesini?” tanyaku sebelum kedua mataku bertabrakan dengan mata seorang wanita yang tak kusadari sedari tadi bersembunyi dibalik tubuh Kak Daniel. Wanita yang begitu cantik. Inikah Mea yang diceritakan oleh Kak Mira? “Wah, Kak Daniel bawa pacarnya! Cieee kapan nyusul Goldie nih?”

“G-gue bukan pacarnya Daniel kok.” Wanita itu semakin menyembunyikan wajahnya dibalik tubuh Kak Daniel. Ah, mereka terlihat manis sekali! “S-selamat atas pernikahannya. Gue turut bahagia kok.”

“Kak, lo gak cocok malu-malu tai ayam gitu.” Farhan menarik lengan wanita itu hingga sosoknya terlihat sepenuhnya. “Ucapin selamat yang bener dong.”

Aku berjengit saat tiba-tiba wanita itu menangis sambil berlari turun dari pelaminan. Aku baru saja mau bertanya apa yang terjadi, tapi Kak Daniel keburu mengejar wanita itu. Dan ketika aku mau bertanya kepada Farhan, bibirku bungkam begitu melihat senyum tipis penuh arti di wajahnya.

“Daniel adalah orang yang paling pantas untuk Mea.” Farhan menoleh kearahku, membuatku menatapnya penuh tanya. “Mea itu dulu ngejar-ngejar aku kayak psikopat. Serem banget. Sumpah deh, kelakuannya jauh lebih parah daripada saat Daniel ngejar-ngejar kamu.”

“Benar dugaanku, wanita tadi adalah Mea.” Aku manggut-manggut sambil memperhatikan Kak Daniel yang menenangkan Mea dari jauh. “Mereka berdua terlihat sangat cocok. Cepat atau lambat kita pasti akan berbalik menjadi tamu undangannya.”

Farhan tertawa, “Aamiin.”

***

DANIEL POV

“Kamu sudah janji bakal kuat, kan?” Aku menghela nafas saat Mea hanya menunduk dengan punggung bergetar. Jika dilihat-lihat, aku sudah seperti tengah memarahi anak yang kepergok memecahkan pot bunga kesayangan ibunya. Dengan Mea yang duduk dikursi dengan kepala merunduk dan aku yang bersidekap dada didepannya. “Mea, lihat aku kalau sedang berbicara!”

“G-gue ternyata belum siap, Dan!” Mea mendongak dengan wajah seperti saat aku bertemu dengannya di Bar sekitar 7 atau 8 tahun yang lalu. Aku tidak suka dengan wajah menyedihkannya yang seperti ini. “Kok lo santai banget sih, Dan? Perasaan lo sama Goldie ternyata gak kuat-kuat banget, ya.”

PainMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang