Luka Ketujuh

5.5K 300 14
                                    

AUTHOR POV

"Nanti agak siangan delivery pizza, yuk? Pagi ini sarapan dikit aja." Goldie menerima roti dengan selai Nutella yang diberikan oleh Dewi. "Thank you."

"Nona Goldie gak ada kuliah?" tanya Dewi yang dibalas gelengan ringan dari Goldie yang asik menikmati sarapannya hari ini. Dewi tersenyum tipis lalu duduk diseberang Goldie dan ikut menikmati roti miliknya yang baru selesai ia buat. Semenjak tinggal berdua, Goldie dan Dewi memang terlihat seperti teman akrab biasa. Yah, tapi tetap saja Dewi masih menjunjung kehormatan Goldie sebagai Nonanya.

"Ntar sore kita jalan-jalan keliling kota, yuk? Cari jajanan sekalian gitu." Goldie tersenyum lebar dengan mata berbinar. Dewi tertawa melihat Nonanya yang begitu bersemangat kalau berurusan dengan makanan.

"Nona Goldie makan terus emangnya beneran gak takut gendut?" tanya Dewi sembari memukul perutnya dengan wajah melas. "Saya jadi iri. Jadi Nona Goldie enak kali, ya? Bisa makan sepuasnya tapi tetap kurus. Lah, saya cuma like postan makanan di Instagram aja udah naik sekilo."

Goldie tertawa ngakak mendengar penuturan yang menurutnya ngaco dari maid yang sudah dia anggap sahabat dekatnya selain Aiko. "Ngawur terus, Dew. Badan kamu itu udah kurus kok."

"Nona belum lihat perut saya yang sebenarnya sih. Berlipat gitu, saya aja serem lihatnya." Dewi menghela nafas berat dan bersamaan dengan tawa Goldie yang kembali terdengar dirumah yang sepi itu. "Apa saya diet aja, ya, Nona?"

"Udahlah, gak usah diet-diet segala. Makan selagi bisa. Nanti kalo dapat penyakit yang gak boleh makan ini-itu baru deh nyesal." Goldie memasang wajah menakut-nakuti. "Kalo kamu berani diet-dietan, aku bakal jejelin kamu makanan berlemak setiap hari."

"Astaghfirullah, Nona tega sekali sama saya." Dewi menggeleng tak percaya dan tawa Goldie meledak kembali. Salah satu hobi Golde selama tinggal bersama Dewi adalah mengerjai maid tersebut bahkan pernah sampai menangis. Andai saja Rion melihatnya, mungkin adik lelaki Goldie itu akan membeli kaca super besar dan memberikannya kepada sang kakak yang sering kali mengatainya usil dan menyebalkan.

KRRIIIINGGGG

Goldie berhenti tertawa saat ponsel yang ia taruh diruang tamu berbunyi nyaring hingga terdengar sampai keruang makan. "Siapa yang nelpon sepagi ini?" tanya Goldie kepada Dewi.

"Mana saya tau, Nona. Lebih baik Nona ambil dan angkat telponnya." Dewi meringis saat Goldie mengangguk lalu berlari keruang tamu. "Ah, Nona Goldie saking pintarnya bisa jadi error gitu, ya?" Dewi tertawa kecil lalu bangkit dari kursinya dan membersihkan meja makan.

***

GOLDIE POV

Gagal sudah rencana indah berburu makanan bersama Dewi hari ini. Tadi pagi itu Diana menelponku dan mengatakan kalau ada kelas dadakan. Dan disinilah aku sekarang, duduk manis dengan para mahasiswa lainnya yang tak kalah betenya dariku.

"Sekarang, mana dosennya?" tanya seorang mahasiswa dengan wajah mengantuk. "Gak ngerti banget sih kalo gue baru pulang jam 3 tadi!"

"Memang gak ada yang mau ngerti. Dasar PK!" seru seorang mahasiswi dengan wajah geram. Ah, semuanya jadi menumpahkan kekesalan pada satu sama lain.

"Awas aja sampe mahasiswi abadi itu ngeboongin kita! Bakal gue abisin dia!" seru seorang mahasiswi lainnya dengan wajah memerah menahan kesal dan mata melirik tajam kearah Diana yang hanya menunduk dalam daritadi.

"Ck, sudah 20 menit kita kayak orang bego disini!" marah seorang mahasiwi dengan rambut acak-acakan dan wajah mengerikan. "Heh, Diana! Lo boongin kita semua, kan?"

PainMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang