Luka Kelima

6.9K 344 14
                                    

AUTHOR POV

"...Jadi, apa Lily salah?" tanya Lily tanpa rasa bersalah sekalipun wajah Ken sudah sangat pias didepannya. "Heran, sudah tau gak bakal bisa sama-sama kenapa masih dijalani? Makin lama manusia semakin bodoh saja."

"Lo nyuruh gue mutusin Goldie?" tanya Ken balik dengan dingin. Lily mengangguk dengan santai, sama sekali tidak berpengaruh dengan sikap dingin Ken. "Beda agama ditambah LDR? Gue bisa jalani itu semua karna gue sayang sama Goldie."

"Apa ada jaminan kalo Kak Goldie juga sanggup jalani? Sebelum menyesal lebih baik diakhiri secepatnya. Oh, Lily lakuin ini karna bakal ngerepotin kalo sampai kak Goldie sakit hati dan menangis seharian." Lily menaikkan sebelah alis saat Ken mendecih pelan.

"Ada satu cara yang bisa nyatuin gue sama Goldie, kan?" Ken menatap Lily dengan tajam. Lily yang menangkap maksud dari Ken reflek menunjuk wajah lelaki yang lebih tua dan tinggi darinya itu.

"Kak Ken gak boleh pindah agama selain atas nama Tuhan!" seru Lily membuat Ken tersenyum lirih. "Itu bego banget kak! Agama gak bisa dimainkan kayak gitu!"

"Terus lo punya cara yang lain, hah? Gue... cuma mau sama Goldie..." Ken menunduk dalam. "Dari dulu gue cuma sayang sama Goldie, Ly. Gue gak pernah suka cewek selain dia... cuma dia..."

"Kak..." Lily dengan sedikit ragu berjalan menghampiri Ken dan mengusap bahu lelaki itu. Lily meneguk liur dengan susah payah ketika ia rasakan bahu tegap itu bergetar. "Lily gak tau kalau perasaan Kak Ken sedalam ini."

"Pokoknya..." Ken mendongak lalu menatap Lily yang mengusap bahunya disampinganya dengan penuh keyakinan. "...gue gak bakal menyerah dengan Goldie apapun yang terjadi!"

Lily membuka mulut tapi tidak ada satu katapun yang keluar, melihat kepercayaan diri dan keyakinan didalam diri Ken membuat Lily tidak tega merusaknya. Jadi, dengan terpaksa Lily tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

"Semoga berhasil ya, Kak."

***

GOLDIE POV

"Ah, jadi gini jurusan matematika, ya? Dimana susahnya..." gumamku sambil mencatat apa yang diterangkan oleh dosen didepan walaupun tidak semuanya. Jujur, aku tidak fokus dan masih terbayang-bayang dengan malam dimana terakhir aku bertemu Kak Daniel. Sudah lewat seminggu tapi aku masih tidak dapat melupakan perasaan yang kurasakan saat Kak Daniel memeluk dan mencium keningku. Untunglah, setelah malam itu Kak Daniel tidak muncul lagi karna kemungkinan sibuk dengan pekerjaannya.

"Setelah semua yang saya terangkan tadi, apa ada yang bisa menjelaskannya kembali?" tanya sang dosen membuat wajah para mahasiswa memucat dan melirik satu sama lain. Aku sama sekali tidak aneh dengan pemandangan itu, waktu jaman sekolah juga sering begitu dan mau tidak mau aku yang menyelamatkan mereka.

"Saya, pak." Aku mengacungkan tangan dan seketika wajah-wajah mahasiswa menjadi lega. Ternyata suasana disekolah dan kampus itu sama saja, ya?

"Ya, saudari..."

"Goldie, pak." Aku tersenyum tipis membantu dosen itu menjawab. Maklum, dosennya juga cukup tua.

"Goldie? Apa saudari ini adalah Goldie Putri Chakradinata?" tanya dosen tersebut yang kubalas anggukan. Gak heran sih, kan tadi sebelumnya sudah diabsen dan mungkin saja beliau baru ingat. "Kalau tidak salah, anda ini penerima jalur undangan dengan nilai tertinggi dan direbutkan banyak universitas, ya?" tanya sang dosen lagi yang entah kenapa sampai detik ini masih belum kuingat namanya. Pertanyaan itu sontak membuat seluruh mata memandangku.

"Bapak terlalu berlebihan, saya tidak sehebat itu." Aku mulai merasa tidak nyaman dengan bisikkan dan tatapan dari orang-orang dikelas ini. Selalu begitu dari dulu, ada saja orang yang benci dan iri denganku sampai ada juga yang tega memanfaatkanku. Aku yakin sekali cepat atau lambat pasti ada orang-orang bermuka dua yang mendekatiku. Karna, itu terus menerus terjadi sampai akhinya aku kebal menghadapinya.

PainMakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang