AUTHOR POV
Angin malam di bulan awal Desember menyapa tubuh sang yeoja yang terlihat tak merasa kedinginan sama sekali.
Ia bahkan meloncat-loncat girang di dalam rumahnya yang begitu kecil, sama sekali tidak merasa terganggu dengan angin yang menyapanya melalui jendela. Sambil melompat girang, ia berkata pada teman masa kecilnya.
"Apa kau gila?! Kau mau membawaku yang seperti ini ke pertunjukan opera natal nanti?!"yeoja yang bertubuh tinggi, bermata coklat, berambut hitam lurus sebahu, dan mata yang kecil namun tegas itu adalah Kim Sa Eun.
Laki-laki di depannya itu tertawa melihat kelakuan teman masa kecilnya itu. "Aku tidak gila. Dan ya, aku ingin mengajakmu pergi. Sekarang begini saja, kau mau atau tidak?"
Yeoja itu hampir meloncat lagi ketika namja di depannya menjulurkan tangan bahkan sebelum ia melompat tanda menyuruhnya untuk berhenti.
Yeoja tersebut mempoutkan pipinya lalu duduk di seberang namja tersebut. Namja yang memiliki alis yang tebal, mata yang besar, bertubuh tidak begitu tinggi, berambut coklat tersebut bernama Do Kyung Soo.
"Aku mau tentu saja."kata yeoja tersebut sambil melihat ke bawah, "Tapi bagaimana dengan pakaianku? Aku tak punya pakaian yang bagus."
Namja di depannya menjulurkan tangan dan mengacak-acak rambutnya, "Aku akan mentraktir pakaian bagus untukmu."ia tersenyum tulus.
Yeoja itu tersenyum cerah, "Terimakasih."
"CUT!"kata sang sutradara.
Mulai lah terdengar tepukan dari belakang sang sutradara.
"Bagus sekali."katanya dengan senyuman mengembang di bibirnya.
Saeun membungkukan badannya tanda mengucapkan terimakasih.
Begitu juga dengan Kyungsoo.
"Sekarang kalian boleh pulang. Ini sudah malam, jadi Kyungsoo, tolong antarkan Saeun sampai rumah ya."
Saeun terlihat terbata-bata, "A-Aku bisa pulang sendiri. L-Lagipula rumahku tak begitu jauh.."
Sang sutradara hanya bisa menghela nafas, "Baiklah, hati-hati kalau begitu."
Saeun mengangguk sebelum mengucapkan selamat tinggal diikuti oleh Kyungsoo.
Diam-diam Saeun jalan membuntuti Kyungsoo.
Yang diikuti hanya memutar bola matanya, "Kenapa kau mengikutiku?"
"Apa kau benar-benar tidak mau mengantarkanku?"tanya yeoja itu dengan helaan nafas.
"Kau yang bilang sendiri tadi."
"Itu kan hanya akting, Kyung!"
"Jangan panggil aku dengan nama itu."Kyungsoo menggeretakan giginya.
"Lalu apa?! Huh?!"yeoja itu menantangnya balik.
Kyungsoo berbalik dan hendak menamparnya tapi tangannya terhenti di udara.
Ia menghela nafas kasar sebelum berkata, "Kau pulang saja sendiri."
===
SAEUN POVAku tak pernah mengerti mengapa Kyungsoo begitu dingin, begitu jahat kepadaku. Dan sepertinya aku tak akan mengerti.
Di depan kamera, ia terlihat begitu baik dan ramah. Begitu membuatku jatuh cinta kepadanya walaupun Kyungsoo yang asli tidak sebaik selagi dia akting.
Tapi tetap saja. Perasaanku ini tidak bisa hilang. Dan sepertinya tidak akan.
Aku menghela nafas sebelum melangkah masuk ke rumah.
"Aku pulang!"kataku sambil melepas sepatu boots ku.
"Saeun, Kyungsoo tak mengantarmu?"tanya appa dengan wajah hendak marah.
"Ia sedang ada urusan."aku tersenyum memastikan. "Aku tidak apa-apa kok."
"Tapi kau adalah tunangannya! Seberapa sibuknya engkau, jika ia memang menyayangimu, ia akan rela berkorban untukmu."kata appa.
Tapi ia tidak menyayangiku, appa..
"Sudahlah, appa. Ia tadi menyampaikan salam pada kalian. Sepertinya ia memang benar-benar sibuk."kataku berbohong.
Appaku hanya bisa menghela nafas, "Baiklah kalau begitu.."
"Eomma ada di mana?"tanyaku, mengalihkan topik pembicaraan.
Appaku hanya bisa menghela nafas sebelum menjawab, "Di dapur, ia sedang memasak sesuatu."
Akupun melangkah ke dapur dan mendapatkan eommaku yang tengah memasak sesuatu.
"Eomma."aku menyapanya dengan senyuman.
"Wah kau baru pulang ya, Saeun. Eomma sudah membuatkanmu sup favoritmu, loh."eomma memberikanku senyuman hangat.
"Gomawoyo, eomma."aku memeluk eommaku.
Ia membalas pelukanku.
"Kyungsoo tak mengantarmu?"
Oh astaga. Pertanyaan yang sama lagi.
"Aniyo."aku mempoutkan pipiku.
Eommaku memang tahu sifat asli Kyungsoo bahwa ia sebenarnya tak mau dijodohkan denganku. Dan eommaku sangat mengerti akan hal tersebut. Sedangkan appaku tidak tahu menahu tentang sifat asli Kyungsoo. Yang ia tahu adalah sifat Kyungsoo yang selalu berpura-pura baik di depan para orangtua kami.
"Apakah ia marah-marah tadi?"tanya eomma.
"Tidak sih. Malahan aku yang membentaknya."
Eomma menghela nafas, "Mungkin ia belum bisa menaruh hatinya kepadamu."
"Tapi kita sudah bertunangan hampir setengah tahun, eomma.."
"Belum. Setengah tahun belum cukup untuknya."
"Tapi.. mau sampai kapan?"tanyaku frustasi.
Eommaku menghela nafas, "Entahlah, Eunnie."
===
AUTHOR POVTak peduli seberapa rasa kesalnya Saeun terhadap Kyungsoo, ia tidak akan pernah membencinya.
Dan itu terbukti, ketika ia melihat senyumannya sewaktu akting, hatinya hangat kembali.
Memang kesal mengakuinya, tapi ia memang benar-benar mencintainya.
Ia seperti sudah mengenalnya lama jauh sebelum mereka dijodohkan. Ia kembali mengingat-ingat, tapi hasilnya selalu saja nihil.
Yah, yang terpenting baginya adalah Kyungsoo ada di sisinya.
Setidaknya secara wujud.
Ia menghela nafas ketika sudah waktunya pulang, dan ia tahu Kyungsoo tidak akan mengantarkannya.
Tapi ia akan terus mencoba. Dan ia membuntutinya kembali seperti kemarin.
"Kyungsoo, kau mau antar aku tidak?"
"Tidak."
Nah kan benar.
"Apakah kau tidak akan pernah mengantarkanku pulang?"
"Tidak."
"Apakah kau tidak akan mengucapkan kata lain selain 'tidak'?"
"Tidak."
Aku menghela nafas. "Kita ini tunangan, apa kau tidak-"
"Jangan pernah mengucapkan bahwa kau adalah tunanganku."
"Kau yang mengucapkan itu barusan."aku tertawa kecil.
Ia terdiam, "Pulanglah."
"Aku mau kau antar aku sampai ke rumah."
"Aku tak mau menghabiskan waktuku yang berharga untuk mengantarmu pulang."
"Sial! Memangnya aku ini apa mu?!"
"Kau tidak ada hubungan apa-apa denganku."
Aku menghembuskan nafas dengan kasar sebelum berkata, "Baiklah, aku pulang."
===
A/N : Akhirnya Chapter 1 publish juga^^ Aku minta respon kalian ya:) Bantu vote, komen, dsn kasih saran jika ada kekurangan kay?;)
Gomawoyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Camera[EXO Fanfiction]
Fanfiction[Bahasa] =============== Di depan kamera kau selalu bersikap ramah, baik, dan selalu membuatku jatuh cinta berkali-kali padamu. Tapi di belakang kamera.. kau selalu bersikap dingin padaku. Apakah ini karena kau membenciku? Apakah ini karena kau tak...