AUTHOR POV
Saat pagi datang, Saeun bangun dengan mata yang bengkak dan rambut yang berantakan. Lebih berantakan dari biasanya. Ia bahkan tak berniat untuk merapikannya.
Sudah 2 minggu sejak kejadian itu, tapi ia sama sekali belum bisa melupakannya. Dan ia belum bertemu dengan Kyungsoo kembali. Ia tidak berniat untuk bertemu dengannya, tepatnya.
Padahal waktu syuting drama baru tinggal sebentar lagi. Tetapi ia belum sempat latihan bersama Kyungsoo.
Dan tentang ingatan lamanya..
Ia sudah hingat semuanya.
Ia ingat bagaimana ia, Kyungsoo, dan Junghee berteman saat mereka kecil. Shin Jung Hee adalah seorang gadis berambut merah, berparas cantik, masih kecil namun bersikap dewasa, dan ia adalah anak yang ceria. Namun naas, ia meninggal di umurnya yang ketujuh karena menyelamatkan temannya, Saeun, dari kecelakaan maut.
Dan Do Kyung Soo menyukai Junghee, tepatnya, mencintainya. Karena sejak kecil, ia sudah bersama-sama dengannya dan mengenalnya begitu jauh. Junghee, adalah cinta pertama Kyungsoo. Kyungsoo bahkan rela mengabulkan impian mereka demi Junghee. Dan sebenarnya ia menyetujui pertunangan dengan persyaratan ia diperbolehkan menjadi seorang aktor oleh orangtuanya. Kalau ia tak menyetujui, maka jabatannya sebagai aktor akan dicabut. Itulah mengapa ia menyetujui pertunangan tersebut.
Dan di sisi lain, Kyungsoo sedang mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
Ia merasa bersalah dengan membentak Saeun. Menurutnya, perbuatannya sudah keterlaluan. Dan seharusnya ia tak terus-menerus menyalahkan Saeun dalam kecelakaan Junghee. Toh, itu hanya kecelakaan dan Saeun tak bermaksud untuk melakukan hal tersebut. Ia juga sudah berusaha untuk melupakan Junghee, dan melihat Saeun.
Sedikit demi sedikit, sebenarnya hatinya mulai terbuka untuk Saeun. Ia tahu Saeun sempat mengalami amnesia akibat kecelakaan tersebut, maka itu ia bersikap dingin dan seolah-olah tak mengenalnya. Padahal jauh di lubuk hatinya ia ingin sekali bisa bermanis ria di depan Saeun.
Ia menggeram frustasi sebelum melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Ia pun melakukan ritual pagi harinya sebelum mengambil ponselnya dan menelfon nomor Saeun, untuk meminta maaf.
Setelah nada dering ke-4, Saeunpun mengangkat dengan suara serak, "Y-Yeobuseyeo?"
Kyungsoo merasa lebih bersalah ketika mendengar suara serak Saeun. Ia yakin Saeun tak berhenti menangis setelah ia mencaci-maki pada hari itu.
"Hari ini kau ada acara tidak?"tanyanya seperti mereka tak ada masalah sebelumnya.
Diam sejenak.
"Tidak ada. Ada apa?"
"Temui aku di cafe Park itu. Aku ingin membicarakan sesuatu."
"Oh."hanya itu yang keluar dari mulut Saeun, "Pukul berapa?"
"12 siang. Bagaimana?"
"Oke."
===
Kyungsoo mengenakan pakaian terbaiknya sebelum melihat refleksi dirinya di cermin.Ia mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru, jeans panjang, serta sepatu sneakers berwarna senada dengan kemejanya.
Ia tersenyum kecil sebelum berpamit dan berangkat ke cafe yang dimaksud.
===
Saeun terlihat sedang duduk di dalam cafe, mengenakan jeans, hoodie, masker, dan kacamata ber-frame untuk mengurangi matanya yang terlihat tampak bengkak.Saat sedang asik-asiknya bermain game temple run 2, tiba-tiba ia merasakan tepukan di pundaknya. Iapun melihat ke atas, mengakibatkan orang di game tersebut jatuh dan ia mendengar efek suara 'Aaaahh'.
"H-Hey, kau sudah datang?"tanyanya gugup. Ia takut Kyungsoo akan meledak seperti waktu itu lagi, maka itu ia tak berani berbicara banyak.
"Ya, kau sudah dari tadi?"
"Tidak juga."katanya simpel.
Kyungsoopun duduk di seberangnya sebelum bertanya kepadanya, "Mau pesan apa?"
Ia sempat heran dengan nada bicara Kyungsoo yang begitu lembut, namun buru-buru ia singkirkan keheranannya. Kyungsoo bisa saja hanya akting atau bagaimana. Jadi ia tak perlu berharap sedikitpun.
"Latte saja."katanya dengan singkat, padat, dan jelas.
Kyungsoo semakin merasa bersalah dengan perubahan sikap drastisnya, "Tidak pesan makanan?"tanyanya sekali lagi, sebelum memesan.
Saeun hanya menggeleng.
Kyungsoo menghela nafas dengan pelan sebelum memanggil pelayan dan memesan pesanan mereka. Pelayanpun mencatat lalu pergi setelahnya.
Awalnya, mereka hanya diam satu sama lain. Sampai Kyungsoo berdeham dan memulai pembicaraan, "Uhm.. Aku mengundangmu ke sini, karena ada beberapa hal yang ingin kusampaikan."
"Hmm."Saeun bergumam, "Apa itu?"
Kyungsoo menarik nafas, lalu membuangnya, sebelum berkata, "Pertama, aku ingin meminta maaf atas sikap dan perkataanku waktu itu. Aku.. waktu itu tidak bisa mengontrol diri. Aku sedang.. kesal, dan kalut. Aku harap kau bisa memaafkanku."
Saeun hanya diam, tepatnya, terperangah oleh Kyungsoo yang saat ini bukan dirinya yang biasanya.
Karena Saeun tak menyahut apapun, maka Kyungsoo melanjutkan kalimatnya, "Kedua, aku ingin memberitahu.. Aku bersikap begini selama ini terhadap engkau karena.. Karena.."
"Aku membunuh cinta pertamamu, Shin Jung Hee."kata Saeun, nyaris dengan nada yang tajam.
Kyungsoo membulatkan matanya tak percaya, ekspresi yang tak biasa ia tunjukan kepada siapapun, terutama pada Saeun.
"K-Kau tidak membunuhnya."untuk pertama kali, Kyungsoo gelagapan. "Apa semua ingatanmu telah kembali?"
Saeun mengangguk, lalu melepas maskernya yang sedari tadi ia pakai ketika pelayan telah mengantarkan pesanan mereka. Iapun menyeruput lattenya dengan tenang.
"Kau.. sudah ingat semuanya..?"
"Ya."ia mengangguk sekali lagi.
Kyungsoo menunduk, "Aku minta maaf atas sikapku selama ini. Aku dulu benar-benar bodoh untuk menyalahkanmu dalam kasus kematian Junghee. Aku masih buta mengenai cinta, aku hanya berpikir bahwa aku akan menikah dengannya suatu saat nanti. Aku masih kecil, aku belum mengerti. Dan yang pasti aku masih sangat bodoh. Padahal aku melihat sendiri, bahwa Junghee-lah yang mendorongmu sendiri dan ialah yang menjadi korban. Seharusnya.. aku tak menyalahkanmu dari awal. Karena ini semua adalah murni kecelakaan. Sekali lagi, aku minta maaf."
Saeun sesaat terdiam, sebelum air matanya perlahan-lahan keluar.
"Aku.. aku yang seharusnya minta maaf, Kyung. Aku.. Aku selama ini lupa apa yang terjadi saat kita berumur 7 tahun. Kalau aku tahu, aku pasti akan meminta maaf dan pergi dari kehidupanmu jauh-jauh. Kalau saja ada mesin waktu-"
"Kau tidak perlu pergi atau memutar waktu."kata Kyungsoo, dengan senyuman yang sama sekali tak terduga. "Kau.. hanya perlu memberiku satu kali lagi kesempatan untuk bersikap baik kepadamu. Dan bersikap layaknya tunangan."
Saeun tak bisa menahan air matanya lagi, ia menangis. Laki-laki yang ia cintai, akhirnya mengakui apa yang selama ini mengganjal hubungan mereka. Ia bahkan meminta maaf, yang membuat ia semakin terharu.
Saeunpun menghapus air matanya, sebelum tersenyum. Kali ini senyum tulus dan senyuman yang nyata.
"Ya, aku akan memberimu kesempatan."
Dan itu adalah jawaban dari pertanyaan yang selama ini Saeun tanya.
Kapan ia akan berubah?
Inilah awalnya.
===
A/N : Satu chapter lagi dan selesai deh^^ Kuharap kalian gak bosen dan tetep revoment ya~
Saranghae♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Camera[EXO Fanfiction]
Fanfiction[Bahasa] =============== Di depan kamera kau selalu bersikap ramah, baik, dan selalu membuatku jatuh cinta berkali-kali padamu. Tapi di belakang kamera.. kau selalu bersikap dingin padaku. Apakah ini karena kau membenciku? Apakah ini karena kau tak...