Tidak ada yang mau dipenjarakan dirumahnya sendiri.
Apalagi di kurung seakan dia adalah tahanan.Icha terus membujuk kaka nya agar mau membuka kunci pintu kamarnya. Membiarkan dia bebas memilih hidupnya.
Tidak ingin kakanya masih menganggap dia anak kecil yang harus dijaga, dia tau sendiri jalan hidup nya harus di bawa kemana."Ka Indra!!! Bukain pintu nya ka!!" Icha memohon dibalik pintu kamarnya.
"Ka please... bukain pintunya. aku harus keluar ka. Ka aku mohon !!"
"Ndra, apa yang kamu lakuin sama adik kamu?" Tanya Naida - Ibu mereka - yang mendengar teriakan anak perempuannya dari kamar.
"Kamu kunci dia dikamarnya?" Naida memberi pertanyaan lagi.
Naida yang berpenampilan masih styles diusianya sekarang memandang anak laki-laki nya."Iya Ma, sekarang kita harus kerasin dia Ma. Batas kesabaran aku udah habis"
"Memangnya apa yang dia lakukan sampe buat kamu harus kunciin dia, Dra?"
Indra menyadari sedikit yang Ibu nya tau terhadap masalah yang dihadapai anaknya ini. Mengingat ibu nya selalu sibuk diluar rumah, tidak seperti Ayah dan dirinya sendiri yang selalu akan mementingkan keadaan keluarga.
"Dia, pergi lagi sama cowok miskin itu, Ma" malas-malas indar menjelaskan.
Ibu nya tampak memperlihatkan wajah kagetnya.
"Bikin malu aja tuh anak" kata ibu-nya.
"Padahal Mama udah mau jodohin dia sama anak temen Mama yang pengusaha itu loh Dra. Eh dia malah pergi gitu aja""Justru itu ma, aku mau mereka pisah. Gimana pun caranya mereka gaboleh bersama" Indra begitu yakin dengan rencananya memisahkan adiknya dari pacarnya yang miskin itu.
Icha dan billy si miskin itu harus berpisah. Tekadnya."Yah untung nya mama memilih mensekolah kan Rissa di luar negeri, Dra. Semoga dia mendapat pacar yang sederajat dengan keluarga kita ya"
"Mama dukung rencana kamu, Dra. Tapi suruh diem dulu adik kamu. Berisik"
Indra mendengus tak ketara. Ibu nya selalu menginginkan hal instan, tak mau usaha. Bahkan ini untuk anaknya sendiri.
Masih dibalik pintu kamar, icha berusaha membuka pintu kamarnya dengan memutar-mutar kenop pintu bahkan mecoba mendobrak tapi apa daya, tenaganya tak sebesar tenaga samson seperti di film-film itu.
Mengambil handphone yang tadi tergeletak diatas kasurnya icha mencoba menghubungi nomer Billy.
Panggilan pertama tak ada jawaban. Kedua, ketiga, bahkan sampai panggilan ke sebelas tak ada jawaban dari sana. Perasaannya mulai khwatir, bagaimana bila terjadi sesuatu dengan billy? Bagaimana jika dia kesakitan lalu tak ada yang mengurusnya, bagaimana jika kaka nya mengirim seseorang untuk memukulnya lagi?
Terlalu banyak kata bagaimana di otaknya memikirkan keadaan kekasihnya."Pa, Ma, kalian denger aku kan?? Tolong bukain pintu nya!"
"Tolong, siapapun diluar sana bukain pintu nya!!!"
Tak memperdulikan suaranya hampir habis. Icha masih berteriak meminta pertolongan. Rasa sakit ditenggorokannya tak sebanding rasa sakit hati dirinya bila harus berpisah dengan Billy.
"Ka indra aku mohon buka pintu nya Ka" air mata icha mulai berderai turun ke pipinya. Merasa betapa jahatnya mereka ingin memisahkan dirinya dengan orang yang dia cintai.
Tak peduli semiskin apa kekasih nya, dia hanya menginginkan cinta tulus nya, Perhatiaan nya, kasih sayang nya, kenyaman saat berada disamping nya. bukan uang, bukan harta yang dia mau.Sekali lagi Icha berteriak dengan suara khas orang menangis.
"Ka indra buka pintu nya!"DIAM!!" Bentak Indra didepan pintu kamar adiknya.
"Sekali lagi kamu teriak, kaka ga akan perna lagi bukan pintu kamar ini""Ka aku mohon, aku mau ketemu sama billy Ka. Aku mohon"
"Harusnya kamu sadar siapa yang membuat kamu kaya gini. Selama kamu masih ingin berhubungan dengan dia, jangan harap kamu bisa keluar dari sini"
"Ka aku cinta sama dia, kaka gabisa misahin kita. Dia udah janji bakalan bahagiain aku. Kaka harus percaya itu, ka. Aku mohon"
"Jangan banyak mimpi"
Ketus Indra kejam. Dia tak memperdulikan suara isakan tangis adiknya dari dalam, dia memilih meninggalkan adiknya dibalik pintu kamar yang sangat kesakitan itu.Disaat seperti ini yang icha mau hanya pergi dari rumah terkutuk untuknya ini, menemui kekasih nya bagaimana pun caranya.
"Andai ada Rissa disini" icha membatin. berharap ada adiknya yang selalu membatu dia, tapi itu tak mungkin.
Tak mau membuang waktu lebih banyak lagi. Dia mencari tau sendiri jalan yang bisa membuatnya keluar dari sini.
Untungnya, ada sebuah jendela yang tak terlalu tinggi untuk dia lompati.
Dengan hati-hati icha melompat hingga sampai dia ditaman belakang rumahnya. Melalu pintu belakang akhirnya dia keluar.
Icha meninggalkan rumahnya tanpa membawa apa-apa.Sesampainya Icha di apartemen billy dia harus menunggu. Mengingat rencana mereka sebelum tertangkap akan pergi kepesta meyakinkan dia bahwa billy ada disana atau.....
Hingga batas kesabaran nya menunggu habis.
*