vi. maps

6.1K 118 28
                                    

Maroon5 - Maps

Suara dentuman musik semakin malam semakin keras, tak memperdulikan waktu yang semakin larut. Para tamu menari diiringi musik yang dimainkan dj.
Semua orang menikmati indahnya malam ini.

Kecuali Billy, dia yang diam di kursi mini bar yang ada dirumah ini. Dirinya sibuk dengan handphoe nya. Kernyitan didahi dan wajah gusarnya sangat terlihat jelas. Bila harus jujur dia sangat tak bersemangat untuk pesta ini. Namun dia masih menghargai azof, temannya yang mengadakan pesta.

"Kenapa lagi bro?" Dengan mulut bau alkohol azof datang kembali. Rasanya azof tak rela bila ada tamu yang dia undang dipesta nya hanya diam.

"Icha tadi nelfon gue" jawab billy. Bukan telinga azof yang bermasalah, tapi musik diruangan ini terlalu kencang hingga dia tak dapat mendengar dengan jelas.

"Apa??" Teriak azof.

Billy mendengus, lalu sedikit mencondongakan badannya ke telinga azof.
"Icha tadi nelfon gue ga ke angkat"
Teriaknya.

Azof mengangguk-ngangguk. "Ohh.. ya lo telfon balik lah!"

"Gue udah telfon balik tapi dia ga jawab panggilan gue"

"Emm" azof bergumam.
"Mending lo positif thinking aja"

"Mungkin dia udah tidur" tambah azof setelah melihat jam ditangannya.

Billy mengangguk, mencoba berpikir positif. Meyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja.

"Besok kan lo mulai kerja, dan gue yakin setelah lo kerja, waktu yang lo punya bakalan sedikit bro. Jadi bakal jarang lo bisa nikmati pesta kaya gini" Azof mencoba membujuk billy, membawanya ke lingkaran orang-orang yang menari. karena merasa tak enak dengan sang pemilik pesta akhirnya billy ikut bersama azof, menikmati alunan musik dj.

Setelah merasakan capek, serta keringat yang keluar dari badannya semakin merebah. Billy memilih keluar dari lingkaran para penari. Mengambil segelas air lalu meneguknya.

Mengatur napas yang tak beraturan akibat banyak nya ia bergerak membuatnya kelelahan. Ingin rasanya Billy menyegarkan badannya di bawah guyuran air dingin.

"Billy ya?" Suara lantang seorang perempuan membuatnya menoleh.
Memampang wajah heran.
Billy berdiri dari duduknya.
"Siapa?" Tanya nya.
Perempuan dengan pakaian yang sangat minim untuk ukuran badannya itu maju beberapa langkah mendekat kan jarak mereka.
"Lo lupa sama gue?"

"Gue Zudith" ucapnya sambil mengulurkan tangan kanan nya kedepan.
Beberapa detik billy termangu. Lalu dia menepuk dahinya sendiri.

"Oh ya ampun" gumamnya. "Zudith?"

"Iya, mantan pacar lo"

Billy termangu kembali beberapa detik lalu senyum canggung.

"Em.. Lo apa kabar Dith?"

"Gue baik. Seperti yang lo liat"

"Ya, lo semakin cantik Dhit"

"Haha. Bisa aja. Kabar lo gimana Bil? Lo kesini bareng siapa?"

"Serius.
Kabar gue baik juga, dan gue kesini sendiri."

"Ya cowok ganteng kaya lo bebas lah mau bicara apa. Kalau gitu kita bisa ngobrol lebih lama disini Bil? Kebetulan gue juga ga bwa temen"

"Emm. Bukannya gue ga mau Dhit. Apalagi kita lama udah ga ketemu semenjak lo pindah ke London gue sama sekali ga tau kabar lo."

"Kalau gitu kita bisa duduk disana?"

"Tapi gue harus pulang"

"Ya ampun.. Setelah dua tahun kita ga ketemu dan disaat pertemuan pertama kita lagi, bahkan kita belum sempat minum bareng lo mau pulang, teman macam apa lo?" Cibir Zudith. Sebenarnya dia tak serius, ini hanya bagian dari triknya.

Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya billy mengangguk.
"Oke deh. Kita mimun dulu"
Jawaban billy membuat zudith senang, refleks zudit memeluk billy, dan billy membalas pelukannya.

"Ini baru Billy yang gue kenal"

***

Hingar-bingar pesta, bau keringat yang menyengat, orang-orang yang meleok-leokan badanya mengikuti irama musik membuat tempat ini terasa sesak.
Ditengah banyak nya orang, matanya terus mencari, tak peduli dengan berapa banyak orang badannya bertubrukan dia hanya ingin berusaha menemukan orang yang ingin ia temui.

Kaki icha berhenti tepat saat matanya menemukan sosok itu, jarak yang sedekat ini tidak mungkin membuat penglihatannya buram.

Karena dengan jelas didepannya, Billy sedang berpelukan dengan perempuan lain.

Hatinya hancur berkeping-keping. Dunianya runtuh seketika. Dadanya begitu sesak. Kakinya melemas. Dan air mata berhasil turun kepipinya.

Apa ini alasan dari rasa galau hatinya?

Icha berniat berbalik saat hatinya sudah tak sanggup melihat yang didepannya, tapi langkahnya terhenti saat Billy menyadari kehadirannya dan berhasil menahan lengan icha.

"Cha.." panggil billy terdengar lirih. Hatinya seperti ditaburi garam dalam luka saat melihat mata indah kekasihnya mengeluarkan air mata.
"Kamu disini?" Billy ingin menarik icha kedalam pelukannya namun icha mengelak.

"Ya. Aku disini. Dan aku udah liat" ucap icha berapi-api.

"Ma-maksud kamu?" Billy menepuk dahinya, frustasi.
"Kamu pasti salah paham Cha. Sini biar aku jelasin" tambah billy.

"Jelasin apa lagi? Aku ga butuh penjelasan kamu karena dengan apa yang aku langsung liat itu udah jelas"

"Tapi kamu salah paham" tanpa sadar nada biacar billy meninggi, ini justru membuat hati icha semakin sakit.

Apakah mencintainya harus sesakit ini?

"Cha.. ma-maaf, aku ga maksud bentak kamu, a-aku.."

"Cukup. Terlalu banyak penderitaan aku selama pacaran sama kamu Bil.
Aku udah cape, selama ini aku selalu dihina keluarga aku sendiri demi mencintai kamu. Aku selalu menerima semua kekurangan kamu. Aku selalu ada dibagian hidup tersulit kamu.
Tapi sekarang, apa mencintai kamu harus sesakit ini? Seharusnya aku percaya sama ucapan keluarga aku kalau kamu ini ga pantes buat aku.
mungkin ini saatnya Tuhan menunjukan kamu yang sebenarnya. Aku cukup bersyukur mengetahui kamu sebelum kita lebih jauh. Tapi sekarang, mulai saat ini ga ada lagi kata KITA antara aku sama kamu"

"Cha, ka-kamu bercandakan?"

"Apa aku keliatan bercanda? Inget ya, cinta ga bisa sebercanda itu Bil, aku serius"

"Ta-tapi janji-janji kita?"

"Kamu simpen semua janji kamu, karena antara aku sama kamu udah berakhir"

"Cha!! Maafin aku, aku ga--"

"Semua berakhir Bil. Berakhir, aku harus pergi"

Icha memberontak dalam cekalan billy, karena billy terlalu lemah membuat icha berhasil melepaskan dirinya.

Billy merasa separuh jiwanya dibawa pergi.

Hingga suara nyaring klakson kendaran serta suara benturan keras menyadarkan dirinya.

Semuanya terjadi sangat cepat.

Dan hatinya hancur berkeping-keping melihat Icha sudah tergeletak dengan badan berlumuran darah.

"I-ICHAAA!!"

Dan penderitaan dalam hidupnya bertambah lagi.






















Happy holiday guyss.
Jgn lupa vote dan komen.

Icha kenapa? Hikss :(

MAPS // Icha & BillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang