(4)

11.3K 888 13
                                    

Claire~

"Morgan, apa maksudnya?" Tanyaku dengan nada mendesak. Nick tersenyum padaku. "Morgan, mereka sudah mendekati garis batas. Sekarang... atau terlambat." Kata-kata Nick bernada mengancam. Morgan melepaskan genggaman tangannya dariku, ia tidak memandangku. "Morgan?" Bisikku bingung. 

"Beri aku waktu satu hari." Morgan menatap Nick dengan penuh kebencian. 

"Nope. Aku tidak mau kau membahayakannya." Nick memandangku sebentar lalu balik memandang Morgan. 

"Satu. Jam." Morgan nyaris mendesis menahan amarahnya. Dan aku masih berdiri diantara mereka dengan tatapan bingung. 

"Morgan." Kali ini suara Jane menyela, "Kau sudah terlalu lama, kau tidak bisa membahayakannya lagi-" 

"Ok. Satu jam." Kata Nick memotong ucapan Jane. Lalu mereka pergi meninggalkanku dan Morgan. 

"Apa. Yang. Sebenarnya. Terjadi?" Sekarang aku berhadapan dengannya. Morgan menatapku, pandangannya melembut. "Claire..." suara yang keluar darinya serak. "Aku akan mengantarmu pulang. Akan kujelaskan di jalan." Lanjutnya. Lalu kami berjalan menuju mobilnya dalam keheningan. Baru beberapa menit yang lalu kami bergandengan tangan dan mengobrol, sekarang kami kembali lagi seperti saat pertama bertemu? 

"Claire..." Morgan memulai percakapan setelah lima belas menit perjalanan, aku memandangnya dengan pandangan bertanya dan khawatir. "Aku tidak bisa bersamamu lagi." 

Kata-kata Morgan mengalir dengan cepat ke otakku lalu menuju hatiku, "Kau berbohong..." Jawabku sambil tersenyum lemah. "Morgan, kalau Nick mengancammu atau apapun itu untuk melepaskanku, aku tidak akan melep-" 

"Aku mencintai Elaine." Kata-kata yang mengalir dari mulut Morgan membuatku tidak bisa bernafas, sesaat aku lupa bagaimana caranya bernafas. Otakku membeku. 

"T-tapi... Elaine adalah Guard Nick, kau tidak bisa-" 

"Claire, maafkan aku... seharusnya aku mengatakannya sejak awal. Aku sungguh menyukaimu, tapi setelah bertemu Elaine semuanya berubah. Ia membuatku... merasakan hal yang berbeda." Morgan menatap lurus ke jalanan di depannya. Air mataku menetes tanpa bisa kukendalikan. Bahkan saat ini aku masih memeluk buket bunga yang dibelikannya. "Jadi... semua ini bohong?" Tanyaku dengan suara bergetar. 

"Maafkan aku Claire. Aku hanya tidak ingin... menyakitimu."  

Aku bersusah payah menelan rasa sakit yang kini kurasakan, ini tidak mungkin terjadi. "Kau bohong Morgan. Aku tahu saat kau berbohong padaku." Kataku dengan suara yang lebih yakin. Morgan berbohong. Tiba-tiba Morgan menghentikan mobilnya, lalu menatapku. 

"Keluar." Jawabnya pendek. Aku memandangnya dengan tidak percaya, tidak ada ekspresi yang muncul dari wajah Morgan. 

"Ap-" 

"Please, Claire. Kumohon, jangan buat ini lebih sulit. Aku sudah cukup kesulitan denganmu akhir-akhir ini. Hentikan ini semua." Morgan memotong kata-kataku lagi, kali ini ia mengatakannya sambil memandangku. Tidak ada keraguan di mata Morgan. Aku melihat sekelilingku dari jendela mobil Morgan, mobilnya berhenti di depan sebuah rumah besar berwarna putih semi abu-abu. Nick berdiri di depan pintu rumah tersebut. 

"Please." Suara Morgan kini lebih mendesak. Aku berusaha membuka pintu mobil Morgan ketika kusadari bahwa tanganku gemetar, aku berdiri di depan pintu mobil Morgan, ia bahkan tidak melihat ke arahku sama sekali. Lalu mobilnya berjalan meninggalkanku berdiri sendiri, air mataku sudah mengalir deras. Tanganku terkulai di samping tubuhku menjatuhkan buket bunga yang diberikan Morgan.

Morgan~ 

Kedua tanganku mencengkeram kemudi hingga jari-jariku memutih. Kuinjak gas hingga mobilku melaju melebihi kecepatan 100 km/jam. 

Claire de Lune (Valerina #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang