(10)

9.9K 749 12
                                    

Claire~ 

Keesokan paginya, setelah bangun tidur, aku tidak bisa menemukan Morgan dimanapun. Aku turun ke dapur lalu melihat sebuah piring berisi pancake yang masih hangat, lalu di sebelahnya tergeletak sepucuk kertas putih dengan tulisan yang berantakan. 

'Aku akan kembali sebelum kau pulang sekolah, Morgan.' 

Aku tersenyum melihat tulisan Morgan yang seperti tulisan anak kecil. Kuambil saus blueberry di kulkas lalu menuangkannya di atas pancake, kupotong sedikit lalu mengigitnya. Lapisan pancake yang lembut dan manis mebuatku mengerang nikmat, bahkan aku tidak menyadari aku masih berdiri di depan meja makan sampai pancakenya habis. Kulihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 7.30 pagi. Setengah berlari aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi, setelah itu mengenakan seragamku. Kuputuskan untuk mengikat rambutku yang berantakan, lalu mengambil tasku di meja. Mataku yang berwarna hijau berkilat memandang pantulan wajahku di kaca. Kugembungkan pipiku lalu menghembuskan udara di dalamnya, kutepuk-tepuk pipiku beberapa kali untuk menghilangkan wajah bangun tidurku. Setelah puas aku turun ke bawah lalu berjalan menuju mobilku. 

Sembilan hari sebelum ujian kelulusan membuat kami stress, kelas yang hening karena perasaan gugup sebelum ujian membuatku tidak betah berada di kelas. Bahkan Tara yang biasanya cerewet, hari ini memilih untuk berkonsentrasi dengan tumpukan soal. Tiba-tiba kepalaku dipenuhi oleh Morgan, 'Apa yang sedang dilakukannya?'. Kucoba untuk berkonsentrasi mengerjakan soal Aljabar dan berhasil untuk beberapa saat, tapi kemudian pikiranku kembali pada Morgan. 

"Claire... Kau bisa mengerjakan soal yang ini?" Tara membuyarkan lamunanku. 

"Oh, aku belum sampai situ..." Jawabku sambil berpura-pura berkonsentrasi pada soal di depanku. Tara menatapku dengan aneh. 

"Biasanya kau sudah selesai duluan." Gumamnya padaku. "Jadi bagaimana kabar tunanganmu?" tanyanya setengah berbisik. 

"Morgan? Dia baik-baik saja." 

"Omong-omong, apa pekerjaannya?"  

"Dia... memiliki bisnis." Balasku, otakku benar-benar buntu hingga aku tidak bisa memikirkan jawaban bohong untuk Tara. 

"Yeah? Bisnis apa?" Tara terlihat benar-benar penasaran, kedua alisnya mengerut di wajahnya. 

"Well, bisnis... makanan." Suaraku terdengar ragu-ragu, "Ia memiliki restauran." Tambahku. 

"Oh ya? Dimana? Di sini?" 

"Um, di luar kota..." Bel pulang sekolah yang berdering menjadi penyelamatku, mengalihkan perhatian Tara dari pertanyaan-pertanyaannya. Aku menarik nafas sedikit lega. Segera kubereskan buku-bukuku lalu berdiri, "Tara, aku pergi dulu, ok? Aku janji makan siang bersama Morgan." Aku merasa berdosa sudah berkali-kali berbohong padanya. 

"Okay, salam untuknya, Claire." Tara melambai padaku, kubalas lambaian tangannya lalu keluar dari kelas secepat kilat. Kupercepat langkahku menuju mobil, hanya satu yang membuatku terburu-buru seperti ini... Morgan

Kukemudikan mobilku menuju rumah, mobil Morgan sudah diparkir di dekat halaman. Kuparkirkan mobilku di sebelah mobilnya, lalu masuk ke dalam rumah. 

"Morgan?" panggilku sambil menuju dapur, tidak ada siapa pun. Lalu aku naik tangga ke atas, kubuka pintu kamarku tapi Morgan tidak ada di sana. Suara gemericik air yang baru berhenti menyadarkanku bahwa ada seseorang di kamar mandiku. Lalu keluarlah Morgan hanya mengenakan celana jeans, dadanya yang bidang dan atletis menjadi hal pertama yang menarik perhatianku. Tidak setiap hari aku bertemu dengan cowok yang bertelanjang dada, jadi hal ini membuat wajahku merah padam. Rambut Morgan yang basah dan berantakan meneteskan butir-butir air di sekitar wajah dan bahunya. Aku mencoba mengalihkan perhatianku ke lantai setelah kami berdiri dalam diam untuk beberapa saat. 

Claire de Lune (Valerina #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang