"Minumlah."
"Bisa memberiku sesuatu yang lebih keras?"
Donghae tersenyum simpul mendengar permintan Raya, "Saat ini kau butuh pikiran yang jernih Ray, bukan mabuk." Sarannya lembut sambil ikut mendudukan diri dilantai bersama wanita itu, Donghae juga ikut menyandarkan punggungnya pada kaki sofa yang lembut.
"Minumlah." Bujuk Donghae kembali.
Raya meneguk secara perlahan orange juice yang diberikan Donghae, menikmati aliran dingin dan menyegarkan jus jeruk melalui tenggorokkannya yang ternyata baru dia sadari terasa sangat kering. Raya menengguknya habis hingga tak bersisa, dia tak menyangka jika dirinya sehaus ini.
"Aku punya sofa yang nyaman disini, kenapa kita harus duduk di lantai?"
"Aku ingin duduk di lantai." Jawaban asal bernada lemah keluar dari mulut Raya. Raya berucap sambil menarik lututnya hingga tertekuk, membuat gumpalan-gumpalan tissue kotor berjatuhan dari pangkuannya.
"Kau menghabiskan persediaan tissue ku. Sepertinya besok aku harus memanggil Bibi Nam untuk mengatasi ini semua." Donghae bermaksud membangun percakapan ringan dengan wanita yang duduk disebelahnya, tapi sepertinya Raya tak tertarik.
"Maaf." Hanya gumaman pelan yang keluar dari mulut Raya, meminta maaf atas kekacauan yang dia timbulkan di apartment sahabatnya.
"Tak masalah, itulah gunanya teman." Donghae tersenyum ringan.
Hening kembali menyelimuti keduanya. Beberapa jam lalu Donghae sempat kaget ketika Raya menjawab teleponnya sambil terisak, ditambah lagi dengan Raya yang kesulitan menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Donghae menjadi semakin khawatir ketika tau Raya sedang berada di kawasan budaya Dongdaemun. Untuk apa Raya di tempat itu, bukankah seharusnya Raya ada di Gangnam membantu sahabatnya. Tanpa buang waktu Donghae langsung menjemput Raya dan meminta Raya menunggu kedatangannya.
Hubungan Raya dengan Donghae saat ini bisa dikatakan cukup dekat. Raya tinggal bersama kakaknya, Kim Heechul, di Singapura. Donghae yang memang memiliki kerjasama bisnis dengan Heechul, jadi lebih sering datang kesana dan berteman baik dengan Raya.
Niat awal Donghae menghubungi Raya adalah untuk mengajak wanita itu makan malam bentuk jamuan sederhana sebelum Raya kembali ke Singapura besok. Namun kondisi Raya yang tampak berantakan membuat Donghae menyimpulkan telah terjadi sesuatu pada adik sahabatnya ini.
Tanpa bertanya apapun Donghae membawa Raya ke apartmentnya, membiarkan Raya terus menangis menumpahkan segala perasaan yang dia tahan. Hingga akhirnya Raya mulai mampu mengendalikan emosi, Donghae menjadi pendengar yang baik menyimak secara seksama apa yang membuat Raya menjadi sangat tidak stabil seperti ini.
Dari mulai pertemuan tak terduga dengan sang mantan suami di sekolah milik sahabatnya, kenyataan mengejutkan tentang wanita yang mengandung anak suaminya yang ternyata telah meninggal dunia dan menitipkan sebuah surat yang memporak-porandakan perasaan Raya, hingga kehadiran anak mereka yang memilik nama yang sama dengannya dan memanggilnya ibu.
Donghae yang dulu juga merupakan pengacara yang membantu mengurus perceraian Kim Raya dan mantan suaminya, sangat paham dan mengerti hingga menyimpulkan semua hal itu pantas menjadi alasan kekacauan Kim Raya saat ini.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Donghae di selimuti kepedulian sepenuhnya.
"Buruk."
Tanpa Raya jelaskan pun Donghae dapat melihat kebenaran dari jawaban Raya. Wajah yang memerah, sembab dan basah oleh airmata, rambut yang keluar dari tatanannya, pandangan mata yang sendu dan cenderung kosong, Raya benar-benar terlihat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farewell
FanfictionKim Raya, seorang wanita cantik keturunan Rusia-Korea. Terjebak dalam sebuah pernikahan bisnis satu arah. Disaat semuanya mulai membaik masalah besar justru datang dan menghancurkan mimpi indah Raya tentang memiliki pernikahan yang bahagia.