Epilogue

2.7K 99 4
                                    

"Hi, Sayang."

Grepp...

"Omo."

Raya yang sedang mengiris baguette, teman makan sup cream yang ia buat, tersentak kaget kala sepasang lengan kekar melingkari pinggangnya dengan erat. Raya langsung menolehkan wajahnya kesamping dan mendapati wajah sang suami yang tengah menatapnya dengan senyum komikal khas milik pria itu.

"Kapan Oppa pulang? Aku tak mendengarnya."

"Kau terlalu fokus dengan masakanmu, makanya kau tak mendengarku datang." Siwon berucap sambil meletakkan dagunya dipundak Raya. Ini adalah hal yang sangat dia sukai setiap selesai beraktifitas seharian diluar rumah.

Pulang kerumah dan mendapati istrinya yang tengah memasak makan malam, berdiri di dapur apartment mereka tanpa alas kaki dan rambut digelung berantakan. Ini adalah salah satu pemandangan seksi favoritenya.

Kemudian memeluk tubuh istrinya erat dari belakang sambil menyandarkan dagu pada pundak sang istri, seolah membantu melepaskan semua beban dan perasaan lelah yang melingkupinya karena permasalahan kantor.

Raya pun selalu menyukai kebiasaan suaminya setelah tiba dirumah ini. Hal-hal kecil dari interaksi tubuh mereka, seolah mengisi kekosongan rasa selama enam tahun ketika mereka berpisah dulu. Ini menciptakan banyak sensasi baru dan seolah menambah pasokan perasaan terdalam diantara mereka yang ternyata selama enam tahun ini tak pernah berkurang. Justru semakin kuat.

Raya terus melanjutkan pekerjaannya. Tak mempedulikan kecupan-kecupan kecil yang mulai dilabuhkan Siwon pada pundak, leher dan sesekali bagian belakang kepalanya.

"Tadi Eommonim menelepon. Beliau menawarkan bantuan dan tidak keberatan jika kita akan menitipkan Ray-chan disana selama kita pergi bulan madu. Tapi aku bilang itu tidak perlu. Karena kita akan pergi bertiga."

"Bulan madu? Aku lebih suka menyebutnya liburan." Ringan Siwon menanggapi sambil mengeratkan dekapannya pada pinggang Raya yang dia rasa terlalu ramping.

"Kenapa?"

"Sayang, tak ada pasangan yang pergi berbulan madu membawa serta anak mereka."

Raya menghentikan kegiatan memotongnya sejenak, "tapi aku tak ingin meninggalkan Ray-chan. Kurasa kita sudah beberapa kali membicarakan ini."

Sebelum menjawab, Siwon sempat mendesah lelah. "Aku tau. Aku tak akan mendebatnya lagi." Tutup Siwon sambil mulai kembali menggoda leher Raya. Menempelkan hidungnya di leher jenjang sang istri kemudian menghirupnya dalam, menikmati feromen memabukkan milik istrinya.

"Oh iya, Ibu juga bertanya kapan kita akan pindah ke rumah yang dihadiahkan ibu untuk pernikahan kedua kita. Menurutmu kapan?" Tanya Raya sambil mendesah pelan, mulai merasa terlena dengan perlakuan suaminya.

"Kapanpun kau dan Ray-chan siap untuk pindah kerumah baru. Dan aku yakin dirumah itu Ray-chan akan memiliki kamarnya sendiri."

Mendengar gagasan sang suami, membuat Raya melupakan kegiatannya lalu menyandarkan bagian belakang tubuhnya pada dada pria itu. Kemudian, dia menaruh lengannya di atas lengan Siwon, mengeratkan rangkulan lengan sang suami pada tubuhnya. "Apa menurutmu dia mau tidur terpisah dengan kita? Kau taukan, dia takut zombie."

Siwon sempat terkekeh geli mendengar penjelasan konyol Raya. Harus dia akui, putri kecilnya itu memang mempunyai imaginasi yang tak terbatas dan sulit untuk diikuti. "Dia harus mau." Tegas Siwon. "Aku tak ingin membagimu selamanya dengan dia. Ditempat tidur, kau seutuhnya milikku." Lanjut Siwon sambil berbisik.

"Isshhh..." Wajah Raya langsung merona mendengar nada menggoda suaminya. "Bagaimana jika setelah kita pulang dari bulan madu?"

"Ide bagus." Angguk Siwon menyetujui. "Sekarang mana peri kecilmu itu? Dia tidak membuat ulah lagikan disekolahnya?"

FarewellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang