Suara hiruk pikuk khas keramaian sebuah Taman Kanak-kanak terdengar sangat menyenangkan. Tiga orang wanita dan seorang pria dewasa terlihat mengobrol santai di ruangan yang bertuliskan ruang kepala sekolah.
Tak jauh dari sana, seorang anak laki-laki dengan pipi penuh berisi berlari kencang menuju ruang kelasnya. Hentakan tubuhnya karena berlari membuat pipi gembulnya bergoyang naik turun menggemaskan.
"Ray-chan... Ray-chan... Ray-chan..." panggil anak laki-laki itu tak sabar saat memasuki ruang kelasnya.
Seorang anak perempuan yang merasa terpanggil, langsung mengangkat wajahnya dari kertas gambar yang ia tekuni sejak tadi.
"Youngie-ya~ kau sudah selesai?"
Anak laki-laki yang baru saja tiba mengangguk penuh semangat, "Nona Han bilang sekarang giliranmu." Ada jeda sesaat, "Sepertinya ayahmu sudah datang." Lanjut anak laki-laki yang memiliki nama lengkap Cho Young Hyun itu dengan suara berbisik penuh rahasia sambil mencondongkan tubuhnya lebih dekat kearah sang sahabat.
"Benarkah??" Young Hyun kembali menggangguk dengan senyuman penuh melihat ekspresi riang sahabatnya.
"Mari aku bantu." Tawar Young Hyun sambil tangan kecilnya bergerak cepat merapikan crayon milik sahabatnya yang berserakan di atas meja. Sang sahabat yang memang tak sabar ingin segera bertemu ayahnya, tak menolak tawaran teman kecilnya itu.
Baru saja Young Hyun selesai memasukkan crayon yang terakhir pada tempatnya, matanya langsung terpaku pada hasil gambar yang dibuat sahabatnya.
"Ray-chan, kau menggambar ibumu lagi?"
"Emm." Jawab Ray-chan tanpa melihat kearah Young Hyun karena kali ini dia sibuk mengalungkan botol air minum dan meraih kotak bekalnya untuk dia bawa segera.
"Raya~."
Kedua sahabat cilik itu sontak menoleh kearah pintu mendengar nama salah satu dari mereka dipanggil, "Sekarang giliranmu. Ayahmu sudah tiba, ayo Sayang."
"Baik Nona Lee." gadis cilik yang tadi dipanggil Raya menjawab dengan penuh semangat.
"Terimakasih Youngie-ya, annyeong." Lanjut Raya -atau yang tadi dipanggil Ray-chan- riang sambil melambaikan tangannya pada Young Hyun kemudian berlari menggunakan kaki kecilnya menyongsong guru kelas yang sudah menunggunya didepan pintu.
Young Hyun yang ditinggalkan begitu saja menatap punggung Raya yang semakin menjauh dengan tatapan menyipit penuh rasa ingin tau, "Kenapa dia selalu menggambar dua orang ibu?" gumam Young Hyun penasaran.
****
"Terimakasih banyak Nona Han, Nona Kim. Anda berdua benar-benar memberi kami jalan keluar bagaimana menghadapi sikap ingin tau dan keras kepala Young Hyun yang berlebihan." Ucap seorang wanita muda yang diikuti oleh anggukan tanda setuju dari pria disampingnya, "Selama ini kami -orangtuanya- benar-benar sering merasa sakit kepala menghadapi rasa ingin tau dan sikap egoisnya yang kelewat batas"
"Hal seperti itu sangat wajar diusia Cho Young Hyun sekarang. Anak seusianya suka sekali bereksplorasi dengan apa yang ada disekitar dan menganggap semua yang dia sukai harus jadi miliknya. Anda harus semakin membesarkan hati menghadapinya, Nyonya Cho. Dan sekali lagi saya sarankan untuk tidak memberi batasan kepada Young Hyun terhadap rasa ingin taunya, Young Hyun adalah anak yang cerdas. Dan saya lihat sebenarnya dia sangat senang berbagi."
"Baik, saya mengerti. Sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan anda Nona Kim."
Wanita yang disapa Nona Kim Mengangguk penuh senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farewell
Fiksi PenggemarKim Raya, seorang wanita cantik keturunan Rusia-Korea. Terjebak dalam sebuah pernikahan bisnis satu arah. Disaat semuanya mulai membaik masalah besar justru datang dan menghancurkan mimpi indah Raya tentang memiliki pernikahan yang bahagia.