Raya sudah tak mengerti dengan apa yang tengah dia rasakan saat ini. Hancur? Kata itu bahkan tak mampu mewakili segala perasaannya. Saat ini hati dan perasaan Kim Raya benar-benar sudah tak berbentuk, dia luluh lantak. Mungkin jika diibaratkan, saat ini dia hanya mampu menunggu seseorang untuk mengumpulkan serpihan hatinya yang sudah benar-benar tak terbentuk.
Sesak? Entahlah, apa ini perasaan sesak. Nyatanya Raya sudah tak mampu merasakan apapun. Mungkin karena hatinya telah hancur tak bersisa. Ibarat sebuah cristal dandelion yang pecah terinjak, dia sudah tak mampu lagi merasakan sakit dihatinya, karena dia sendiri sudah tak mampu merasakan keberadaan hatinya.
Ucapan pengakuan sekretaris suaminya bagaikan sebuah godam yang menghancurkan seluruh dirinya. Airmata terus keluar dari mata bulat Raya tanpa lirihan tanpa isak tangis, hanya terus keluar tanpa henti. Raya sendiri tak sanggup untuk menghentikannya, dia sepertinya sudah lupa cara untuk memerintahkan otaknya agar berhenti menangis.
Raya bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Belum lebih dua bulan dia merasakan indahnya sebuah pernikahan sesungguhnya. Kebahagiaan tak terkira menjadi seorang istri yang dicintai. Tapi kenyataan yang terjadi saat ini justru menghancurkan semua kebahagiaannya.
Apa yang harus dia lakukan. Semesta seolah berkomplot untuk selalu mengurung Kim Raya dalam nestapa. Takdir seolah tak pernah membiarkannya untuk merasa bahagia. Tuhan seperti sedang mempermainkannya.
Raya benar-benar tak tau apa yang harus dia lakukan. Baru saja dia mulai merajut mimpi indah bersama pria yang mencintai dan dia cintai. Tapi kenyataan pahit bahwa ada wanita lain yang tengah mengandung anak dari prianya, entahlah. Raya sendiri tak mampu mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini. Jika di ibaratkan, seperti sebuah luka sayatan bernanah yang ditaburkan garam serta perasan jeruk lemon, perih teramat perih.
Raya tak pernah menyangka bahwa kebahagiaan yang tengah dia rasakan kini ternyata laksana sebuah istana pasir yang dibangun di pesisir pantai. Rapuh. Begitu laut pasang dan ombak menerjang, kebahagiaannya hancur tak bersisa, hilang tak berbekas. Raya merasa Sepertinya dia memang tak pernah ditakdirkan untuk meraih kebahagiaan bersama suaminya, Choi Siwon, pria yang sangat dia cintai.
"Maafkan aku. Kumohon maafkan aku." Ucapan lirih disertai isak tangis tak henti dikeluarkan oleh Choi Siwon yang saat ini tengah duduk bersimpuh sambil memeluk kaki Kim Raya.
Siwon tak pernah mengira bahwa tindakan bejatnya akan meninggalkan bekas yang tak pernah hilang. Dia berpikir selama ini dia selalu bermain aman. Tapi pengakuan sang sekretaris yang saat ini tengah mengandung anaknya, benar-benar membuat Choi Siwon bagai dipaksa masuk ke dalam lubang kehancurannya.
"Maafkan aku, kumohon maafkan aku." Senandung maaf Siwon yang berulang tak berhasil menarik Raya dari sikap diamnya. Raya benar-benar tak bergeming, seakan tubuhnya menjadi katalepsi, kaku, tak bergerak.
Hingga akhirnya Raya menundukkan kepalanya, menatap penuh luka pria yang sejak tadi tak berhenti berucap maaf penuh kelirihan dengan linangan airmata sambil terus berlutut memeluk kedua kakinya. Raya menatap pria yang juga ikut hancur karena kenyataan yang terjadi.
Raya merubah kembali arah pandangnya. Sambil bersandar pada sandaran sofa, dia menghembuskan nafasnya pelan. Kemudian dia menengadahkan kepalanya menatap langit-langit apartment mereka yang dia harapkan runtuh saat ini juga sehingga mampu mengubur luka sekaligus dirinya hidup-hidup. Jika ada yang bertanya apa yang dia harapkan saat ini, dia berharap kematian datang menjemputnya saat ini juga.
Pandangan Raya menerawang. Otaknya berputar cepat laksana sebuah film yang di fast rewind. Ingatannya mundur sangat cepat kebelakang melintas berbagai memori dan semua kenangan yang selama ini dia lewati bersama pria yang masih setia bersenandung maaf di kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farewell
FanfictionKim Raya, seorang wanita cantik keturunan Rusia-Korea. Terjebak dalam sebuah pernikahan bisnis satu arah. Disaat semuanya mulai membaik masalah besar justru datang dan menghancurkan mimpi indah Raya tentang memiliki pernikahan yang bahagia.