5 Amethyst 1016, siang hari (05/02/16)
ELLEIN baru saja melangkah keluar dari ruang kerja bagian strategi di istana, dan langsung disambut wajah Axel yang tersenyum lebar menatapnya bagaikan anak kecil baru mendapat hadiah.
"Apa lagi?" kata Ellein, setengah kesal. Pasalnya rapat yang baru saja berlangsung masih membuatnya panas akibat perdebatan tak penting dari beberapa orang yang menganggap strateginya tak berguna, membuat Ellein emosi sendiri dan meninggalkan rapat lebih awal.
Axel berlaku seolah sakit hati. "Jangan begitu padaku, Elly."
Napas Ellein menghentak kesal. "Sudahlah! Serius, ada apa?"
Axel menghela napas, menyadari bahwa suasana hati Ellein sedang buruk-buruknya. "Ayo, ke markas. Kelihatannya hipotesismu kemarin membawa kita titik cerah."
Ellein mengangkat sebelah alis. "Wow."
"Yeah, wow," sahut Axel. "Oh ya, maksudku... Perang? Serius kali ini?" Pemuda itu merujuk pada ruangan yang baru saja ditinggalkannya.
Ellein mengangguk, wajahnya berubah muram. Tidak perlu kalimat lengkap baginya untuk mengerti. "Sayangnya, ya. Bukan masalah untukmu sekarang, lagi pula belum terlalu pasti. Lebih baik kita pikirkan masalah yang sekarang." Ellein menghela napas, mulai berjalan. "Jadi, ada apa? Delaeyn tiba-tiba muncul dan terang-terangan menyerang?"
Axel mengikuti di belakangnya. "Tidak begitu juga. Tapi entahlah, Blades menyuruhku membawamu ke markas."
"Kau belum ke sana?"
Axel menggeleng. "Gisela mampir ke tempatku sebentar dan menyuruhku membawamu."
Ellein mengangkat alis. Kelihatannya hubungan Brad dan Gisela sudah cukup jauh, mengingat Brad nyaris tidak bisa memercayai siapapun untuk mengerjakan tugasnya. Bahkan Ellein, atau pun Axel. "Ya sudah, ayo."
Keduanya berjalan bersisian keluar dari istana. Melewati istal kuda, Ellein mengernyit melihat Lisa turun dari kuda Rex. Keduanya berbincang kecil, saling melempar senyum.
Mungkin dewi cinta sedang berkeliaran menebar bunga-bunga.
Axel mengikuti arah pandangan Ellein, lalu tersenyum menggoda. "Kenapa, El? Kau ingin seperti itu juga?"
Ellein mendelik. "Diamlah, berhenti menggodaku. Cepatlah, semakin cepat semakin baik."
Rex terkekeh, berjalan lebih cepat mengikuti Ellein. "Kenapa buru-buru? Santai saja."
Ellein menghela napas, tidak berniat membalas lagi. Sebagai gantinya, Rex tersandung akar yang tiba-tiba muncul.
Rex menatap kesal Ellein yang tertawa-tawa, berjalan cepat di depannya. "Ellein!"
-
MARKAS terlihat lengang dari luar.
Ellein menghela napas, membuka pintu kayu markas. Di belakangnya Axel mengikuti sambil menggerutu.
"Oh, hai, Ellein!"
Ellein mengangkat alis melihat isi gubuk kecil itu. Ada banyak orang-orang yang dulu dikenalnya, saat dia masih menjadi salah satu anggota Blades. Sekarang... dia sudah kembali menjadi anggota Blades.
Ellein mengangguk sambil tersenyum ke orang-orang yang menyapanya. Sekitar sepuluh orang memadati ruangan utama gubuk ini, yang bisa dibilang kecil. Ellein segera mendekati Brad dan Gisela di tengah meja, yang tengah membicarakan sesuatu sambil menggerakkan jari pada kertas di atas meja.
"Jadi? Ada apa?" tanya Ellein tanpa basa-basi.
Brad dan Gisela menoleh. "Ah, akhirnya kau di sini." Brad mengisyaratkan Ellein untuk mendekat. Ellein mengangkat alis dan melangkah sedikit, lalu mengernyit melihat isi kertas itu.
"Aku tahu itu peta, langsung jelaskan saja."
Suasana hatinya memang sudah sedikit membaik setelah mengerjai Axel tadi dengan sihirnya, tapi dengan segera memburuk lagi entah kenapa. Mungkin ruangan ini terlalu padat, membuatnya panas. Brad mengernyit melihat sikapnya, tapi tidak bertanya-tanya. "Seperti yang kau katakan kemarin, aku menelusuri Delaeyn Lastain. Secara bersamaan, markas utama Blades mengalami serangan yang sama, seperti yang dulu kuceritakan padamu. Terlalu cepat dan tangkas, penuh antisipasi, aku tidak bisa menangkapnya." Brad menghela napas. "Sudah beberapa hari mereka tidak menyerang... Mungkin mereka mulai merasa terancam lagi karena kita semakin mendekati hasil pencariannya."
"Lalu ada apa sehingga kau memanggilku ke markas?"
Brad menyipitkan mata. "Kenapa kau jadi kasar sekali, El?"
Axel tiba-tiba muncul di sebelahnya. "Dia sedang mengalami hari yang buruk. Biarkanlah, Brad."
Brad menggeleng-geleng. "Kau mungkin harus melatih emosimu. Tapi baiklah. Hasil pencarianku akan Delaeyn... Sebenarnya tidak banyak. Tapi ada satu hal yang aneh akan dia. Dia akan keluar dari rumahnya setiap malam, sekitar pukul sembilan. Entah apa yang dia lakukan sebenarnya, tapi aku mengikutinya."
Ellein mengerutkan hidung. "Sekarang kau terdengar seperti penguntit aneh."
Brad melotot. "Jaga bicaramu El. Aku tidak mengikutinya secara langsung juga. Aku menyuruh anak-anak mengikutinya. Rumahnya ada di pinggiran barat laut Naveland, daerah dekat Goldburg. Agak terpencil, tapi aku berhasil melacaknya. Dia akan pergi ke sebuah tempat yang sama anehnya... Tidak jauh dari rumahnya, ke sebuah kedai tua aneh. Orang-orang di sekitar sana mengatakan itu adalah tempat berkumpul orang-orang aneh, dan mereka sendiri bilang itu mencurigakan."
Ellein mengangkat alis. "Baiklah, itu saja?"
Brad berdecak. "Tentu saja tidak. Aku menyusupkan beberapa orang ke sana dan mereka berhasil menggali informasi." Brad menarik napas dalam-dalam. "Kita memang sedang menghadapi Winter."
Ellein menghela napas, merasakan tatapan khawatir sekaligus terkejut Axel ke arahnya. "Lalu apa rencanamu?" tanyanya tenang. Hatinya berkecamuk, tapi dia tidak ingin membuat orang-orang khawatir karena dirinya.
Brad menatapnya sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Berhubung pusat organisasi aneh ini ada di Midwall, Edgefort, kita akan mengirimkan beberapa orang ke sana. Beberapa jejak penyerangan dapat dihubungkan dengan Winter ini, jadi kemungkinan besar, organisasi ini lah yang menyerang kita."
Ellein menghela napas. "Baiklah. Lalu, apa yang bisa kulakukan?"
Brad menggeleng. "Tidak ada, sih, kecuali kau ingin ikut ke Midwall menyelidikinya dan memastikan mereka yang menyerang kita. Tapi aku ingin berterima kasih karena bantuanmu."
Ellein terkekeh. "Aku tidak membantu terlalu banyak, kok. Ya sudah... Aku akan ikut ke Midwall."
Brad mengernyit. "Nah ya. Apa yang sebenarnya kau ketahui soal Winter ini?"
"Katakan dulu apa yang kau ketahui soal organisasi ini."
Brad menarik napas. "Winter... Adalah organisasi yang mulai memberontak saat sejak pemahkotaan Ratu. Mereka sempat tidak aktif selama beberapa saat, atau lebih mungkinnya, melakukan aktivitasnya secara tersembunyi. Mereka bertujuan untuk menggulingkan takhta yang sekarang karena tidak setuju atas pengangkatan sang Ratu."
Ellein mengangguk. "Semua itu benar. Dan mereka telah bekerjasama dengan Lirsk."
Satu ruangan kecil itu seolah berhenti bergerak dan menatap Ellein.
Mulut Brad, juga Gisela, sedikit membuka. "Kau serius?"
Ellein menghela napas. "Untuk apa aku bercanda?"
Bisik-bisik terdengar di ruangan itu. "Baiklah, kau ikut ke Midwall. Axel?"
Axel mengangguk pasti. "Tentu saja. Kenapa juga aku meninggalkan Ellein?"
Ellein mendelik kesal. Kata-kata Axel membuat mereka terdengar seperti pasangan tak terpisahkan.
Brad terkekeh. "Tentu saja. Baiklah. Itu rencananya." []
KAMU SEDANG MEMBACA
Forewood Kingdom: Stone of Moon [3]
FantasíaHidup tenang sebagai pelayan kerajaan merupakan kebahagiaan bagi Elisa Venelope Darkbrown. Bahkan meski kakaknya, Alize, sudah tewas dalam perang tanpa menyisakan tubuh untuk dikuburkan. Tapi ketenangan itu harus berakhir saat salah seseorang - atau...