8 Amethyst 1016 (08/02/16)
DINI hari yang ramai di Ruang Singgasana.
"Total pasukan yang sudah kita kumpulkan adalah empat puluh pasukan kerajaan dengan prajurit dari berbagai daerah, kita mendapat tambahan dari sekolah prajurit. Pasukan ksatria, kebanyakan perwakilan berada di dalam ruangan ini, ada sekitar sepuluh pasukan, karena kebanyakan lulusan sekolah tahun ini layak dijadikan ksatria. Dengan jumlah pasukan-pasukan kita, kita tetap akan sulit bertahan dari serangan. Tapi setidaknya kita dapat membeli waktu untuk beberapa saat." Ethan John Paulo berkata-kata di depan kursi singgasana sang Ratu.
Sang Ratu menghela napas dan mengangguk paham, menerima kata-kata kepala strateginya. Rapat dipindahkan ke ruang singgasana karena ada jauh lebih banyak orang yang mengikuti. Seluruh prajurit istana dan banyak ksatria berkumpul di satu ruangan yang sama, menatap sang Ratu.
Ellein, yang sebagai salah satu perancang strategi berdiri di sebelah Ethan, menghela napasnya. Mereka sudah merencanakan seluruhnya, rencana yang akan mereka jalankan saat ini. Ellein sudah memastikan semua orang yang mengikuti rapat sebelumnya berada di ruangan ini, saat ini juga.
Disentuhnya dadanya lagi, untuk merasakan bahwa liontin biru yang dua hari lalu didapatkannya dengan susah payah masih berada di sana. Saat dirinya dipergoki oleh salah satu anggota Winter, Axel tiba-tiba muncul dan dengan cepat mengubah situasi. Dengan ujung tumpul pedang, dia memukul leher orang yang mengancam Ellein. Mereka akhirnya berhasil membawa orang itu beserta seluruh bukti yang ada di dalam ruangan ke luar, juga liontin ini. Sekarang anggota Winter itu sedang berada di bawah tahanan Blades, tapi dia menolak untuk mengatakan apa pun soal Winter.
Ellein menghela napas, kembali mengumpulkan fokusnya untuk diarahkan pada suasana di depannya.
Sang Ratu mulai berdiri, menatap seluruh rakyatnya yang berada di ruang singgasana. "Aku harap kita semua akan tetap tenang dan terus berjuang, ksatria dan prajurit. Pihak Kerajaan Forewood berhasil memulihkan Batu Bulan, yang akan kita simpan di tempat paling rahasia dan aman, dan semoga dapat memberikan kita keberuntungan dalam perang ini." Sang Ratu sengaja tidak menyebutkan Blades, dikarenakan organisasi ini tergolong rahasia. Hanya beberapa orang terpenting di kerajaan dan dewan yang mengetahuinya. "Masih ada harapan untuk kita, ksatria dan prajurit. Kita akan terus berjuang sampai akhir. Kerajaan kita bukanlah sesuatu yang dapat dikalahkan dengan mudah. Kita dikelilingi hutan, pohon-pohon yang tegap kokoh, dan kuyakini bahwa kita semua sama kokohnya." Pidato kecil sang Ratu terhenti.
Dari kejauhan sang Ratu dapat melihat seseorang berpakaian prajurit berusaha membelah barisan ksatria dan akhirnya tiba di depannya. Prajurit itu berlutut di bawah singgasana. "Yang Mulia Ratu," katanya memberi hormat.
Sang Ratu mengisyaratkannya untuk berdiri. "Mayor Jenderal Finley Rashad, wakil kepala prajurit. Ada apa?"
Finley Rashad berdiri. "Menara Pengawas Barat melaporkan adanya penyerangan pada tim patroli di Hutan Forewood, Yang Mulia," Dia membawa kabar yang tidak rakyat Forewood mana pun ingin dengar. "Beberapa monster sudah mulai memasuki hutan dan merusaknya."
Sang Ratu menghela napas gusar. "Terima kasih, Rashad." Gadis itu maju beberapa langkah, menatap sekeliling ruang singgasana. "Demi Forewood, kita akan menang. Jadi, kumohon, tetap bersemangat. Kelangsungan kerajaan ini ada di pundak kalian semua yang berada di dalam ruangan ini." Sang Ratu menarik napas. "Demi Forewood!"
"Demi Forewood!" Seluruh ksatria berteriak penuh semangat.
Ellein menghela napas. Semoga semua berjalan seperti yang sudah direncanakan.
Semua orang berbondong-bondong keluar dari ruang singgasana. Sesuai jadwal, ada beberapa pasukan tertentu yang masuk gelombang pertama, yang akan menghadapi Lirsk pertama kali. Sang Ratu sempat bersikeras agar dia ikut dalam perang, tetapi hampir seluruh tim strategi menolak ide ini. Pada akhirnya sang Ratu dimasukkan ke dalam pasukan yang berada pada gelombang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forewood Kingdom: Stone of Moon [3]
FantasyHidup tenang sebagai pelayan kerajaan merupakan kebahagiaan bagi Elisa Venelope Darkbrown. Bahkan meski kakaknya, Alize, sudah tewas dalam perang tanpa menyisakan tubuh untuk dikuburkan. Tapi ketenangan itu harus berakhir saat salah seseorang - atau...