5 Amethyst 1016, siang hari (05/02/16)
LISA tidak dapat menahan matanya agar tidak menunjukkan keterkejutan.
Arelle terkekeh. Wanita itu berdiri, melangkah sebentar menuju ke pintu rumah dan membukanya. Elisa terkejut melihatnya berdiri di sana.
Rex Anderson. Rambut kebiruannya terlihat berantakan, dan mata cokelat kemerahannya menatap Lisa cemas.
Bagaimana bisa dia di sini?!
Berjalan keluar dari rumah kayu itu, Lisa melirik Rex sedikit. Dia tidak mengerti apa yang sahabat kakaknya ini sebenarnya lakukan. Rex mengacak-acak rambutnya sendiri dan tersenyum rikuh.
Elisa terkekeh sendiri melihatnya. "Kenapa kau ada di sini?" tanyanya.
Rex terkekeh canggung. "Aku... Hmm... Mengikutimu?" Kelihatannya Rex juga heran akan apa yang dia lakukan. "Aku melihatmu dengan anak itu tadi jadi ya... Aku mengikutimu..."
Lisa mengangkat alisnya. "Kenapa kau mengikutiku?" Jantung Elisa berdetak jauh lebih cepat dan dia tidak bisa mengendalikannya.
Rex berdecak, seolah itu sudah jelas. "Aku khawatir padamu."
Lisa bisa merasakan panas di pipinya. Sial. Buru-buru dia membuang muka. Mungkin karena kakaknya lagi, tapi dia tidak mengucapkan hal itu. Diam-diam dia senang atas perhatian yang dilimpahkan padanya. "Terima kasih sudah mencemaskanku."
Rex mengusap bagian belakang lehernya. "Jadi... Uh... Sebenarnya... Kau... Apa yang kau lakukan di sini?"
Lisa tidak menjawab, dan untunglah Rex juga tidak memaksanya. Pemuda itu hanya mengangguk dan berjalan lebih dulu. Kuda milik Rex terletak tak jauh dari sana, tertambat di salah satu pohon. Rex menunggangi kudanya sebelum membantu Lisa naik di belakangnya.
Mereka berjalan lurus menelusuri jalanan yang ada hingga kembali ke daerah ibu kota. Istana sudah terlihat di depan mereka tak lama kemudian.
Lisa menghela napas panjang. "Aku bisa melihat masa depan," katanya sebelum mereka tiba di istana. Dia mempertimbangkannya beberapa saat sebelum memutuskan bahwa Rex ebrhak mendapatkan sedikit kejujuran darinya. Apa pun alasannya, pemuda ini sudah banyak membantunya.
Jika Rex terkejut, dia tidak menunjukkannya. Pemuda itu justru tersenyum lebar. "Keren." Mereka tiba di depan gerbang istana. Pemuda itu melompat turun dari kudanya lalu membantu Lisa turun.
Lisa mengerutkan dahinya. "Aku serius."
Rex terkekeh pelan. "Aku tahu kau serius."
"Kau tidak menganggapku serius," kata Lisa, menautkan alisnya.
"Percayalah, aku tahu kau serius. Aku hanya tidak terkejut karena aku sudah tahu Batu Bulan itu membawa kekuatan." Rex menepuk bagian atas kepalanya. "Aku harus kembali. Hati-hatilah."
Lisa menyaksikan pemuda itu kembali menunggangi kudanya. Sebelum menghela pergi, Rex menoleh ke arah Lisa dan tersenyum. Senyum itu membuat jantung Elisa berdetak lebih cepat. Ragu-ragu, bibirnya membalas senyum itu.
-
5 Amethyst 1016, malam hari (05/02/16)
ELISA bangun terduduk.
Rambut dan sekujur tubuhnya basah, membuat Lisa menyadari bahwa dia berkeringat dingin. Mengatur napasnya, dia mengusap dahinya dan menyentuh liontin kalungnya.
Gadis itu menghela napas, menyila kakinya. Dia melepas kalungnya, dan meletakkannya di permukaan ranjang di depannya.
Asap kebiruan muncul menutupi liontin itu dan sebagai gantinya, muncul seorang gadis kecil berwarna biru. Gadis kecil itu tampak mengusap matanya dan menguap. "Kenapa kau memanggilku, Elisa? Ini menghabiskan energimu dan energiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forewood Kingdom: Stone of Moon [3]
FantastikHidup tenang sebagai pelayan kerajaan merupakan kebahagiaan bagi Elisa Venelope Darkbrown. Bahkan meski kakaknya, Alize, sudah tewas dalam perang tanpa menyisakan tubuh untuk dikuburkan. Tapi ketenangan itu harus berakhir saat salah seseorang - atau...