Pelangi berjalan ke sekolahnya. Ia jarang melihat Septi akhir-akhir ini. Tentu saja, Septi pasti sibuk sama Awan. Kenapa Pelangi memikirkan hal itu ?. Hei, sadarlah Pelangi lo dalam proses ngelupain Awan.
Pelangi memukul kepalanya. "Bodoh." Lirihnya.
Pelangi melanjutkan perjalanannya, ia melewati rumah Nata yang selalu sepi dan tidak ada orang. Ia selalu bertanya, dimana keluarganya, tapi Nata hanya menjawab, 'kedua orang tua-nya pergi melakukan perjalanan bisnis'.
Pelangi juga tidak dibolehkan masuk kedalam rumah Nata. Awalnya ia penasaran, kenapa Nata melarangnya untuk bermain. Dan sekarang ia tidak terlalu penasaran lagi, setiap orang memiliki privasi tersendiri bukan.
TIIN!
Pelangi menoleh dan melihat mobil Awan yang mau lewat. Otomatis, Pelangi menyingkir dan membuang muka.
"Pelangi ? Mau bareng enggak ?"
Suara itu terdengar familiar bagi Pelangi. Gadis itu kembali menoleh dan melihat Septi-disana-duduk disebelah Awan.
Fantastis, mereka berdua ada kemajuan. Mereka terlihat akrab."Ngg-" Pelangi ragu ingin mengatakan bahwa dia tidak bisa. Karena saat ini Awan sama sekali tidak menatapnya, mungkin saja Awan tidak menyukai Pelangi jika mereka bersama di dalam mobil yang sama. "enggak usah Sep, gue bisa naik Angkot atau jalan kaki. Toh, sekolah sama rumah gue jaraknya deket."
"Kok gitu, La. Udah sih ayo gabung aja, mumpung ada tumpangan gratis." Bujuk Septi.
Pelangi sepertinya bingung, tapi ia tidak boleh labil. Harus tetap pada pendiriannya, menjauh dari Awan.
"Eh-" pekiknya saat Awan keluar dan menarik paksa tangan Pelangi. Gadis itu meringis menahan sakitnya. Ia dipaksa masuk kedalam mobil di belakang.
Gue bener-bener benci lo Awan. Pelangi membatin. Ia sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak tumpah.
Septi yang melihat kejadian ini, hanya menatap Awan. Pria itu sama sekali tidak menoleh kemanapun. Tatapannya lurus kedepan.
Sebenarnya mereka kenapa ?. Batin Septi bertanya.
* * *
Hari-hari berlalu. Pelangi membenci Awan. Pria kasar yang suka memaksa. Seenaknya dan bermulut pedas. Berbeda dengan Awan 5 tahun silam. Lembut, ceria dan suka menolong. Pelangi menyadari perasaannya hanya semu, ia menyukai Awan hanya dulu, disaat cowok itu menolongnya. Disaat cowok itu berbaik hati memberikan sandwich keju yang harusnya dimakan oleh dirinya tapi malah dikasih ke Pelangi.
Terkejut ?
Tentu saja, Awan yang sekarang bukanlah Awan yang cerah disaat mentari pagi muncul tapi Awan yang sekarang sangat dingin dan keras karena terlalu tertimpa bola salju di Jepang. Eh-?
Sekotak Roti tiba-tiba muncul di mejanya. Bukan hantu yang mengirimnya melainkan pria jahat yang menjelma sebagai malaikat. Apa yang dia lakukan disini ?
Pelangi melepas earphone-nya, "kenapa lo ada didepan gue ?" Ujarnya dingin.
Awan hanya diam dengan ekspresi datarnya. Kemudian ia menggaruk-garuk leher belakangnya, bingung harus berkata apa ke Pelangi.
"Gue cuman mau kasih ini ke lo, dari pagi lo belum makan apa-apa, dan sama sekali belum ke kantin." Ujar Awan.
Tentu saja Pelangi malas kesana, karena sudah pasti ia akan bertemu dengan Awan. Orang yang harus dihindarinya adalah Awan.
Pelangi menggeleng. "Enggak perlu. Gue enggak laper." Ujarnya ketus. Kemudian kembali menggunakan earphone.
Awan menarik nafas. "lo harus makan roti ini, karena gue tahu lo enggak bakal tahan nantinya. Pasti penyakit lo kambuh kalau enggak makan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi dan Awan[Completed]
Teen Fiction[Di Mohon untuk tidak menyalin karya orang lain. kalian tidak usah bangga dengan mengklaim karya orang lain. Ini murni dari ide dan imajinasi saya sendiri. Terima Kasih] * * * Pelangi-pelangi alangkah indahmu. Entah kenapa aku harus bahagia karena...