"Gue bakal balik ke Jepang. Selamat lo menang." Awan tengah memasukan baju-bajunya kedalam koper. "Gue bakal berusaha buat bikin lo nyaman tinggal disini. Urusan bokap biar gue yang jelasin ke dia. Gue akan lindungin lo."
Melindungi
Melindungi
Melindungi.
Nata hanya diam memandangi dari kejauhan. Seorang Awan menunjukkan sisinya yang berbeda. Apa ini yang dinamakan rasa bersalah ? Apa ini yang dinamakan pacaran yang terlalu memaksa ? Hingga membuat keduanya tersakiti ?
Ia resmi menjadi pacar Pelangi, tapi kenapa hatinya terasa aneh. Kenapa ia merasakan bahwa gadis itu nerima dirinya hanya karena Awan menyukai Septi ?
Pelangi menjadikan pelarian atau memang dia ada rasa dengan Nata ? Dan kenapa ia merasa bahwa dirinya penghancur kebahagiaan Awan ?
"Tolong jaga Pelangi, Papa bisa aja melukai Pelangi. Jadi lo harus jagain." Awan mendekati Nata, "seribu bangau yang gue bikin dan kirim ke lo, tolong kasih ke Pelangi."
"Take care. Kapan lo landing ?" Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Nata.
Awan mengedikkan bahunya. "Jam 8 pagi."
* * *
"Aku sayang kamu."
"Aku juga."
Pelangi nampak jijik didepan Septi dengan cowok yang bukan Awan. Bukannya Septi pacarnya Awan ? Kenapa dia bisa selingkuh ?
"Septi ?" Jerit Pelangi.
Mereka tersentak kaget. "Kenapa La ? Eh kenalin dia-"
"Enggak usah sok kenal-kenalin, sekarang lo ikut gue." Pelangi menarik tangan Septi.
Septi mengernyit bingung. "Lo kenapa sih ?"
"Lo selingkuh dari Awan ?"
Septi terkekeh, "wait, lo salah paham-"
"Salah paham apaan ? Jelas-jelas lo jalan sama cowok selain Awan." Jeritnya.
"Awan ? Loh kenapa ?-"
"Lo jadian sama Awan kan ?"
Septi langsung tertawa kecil menepuk pelan bahu Pelangi. "Gue gak jadian sama Awan La."
Eh-enggak jadian ?
"Enggak ? Maksudnya ?"
"Maksudnya ? Haha, gue gak jadian sam Awan tapi sama Herry, temen lama gue yang kemarin nembak gue." Jelas Septi.
"Tapi-tapi, lo kan bilang ke gue sukanya sama Awan." Cicitnya,
"Suka sama Awan, but bukan berarti gue pacaran sama dia Pelangi. Awan sukanya sama lo, everyone knows, he fall in love with you. Lo yang terlalu bego atau apasih ?"
"Enggak mungkin Awan suka gue, dia aja jahat sama gue ?"
Septi mendengus kesal, "sekarang gini deh. Orang jahat enggak mungkin ngasih lo payung ketika hujan, dia enggak bakal biarin lo dimobilnya. Dia enggak bakal ngelindungin lo dari sinar matahari pas lo ketiduran di lapangan. Dan, dia enggak bakal ngasih lo makanan, bahkan dia tahu lo sering sakit maag dan tiroid lo juga kadang kambuh. He know all about you."
Pelangi terdiam. Ia merasa jalan yang diambil, adalah kesalahan atau apa ?
"Gue enggak pernah jadian sama Awan, Pelangi. Heran gue, Awan kok bodoh banget. Dia bisa menyembunyikan perasaannya dari lo, karena lo orangnya bego. But, ke gue dia enggak bisa. Dia sering perhatiin lo jalan bareng Nata. Dia sering mengumpat jika ngeliat lo dengan Nata. And last, dia ngeliat lo ditembak Nata."
Pelangi menyesali semuanya. Ia benar-benar menyadarinya sekarang. Ia begitu menyukai Awan, bahkan sampai membencinya. Benci karena Awan bersikap jahat terhadap dirinya, benci karena Awan selalu memberikan harapan kosong kepada Pelangi. Benci karena memiliki hati yang tidak pernah peka, dan otak yang tak pernah berpikir.
Ia benci dengan semuanya. Ia benci mengakui ini, ia menyukai Awan, sangat. Sangat,
"Gue harus ketemu dia Sep, dimana rumahnya Awan ?"
"Loh kok enggak tahu sih ? Awan sama Nata itu kakak adik. Jadi kalau mau ketemu Awan yah kerumahnya Nata."
Bagus. Pelangi merasa dirinya benar-benar bodoh saat ini. See ? Dia aja sampai enggak tahu kalau Nata dan Awan adalah saudara.
Pelangi harus ketemu sama Awan sekarang.
Bagaimana dengan Nata ?
* * *
Pelangi datang dengan wajah panik. Ia berlari dan masuk membuka gerbang rumah Nata tanpa permisi atau permohonan izin. Sebelum terlambat ia ingin menjelaskannya kepada Awan.
Tapi Nata dan Awan saudaraan ?Mungkinkah pelangi bisa tega untuk mengatakan hal itu ?
Tidak ini jalan terbaik buat semuanya. Jika ia membohongi perasaannya. Maka akan ada dua orang yang tersakiti Nata dan Awan.
Ia melihat sosok pria sedang duduk di ayunan. Di taman mawar milik Nata. Pelangi berlari dan mendekati pria itu. Awan tidak merasakan kehadiran Pelangi, karena dia masih asyik melukis dengan menggunakan earphone. Padahal deru nafas pelangi sangat cepat dan berisik, jika saja Awan tidak menggunakan earphone mungkin ia akan menyadari kehadiran Pelangi.
Pelangi memandangi lukisan itu.
Gambar dirinya yang sedang cemberut disaat Awan memberikannya roti waktu dikelas. Kemudian ada note dibawah gambar itu.
Pelangiku sangat lucu jika sedang marah.
Pelangi menjerit kemudian memeluk Awan. Pria itu menatap Pelangi dengan bingung. Kenapa wanit ini memeluknya, bukankah perasaannya hanya untuk Nata. Bukankah mereka berdua pacaran.
Hiks-hiks-hiks.
Terdengar tangisan pelan dari bibir mungil gadis itu. "Awan jahat !"
Awan langsung mengusap air mata Pelangi. "Jangan nangis, gue benci liat cewek nangis."
Pelangi menatap Awan, wajah pria yang sudah lama ia rindukan, yang sudah lama ia nantikan hingga 5 tahun lamanya. Pria yang membuat jantungnya berdebar. Pria yang membuat dirinya marah karena diacuhkan.
Pria ini adalah dunianya.
Ia mencintai dunianya, dan hanya ingin berada di dunianya.
"Jadi Awan gue yah ? Buat nemenin gue dilangit."
Awan tersenyum bahagia kemudian merengkuh Pelangi. Alangkah senangnya ia bisa memiliki pujaan hatinya. Ia berjanji, akan menjaga Pelangi. Selamanya.
Dikejauhan Nata melihat adegan itu. Ia tersenyum tipis, dan tunggu dia terlihat tenang dan bahagia.
"Cinta memang harus kembali pada tempatnya." Bisiknya lembut.
~THE END~
Sedikit gaje... okei, ini cerita pertama. Cerita pendek sebenarnya, karena kalau yang cerita panjangnya mungkin belum ada inspirasi.
Kalian bisa komentar tentang kekurangan cerita ini (banyak banget kayanya)
Aku masih banyak belajar untuk menulis, dan mohon bimbingannya yaaakkk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi dan Awan[Completed]
Teen Fiction[Di Mohon untuk tidak menyalin karya orang lain. kalian tidak usah bangga dengan mengklaim karya orang lain. Ini murni dari ide dan imajinasi saya sendiri. Terima Kasih] * * * Pelangi-pelangi alangkah indahmu. Entah kenapa aku harus bahagia karena...