Exel Bimanprince, silahkan duduk disamping Enelis," ucap MC Dhena sambil tersenyum. Para penonton menyambut kedatangan Exel dengan tepuk tangan meriah.
Exel.
Laki-laki yang sudah empat tahun ditunggu oleh Enelis sekarang sedang duduk disampingnya. Enelis diam membeku tak bisa bergerak. Kepalanya sulit untuk mematuhi perintah hati Enelis untuk menengok ke arah samping kanan yang ingin melihat wajah Exel setelah sekian lama tidak bertemu dan sangat ia rindukan.
"Waah lengkap sudah, disamping saya ada dua malaikat. Benar-benar cantik dan tampan juga berbakat. Kalian itu hebat dan bikin iri deh, iya kan pemirsa?" Perkataan MC Dhena membuat para penonton di studio tertawa.
Exel juga ikut tertawa kecil untuk mengikuti suasana.
"Nah sekarang kita tanya-tanya sama pangeran yang ada di samping kamu ya en, hihi," MC Dhena tertawa kecil. Enelis pun menjawabnya dengan anggukan dan senyuman ramah. Ia masih beku dan sulit untuk berbicara, tangannya pun gemetaran.
"Exel? Apa kabar?"
"Baik, baik alhamdulillah," Exel tersenyum membuat penonton juga ikut tersenyum melihat tampannya wajah Exel saat tersenyum.
"Hmm, mau mulai dari mana ya, oke mau tanya tentang sejarah kamu jadi pelukis deh, bisa ceritain ngga?" MC Dhena mengerutkan dahi, ia terlihat begitu penasaran dengan perjalanan seorang pelukis tampan yang ada disamping Enelis.
"Wah, kalau sejarah aku untuk jadi pelukis itu singkat. Dari kecil aku memang udah gemar melukis karena papa juga seorang pelukis yang karyanya diakui sampai luar negeri, jadi aku tertarik untuk mengikuti jejak papah, dan alhamdulillah sekarang impian itu terwujud," Exel tersenyum disusul oleh tepuk tangan para penonton yang ada di studio.
"Ternyata karena papanya, kalo Enelis karena kisah cintanya saat SMA. Lebih menarik Enelis dong, hahaha, kisah Exel juga menarik kok," ledek MC Dhena.
Mendengar perkataan MC Dhena, Exel melirik ke arah Enelis.
"Exel pernah sempat berhenti melukis? Misalnya bosan atau apa gitu.."
"Aku dulu pernah berhenti melukis karena mengalami kecelakan yang buat aku kritis dan tidak sadarkan diri selama tiga bulan. Dan saat itu aku di rawat di Singapura. Setelah sembuh, aku masih menetap di Singapura selama dua tahun, disana tentunya aku melukis. Dan saat itulah karyaku mulai diakui didunia. Kemudian tahun lalu aku pulang ke Indonesia dan sampai sekarang,"
Mendengar penjelasan Exel, Enelis menengok ke arah Exel. Ia menatapnya dengan rasa bersalah mengingat kejadian empat tahun lalu. Tapi ada rasa bangga disana, dengan tinggalnya Exel di Singapura, membuat Exel menjadi pelukis terkenal.
"Whooa, kecelakaan??" MC Dhena menunjukan wajah herannya. Ia berfikir bahwa kedua orang yang ada disamping nya saat ini adalah orang-orang hebat dengan masa lalu yang luar biasa.
"Biasanya kamu melukis apa xel?"
"Waktu kecil aku melukis semua yang aku temui disekelilingku. Dan saat SMA, aku mulai melukis orang, karena saat itu aku sedang menyukai seseorang, jadi aku belajar untuk melukis wajah orang tersebut, dan sekarang aku bisa melukis semua hal sesukaku,"
"Wah, apa kamu masih menyukai wanita yang saat SMA kamu lukis wajahnya?" MC Dhena menunggu jawaban Exel dengan penuh rasa penasaran, karena Exel menjawabnya dengan waktu yang cukup membuat orang-orang lama menunggu.
"Masih," jawab Exel dengan yakin seyakin yakinnya.
Backstage,
Exel berjalan bersama beriringan dengan Enelis dan MC Dhena. Mereka telah selesai bekerja dan waktunya untuk pulang dan beristirahat, karena sekarang ternyata sudah larut malam. Pukul sepuluh lewat sepuluh menit.
Exel berjalan menuju pintu keluar.
HAPP
Enelis memberikan back hug kepada Exel. Kepalanya bersandar di pundung bidang Exel yang sudah lama tidak ia lihat. Ia memejamkan mata untuk merasakan kenyamanan dan untuk melepas kerinduan.
"Mumpung ngga ada orang disini, gue boleh peluk lo kan? Exel, gue minta maaf udah buat lo kritis selama berbulan-bulan," ucap Enelis yang masih memeluk tubuh Exel.
"En, terimakasih karena lo buat gue bangga. Ngga nyangka sekarang lo seorang pelukis, padahal dulu saat gue ngasih lo lukisa, gue malah ditinggal pergi,"
"Gue minta maaf, lo malah terima kasih," Enelis melepas pelukannya. Exel berbalik badan untuk berhadapan dengan perempuan cantik yang sedang memasang wajah kesal.
"Kita pergi dulu gimana? nanti lo gue anter pulang," ajak Exel. Enelis mengangguk dengan semangat dan tersenyum penuh kebahagian.
Exel merangkul pundak Enelis, lalu mereka berdua berjalan bersama menuju parkiran untuk menghampiri mobil Exel yang terparkir disana.
"Xel? Cewe yang lo maksud pas dibicarain di stage itu gue kan?"
"Bukan," jawab Exel singkat. Enelis memberhentikan langkanya dan menatap Exel kesal.
"Terus siapa?"
"Enelis Pirincess," Exel tersenyum penuh kemenangan, karena puas membohongi dan membuat Enelis kesal. Enelis mencubit pipi Exel dengan keras sampai tangannya puas.
"A a a aw,"
Enelis tertawa melihat kelakuan Exel yang masih sama seperti empat tahun yang lalu.
"En, kamu tambah cantik," ucap Exel dan membuat Enelis berhenti tertawa. Mereka saling pandang dan tersenyum bersama.
"Udah ah, yu kita pergi sekarang, nanti kemaleman," ucap Enelis sambil menarik tangan Exel yang masih memandangi wajah Enelis.
Di mobil,
"Kita mau pergi kemana xel?" Tanya Enelis sambil memasang sabuk pengaman.
"Ada deh pokoknya, nanti kalo gue kasih tau, lo pasti bakal nolak," jawab Exel sambil menyalakan mesin mobil. Enelis menegerutkan kedua alisnya, penasaran.
Mobil mulai berjalan.
Keadaan hening. Tidak ada yang berbicara, Exel sedang sibuk mengemudi mobilnya, sedangkan Enelis sibuk memandangi wajah Exel.
"Sampai kapan lo mau mandangin wajah gue?"
"Sampai nanti kita sampai," jawab Enelis santai yang membuat Exel tersenyum heran.
"Lo pasti kangen banget sama gue,"
"Iya xel, gue kangen banget sama lo. Lo juga pasti kangen sama gue kan??" Nada bicara Enelis mengeras saat di akhir kalimat. Exel tertawa.
20 menit kemudian..
Mobil berhenti. Tetapi Enelis masih sibuk memandangi wajah tampan nan imut milik Exel. Exel menggelengkan kepalanya.
"Udah sampai en, turun yuk,"
Enelis melepas sabuk pengaman mobil, kemudian melompat turun dari mobil. Dia melihat sekelilingnya, gelap dan tidak ada siapa-siapa disana.
Pantai.
"Exel, ngapain kita kesini? Gue ngga suka," rengek Enelis yang membuat Exel tersenyum.
"Gue ngajak lo kesini karena kita bisa ngobrol sepuasnya dan hanya ada kita berdua," Exel mendekati Enelis dan merangkul Enelis untuk mendekati pesisir pantai yang terkena sedikit air dari dorongan gelombang laut.
"Duduk," perintah Exel kepada Enelis dengan lembut. Enelis menuruti perintah Exel dengan wajah yang masih menunjukan ekspresi kesal, karena Enelis tidak suka pantai. Alasannya, disana tidak ada apapun yang bisa dijadikan hiburan atau semacamnya. Hanya ada air dan pasir. Tidak dengan Exel, menurutnya pantai adalah tempat yang paling indah dalam hidupnya, disana dia bisa menenangkan diri dan pikiran.
Keduanya duduk bersama diatas butiran pasir. Enelis memeluk Exel. Exel pun membalas pelukan Enelis dan mengecup dahi Enelis yang tertutup oleh poni.
"Gue sayang sama lo En," ucap Exel dengan lirih.
"Gue juga,"
Tbc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Gue iri sama Exel dan Enelis, mereka so sweet banget >_<
Oke, see you ya..
Author ngga maksa kalian untuk vote, seiklas nya aja hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Bad Girl Hates Color
HumorIa membenci satu hal. Tetapi cowok yang ia sukai malah menyukai apa yang dibencinya.