Keduanya duduk bersama diatas butiran pasir. Enelis memeluk Exel. Exel pun membalas pelukan Enelis dan mengecup dahi Enelis yang tertutup oleh poni.
"Gue sayang sama lo En," ucap Exel dengan lirih.
"Gue juga sayang sama lo xel," Enelis mempererat pelukannya. Exel tersenyum.
"En, gue pengin ngobrol banyak sama lo. Tapi mungkin hari ini cuma bisa ngobrol dikit, karena udah malem. Boleh?" Tanya Exel kepada Enelis, matanya memandang lurus ke arah ombak kecil yang datang ke pesisir pantai oleh dorongan angin.
Enelis menjawab pertanyaan Exel dengan anggukan kepala.
"Gue suka sama lo sejak pertama masuk SMA loh, tapi gue diem aja. Pengecut kan gue? Dan gue bersyukur banget pas kelas duabelas gue bisa sekelas sama lo plus sebabgku sama lo,"
"Kalo gue, nyadar cinta sama lo itu waktu kehilangan lo," Enelis melepas pelukannya dan duduk normal sambil menatap wajah Exel yang masih memandangi ombak.
"En, selama ini kita belum pacaran," Exel tertawa pelan.
"Iya, karna lo ngga pernah nembak gue," ucap Enelis kesal.
"Kita ngga perlu pacaran, kalo saatnya udah tiba, gue langsung ngelamar lo," Exel menatap mata Enelis yang berwarna coklat.
Enelis tersenyum.
"Hmm, oiya, besok ada acara pergantian CEO Art Cool Entertainment, acaranya malem jam tujuh di gedung Art Cool, lo dateng ya,"
"Oke gue bakal dateng. Dan btw, lo tau dari mana kalo Art Cool mau ganti CEO dan ngadain acara?" Enelis memasang wajah heran.
"Lo tau siapa CEO Art Cool Entertainment? "
"Bayu Biman.....prince.... ko nama belakangnya sama kaya lo xel?" Enelis membulatkan matanya.
Exel mengangguk.
"Jadi Art Cool itu punya papa lo?" Enelis masih tidak percaya.
"Iya en, dan yang bakal gantiin papa gue jadi CEO Art Cool Entertainment itu gue,"
Penjelasan Exel membuat Enelis mematung kagum dan tidak percaya.
"Ngga usah natap gue pake tatapan aneh lo itu deh, gue ngeri liatnya, karna lo tambah cantik," ucap Exel sambil mencubit kedua pipi Enelis.
Karena kesakitan, Enelis memblasa perbuatan Exel dengan mencubit balik pipi Exel. Mereka berdua tertawa.
"Xel, gue udah ngantuk. Pulang yu," Enelis melepaskan tangannya dari pipi Exel setelah mencubitnya dengan gemas.
"Ayo, gue antar lo pulang," Exel beranjak dari duduknya untuk berdiri kemudian membantu Enelis untuk berdiri.
Rumah Enelis,
Exel mengetuk pintu rumah Enelis sebanyak tiga kali dan melakukannya empat kali berturut-turut, karena sedari tadi pintunya tidak dibuka. Exel-pun mencoba untuk menggerakan hendel pintu, dan ternyata tidak terkunci. Exel membuka pintu dengan lebar, kemudian kembali ke mobil. Disana ada Enelis yang tertidur pulas di kursi mobil, ia berusaha menggendong Enelis dan membawanya ke rumah Enelis.
Saat sampai di rumah Enelis, Exel bingung untuk menaruh Enelis dimana. Kemudian Exel meletakan tubuh Enelis di sofa ruang tamu.
"Exel?" Suara wanita paruh baya terdengar muncul dari dalam rumah. Mama Enelis.
"Tante, iya ini Exel,"
Mama Enelis menatap Exel dengan tidak percaya dan tersenyum senang, karena lelaki yang dicintai putrinya ternyata masih hidup dan masih mau berada disamping putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Bad Girl Hates Color
HumorIa membenci satu hal. Tetapi cowok yang ia sukai malah menyukai apa yang dibencinya.