Twenty [end]

8.1K 476 11
                                    

Author pov

"Xel? Om Bayu dirawat dirumah sakit?" Enelis menatap Exel yang sedang mengendarai mobilnya.

"Iya en, papa punya penyakit jantung. Dia dirawat sejak acara pergantian CEO, makannya waktu itu gue ngga dateng, dan di gantiin sama kak Bella,"

Enelis hanya bisa diam, bingung untuk menjawab apa.

Rumah sakit,

Exel membuka pintu kamar nomor 124 yang menjadi tempat papanya beristirahat disana, dibelakangnya ada Enelis yang membawa seranjang buah-buahan segar.

Terlihat Papa Exel yang tertidur pulas diranjang tidur, tangannya tersambung selang infus. Wajah dan tangannya sudah agak mengeriput dan beberapa helai rambutnya sudah memutih.

"Papa, maaf aku baru datang," Exel mengucapkannya dengan suara pelan. Ia berjalan mendekati papanya. Dilihatnya wajah papanya, Exel tersenyum.

"Gue baru tau xel, ternyata papa lo sekarang dalam keadaan kaya gini," Enelis memandang wajah lelaki yang sudah menjadikan dirinya sebagai penulis komik terkenal.

"Duduk en," Exel berjalan mendekati sofa yang ada dikamar tersebut. Enelis membututi Exel.

"Hmm, en? Lo mau kan nikah sama gue?" Exel menatap wajah Enelia dengan penuh harap menjawab tiga huruf yang akan membuat dirinya senang, 'iya'.

"Gue pasti jawab iya xel, karna lo tau sendiri kalo gue sayang sama lo," Enelis tersenyum.

"Hmm, karna kita udah disini, gue bakal bilang ke papa. Dan nanti sepulang dari rumah sakit, gue mau ngomong sama mama lo. Apa gue terlalu buru-buru?"

"Menurut gue iya xel, baru aja kita ketemu beberapa hari ini," Enelis tertawa kecil mendengar kalimat yang diucapkan Exel.

"Gue cuma minta restu ko, kita bisa nikah tahun depan,"

"Oke, itu ide bagus dan gue suka cara lo untuk bisa jadi milik gue," Enelis tersenyum senang penuh kebahagian.

"Mungkin gue harus tau keluarga lo, dari keluarga kecil sampai keluarga besar. Karna yang gue tau cuma lo," Exel mencubit pipi Enelis dengan gemas.

"Bukannya lo juga tau mama?" Enelis tersenyum meledek.

"O iya hahaha,"

"ssst, jangan ketawa keras-keras, nanti papa lo bangun. Dan gue juga mau tau keluarga-keluarga lo xel, biar ngga salah paham lagi kaya waktu itu," Enelis tertawa kecil untuk menghilangkan rasa malunya. Exel tersenyum.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Satu tahun telah berlalu. Sebuah gedung ramai dengan tamu-tamu undangan. Mereka mengenakan pakaian indah dan berpenampilan cantik bagi yang perempuan, tampan bagi yang laki-laki.

Semua yang hadir disana terlihat bahagia ditandai dengan adanya senyuman-senyuman yang terukir indah diwajah mereka.

Dua orang pengantin yang cantik dan tampan juga berbakat. Siapa yang tidak tau dengan Exel dan Enelis? Keduanya sama-sama pelukis terkenal hingga internasional. Mereka berdua akan membaca janji suci yang selama ini mereka inginkan, dan akhirnya hari ini-pun tiba. Dimana mereka akan menjadi satu. Keluarga yang diharapkan menjadi keluarga yang baik.

"Enelis?????" Suara empat perempuan dengan penampilan cantik yang menarik perhatian orang banyak, siapa lagi kalau bukan The Princess. Mereka berempat masuk ke ruang make up Enelis dan Exel. Mereka rela membatalkan jadwal kerja mereka demi menghadiri pernikahan sahabatnya.

"Enelis! Gue bakal nyusul lo!" Seru Wendy dengan nada mengancam.

"Nyusul apa maksud lo?" Enelis tertawa mendengar perkataan Wendy yang membuatnya bingung.

"Nyusul nikah lah.." Wendy mengibaskan rambut blonde-nya.

"Hahahahha..." semua yang ada diruang make up yang mendengar jawaban Wendy langsung tertawa. Disana hanya ada Krystal, Irene, Wendy, Victoria, Vellian, Enelis, dan Exel.

"Iya iya, gue pasti bakal dateng ke acara pernikahan lo nanti, walaupun gue lagi Fan Meeting," Enelis tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Sebegitunya lo pengin nikah ya wen?" Tanya Krystal asal yang membuat Wendy melotot ke arahnya.

"Iya! Karna gue sama dia udah saling cinta," suara Wendy melembut, ia menunjukan senyuman manis andalannya.

"Ciiieeeee," Krystal memukul pelan lengan Wendy dengan gemas.

"Hmm, udahan dulu ya. Yuk kita keluar sekarang, acaranya mau dimulai nih," Seru Exel sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Ciee Exel yang orangnya ngga sabaran," ucapana Wendy langsung disusul tawa oleh yang lainnya.

Enelis tersenyum ke arah Exel yang sedang menunjukan wajah kesalnya yang dibuat-buat.

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Exel : cowo pengecut yang suka sama Enelis sejak kelas 10, tapi baru bisa nyatain cinta waktu kelas 12, itu-pun karena mereka satu kelas. Cowo berbakat yang cakep plus imut. Cowo pengecut yang akhirnya bisa ngedapetin cintanya.

Enelis : cewe setengah bad girl/? yang dulunya perokok, suka mencahin kaca jendela sekolah karena permainan baseballnya, buta warna, dan yang paling penting dia benci warna juga lukisan. Sekarang? Dia kerjanya pegang pensil untuk ngelukis dan ngedapetin cinta seorang cowo pelukis.

"Karena semua yang tak mungkin, itu mungkin terjadi," Enelis-Exel.

END〰

[1] Bad Girl Hates ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang