Part 4

247 11 0
                                    

Part 4

Oliva’s POV

Tanpaku sadari aku mengetikan One Direction di kolom mesin pencari Google. Banyak sekali artikel yang muncul dan foto-foto mereka juga sangat banyak. Aku membuka satu artikel yang isinya biodata masing-masing dari mereka.

 “Oh, namanya Zayn.” Kataku lebih untuk diriku. Aku terus mencari tahu tentang One Direction karena aku memang tidak tahu apa-apa tentang mereka. Aku tidak pernah menonton gossip dan mengikuti berita-berita selebritis menurutku itu sangat membosankan dan tidak penting.

Aku terus mencari artikel tentang Zayn entah mengapa aku tidak bisa lepas dari iPhoneku aku terus membaca segalanya tentang Zayn sampai aku sadar kalau aku punya janji dengan orang ini. Saat melirik jam di iPhone ternyara sekarang sudah pukul 11 dan aku belum bersiap-siap.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian tentunya aku mengambil cardigan biru pastelku dari dalam koper dan pergi keluar kamar menuju lift.

Zayn’s POV

Aku sudah menunggu gadis itu kira-kira setengah jam gadis itu belum juga muncul. Aku terus melihat kearah lift berharap setiap orang yang keluar dari dalam lift itu adalah gadisku. Mungkin mulai sekarang aku akan memanggilnya gadisku karena dia sudah mencuri perhatianku.

 Hari ini aku berencana untuk meminta maaf padanya atas semua kesalah pahaman yang terjadi selama ini. Tiba-tiba pintu lift terbuka dan seorang gadis cantik yang memiliki mata berwarna biru laut keluar dari dalam lift.

“Hei.” Sapaku saat dia sudah berada tepat di depanku.

“Ayo cepat kamu mau mentraktir aku makan di mana? Aku belum makan dari pagi.” Oliv terus berbicara tanpa memandang kearahku. Ah lucu sekali gadisku ini ingin rasanya aku mencubit pipinya. Tapi kalau sampai aku melakukannya bisa-bisa aku dimakan hidup-hidup sama dia.

“Ikut saja jangan bawel.” Aku menarik lengan kanannya lalu membawa dia masuk kedalam mobil dan duduk di belakang.

“Bisakah kau melepaskan tanganmu? Aku tidak akan kabur.” Dia membuatku kaget dan ternyata aku terus menggenggam tangan mungilnya. Sebenarnya aku tidak ingin melepaskannya. Apakah aku mencintai gadis ini? Secepat itu kah. Mungkin tidak. Mungkin ini hanya perasaan sementara saja.

“Emm, sorry.” Aku langsung melepaskan tanganku dan duduk membisu hingga tiba di restaurant.

 Aku membukakan pintu untuk gadisku agar dia bisa keluar terlebih dahulu dan menutupnya kembali. Aku mengambil tempat di bagian belakang restaurant yang sedikit tertutup dan tidak bisa dilihat dari bagian luar. Hanya untuk menghindari directioners bukan apa-apa. Seorang pelayan datang membawa menu dan mencatat semua pesanan kami.

“Jadi siapa namamu ?”

“Olivia Smith. Pangil saja Oliv.” Jawabnya datar

“Namaku Za..”

“Tidak perlu, aku sudah tau.” Oliv memotong pembicaraan ku.

Olivia’s POV

Aku memotong pembicaraannya saat dia ingin memberitahu namanya. Karena memang aku sudah mengetahui namanya.

“Bisakah kita memulai dari awal? Melupakan semua kejadian yang pernah terjadi dan mulai berkenalan lagi sebagai teman?” Zayn menekan pada kata ‘teman’

“Baiklah Zayn.” Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menjawab begitu. Kata-kata itu terlontar begitu saja. Aku mulai merasa nyaman berada didekat Zayn.

“Kamu sedang apa di Paris? Liburan?”

“Begitulah. Kamu sendiri?”

“Aku juga. Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya Zayn padaku sambil melipat kedua tangannya didada membuat dia semakin terlihat ganteng. Lagi-lagi aku memuji Zayn tapi Zayn memang terlihat ganteng. Ohh apa yang aku pikirkan.

“Heyy..” Zayn menyantuh lengaku lebut membuat aku kaget dan sadar dari lamunanku.

“Eh, sorry. Ya aku tau kamu. Sedikit.” Jawabku apa adanya. “Maaf aku bukan tipe cewek yang suka menonton gossip dan semacamnya.”

“Kau beda dari yang lain dear.” Kata Zayn sambil menduduk jadi aku tidak begitu bisa mendengar apa yang dia katakana kalau tidak salah dia memanggilku dear? WHATT? DEAR? Oh mungkin aku yang salah dengar. Ingin aku bertanya apa yang dia katakana tapi makanan kami sudah datang dan Zayn mengganti topik pembicaran kami.

“Sudah pernah mencoba macaron café ini?” Tanya Zayn sambil menyantap steak frites yang dipesannya.

Aku hanya menggeleng karena dimulut ku penuh makanan lezat yang ada di meja.

“Kalau begitu kau harus mencobanya.”

Niall’s POV

Aku mulai bosan sendiri di Hotel. Zayn pergi bersama gadisnya, Harry, Liam, Louis sedang asik jalan-jalan kota Paris. Hari ini aku berencana ingin pergi ke Eiffel tower tapi sama siapa? Tidak asik kalau aku hanya pergi sendirian.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku keluar kamar hotel dan menuju lift. Saat sampai di depan lift aku melihat seorang gadis berambut warna coklat lurus membelakangiku. Aku meresa pernah melihatnya. Tiba-tiba gadis itu berbalik mungkin dia ingin ke kamarnya. Dan…

“Eh haii..” Tegur gadis itu padaku dia terlihat gugup.

“Hai.” Jawabku singkat aku seperti kehilangan kata-kata

Anna’s POV

Aku ingat kalau dompetku tertinggal di kamar untung saja aku belum turun masih menunggu lift. Saat aku hendak berbalik aku melihat sesorang yang tak terduga ‘NIALL? Kenapa dia bisa disini? Apa dia membututiku dan Oliv’ batin ku. Tapi mana mungkin. Aku mencoba berpikir positif.

“Eh haii..” Sapaku. Jujur awalnya aku tidak ingin menyapanya aku takut dia sudah lupa dengan ku dan Oliv.

“Hai.” Balasnya syukurlah dia tidak lupa denganku. Kalau dia tadi tidak membalas dan malah balik bertanya aku siapa, betapa malunya aku.

“Mau kemana?” Tanya Niall

“Aku mau kembali ke kamar mengambil dompet.”

“Mau jalan denganku? Yang lain sudah pergi dan tinggal aku sendiri. Mau?”

Aku tak menyangka Niall akan mengajakku jalan-jalan hari ini. “Boleh. Aku juga sendiri temanku Oliv sudah pergi bersama temanmu.” Tanpa berpikir panjang aku langsung meneriman tawaran Niall. Karena aku juga lagi sendiri sekarang. “Tapi aku mau menggambil dompet di kamar sebentar.” Sambungku

“Tidak perlu.” Niall menarik lenganku dan menyeretku masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. “Tenang saja karena aku yang mengajakmu jalan aku yang traktir” sambung Niall di dalam lift.

UnexpectedWhere stories live. Discover now