Masih lekat dalam ingatanku tentang sosok idolaku, wanita yang selalu membuatku kagum,.sosok wanita suci dialah Maryam binti Imran,.dalam bahasa sederhana ada untayan kata yang selalu ku ingat 'wanita baik selalu menjaga dirinya dari menggoda laki-laki dan dari godaan laki-laki'...nah begitulah kira-kira..
Sejak pertemuan beberapa minggu lalu aku selalu dihantui dan dibayangi sosok pria yang bernama Faruq itu,.Pertemuan itu secara mutlak mengikatku untuk akan lebih sering bertemu dengannya,. Aku bergabung bahkan bisa dikatakan tergabung dalam anggota organisasi pembinaan remaja di daerahku..aku, Faruq tergabung dalam bidang Syiar dan di tambah 5 orang lainnya, ada Farras, Lilla, Ridwan, Nizma dan Gilang..tak ada yang ku kenal selain Faruq..
Aku masih duduk manis menghadap hamparan buku yang berserakan di atas tempat tidurku..
"Ya Allah, setiap aku menghindar darinya, lagi-lagi Engkau pertemukan"..
Mataku mulai sayup dan akhirnya aku terlelap hingga masuk ke alam mimpi.***
Setelah 3 bulan mengajar di pontren Darul Falah, aku mengundurkan diri, karena aku diterima mengajar di sekolah SMA Tunas Bangsa,..keputusan itu ku ambil karena jarak tempuh dari rumahku ke SMA Tunas Bangsa lebih dekat, dengan begitu aku bisa menghemat bensin motorku. Bagiku mengajar dimana aja sama, yang penting niatnya untuk menyampaikan ilmu kepada para generasi bangsa.Hari ini hari pertamaku mengajar di SMA Tunas Bangsa, kebiasaan yang selalu melekat dalam diriku adalah terlambat. Dengan terengah-engah akhirnya sampai juga di muka pintu kantor guru.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Aku tak begitu canggung karena aku sudah mengenal para guru yang ada di sekolah itu, karena aku sendiri adalah mantan murid mereka. Aku duduk di pojok kanan dari pintu masuk.
"Assalamualaikum"
Terdengar suara seorang pria.
"Wa'alaikumsalam"
Jawab semua guru dalam ruangan.
Aku hanya menyaut salamnya tanpa melihat sosok yang masuk dari muka pintu, aku tetap sibuk dengan bukuku dan terus fokus membaca cerita yang di suguhkan buku tersebut.."Ukhti Syuhada"
Ku palingkan mataku dari buku yang setia menemaniki , ku melirik ke arah sumber suara..
"MasyaAllah Gilang, ngajar disini juga?"
"Iya, ana ngajar Bahasa Arab"
"Oh begitu"
Sudah jadi kebiasaanku menyudahi pembicaraan dengan perkataan (oh begitu)..Ku lanjut membaca buku yang masih tepat dihadapanku.
Gilang yang mejanya berada tepat di samping kanan mejaku sibuk mengotak ngatik ponselnya.
Aku yang tadinya menyudahi pembicaraan ingin rasanya berbincang-bincang lebih banyak dengannya, tapi aku bingung mau mulainya dari mana. Nah aku jadi bingung sendiri. Mata melihat ke arah buku tapi pikiran bekerja mencari ide memulai pembicaraan..
"Syu" sapa Gilang
"Iya Lang ad ap?"
"Gimana progja syiar kita ni"
"Belum ada syuro',Ridwan belum ada ngasi kabar terkait progja syiar"
"Oh,.syu guru baru ya"Cling,..tadi bahas syuro' kenapa sekarang topiknya berubah..
"Iya,..kemaren ngajar di Pontren Darul Falah, tapi terlalu jauh jadi milih ngajar disini,.ente dah lama ngajar disini?"
"Lumayan baru ngajar 4 bulan, Syu tinggal dimana?"
"Di rumah dunk"
Dia tersenyum kecil mendengar perkataanku.
MasyaAllah manisnya,..Astagfirullah.."Benar juga ya di rumah"
"Udah waktunya aku masuk kelas, masuk kelas dulu ya, Assalamu'alaikum"Aku beranjak dari bangku dan menuju kelas XI IPA 1.
Tak pernah terbesit dalam pikiran akan satu tempat kerja sama Gilang,..ikhwan yang putih tinggi dan memiliki lesung pipit di kedua pipinya. Tapi aku merasa biasa saja saat berada di dekatnya tak ada getaran yang berarti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diam Tanpa Kata
SpiritualCinta... Sebuah kata yang sederhana tapi sering menjadi dilema. Memilih yang terbaik untuk diri agar tak terjerumus dalam kemurkaan Sang Pemilik Cinta itu sendiri.