Tertuju untuk Suamiku

4.3K 193 5
                                    

Ponselku berdering, jam sudah menunjukan pukul 4 soreh.
"Assalamu'alaikum" jawabku
"Wa'alaikumsalam syg. Udah makan, mau nitip sesuatu, bentar lagi abg pulang"
So sweet banget dipanggil sayang.
"Udah makan, syu mau nitip coklat, es krim, roti, bakso, sate, susu coklat, permen susu, dan nitip salam untuk suami syu juga"
"Hahahaaa, banyaknya, mau dimakan semua?"
"Emmm, Dak apalah mumpung abang nanya mau nitip apa,..tapi kalau dak mau belikan juga dak apa"
"Ngambek ya?.iya nanti dibelikan semua."
"Ma'acihhhh...Cepat pulang ya, hati-hati"
"Iya syg, abang mau beli titipan dari istri dulu ya.Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Gak nyangka Gilang adalah sosok pria yang romantis banget..

Ponselku berdering lagi..

Indah wajahnya bagaikan purnama.

"Apa lagi bang???"
"Lupa sesuatu"
"Apa?"
"I love you"

Tut tut tut,..sambungan terputus..

Ya Allah, nelpon lagi hanya mau bilang kayak gitu..Abang abang ada ada aja.

Aku menunggu kepulangan suamiku di ruang tv, sudah hampir maghrib..

"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" sambil menuju pintu dan membukanya.
Gilang langsung mencium keningku. Kedua tangannya membincing plastik putih yang didalamnya belanjaan pesananku.

"Cantikku"
"Lebaynya,.."
"Kan lebay sama istri sendiri gak apa apa"
Aku langsung mengandengnya masuk ke dalam.
"Apa yang di bincing ni"
"Ini pesanan bidadari abang yang sangat cantik"
"Ya udah abang duduk dulu, adek sediakan air hangat untuk abang mandi, juga mau nyiapin teh hangatnya."
"Iya syg. Ini pesanannya gak mau diambil"
"Kan tadi katanya untuk bidadarinya"
"Siapa lagi bidadari abang selain wanita di depan abang ni"

Aku tersenyum , ku ambil kedua kantong plastik itu, dan pergi menuju dapur.

Setelah menyiapkan semuanya aku pergi ke kamar untuk menyediakan baju bang Gilang..di benakku masih bertanya-tanya tentang kotak itu, apakah itu punyaku? Tapi aku sangat yakin itu kotak yang dulu pernah jatuh. Tapi kotak itu kan tidak hanya satu di dunia ini..hampir satu minggu sejak kejadian menemukan kotak itu, tapi aku masih belum menanyakan hal ini kepada bang Gilang.

"Abang sudah selesai mandinya, nah ini bajunya sudah syu sediakan"

Setelah itu kami pun solat maghrib.

Setelah solat aku duduk di atas tempat tidur
"Syu kenapa?"
"Dak ada apa-apa"
"Kok mukanya kayak gitu"
"Emang muka syu kenapa bang"
"Seperti orang yang bingung"
"Iya, syu mau nanyain sesuatu boleh?"
"Katanya tadi gak ada apa-apa. Nah kok sekarang mau nanya sesuatu"
"I i. Jangan godai syu teruslah bang. Ini serius"
Gilang duduk di depanku dan menatapku.
"Nah ada apa?"
"Emmm..itu...em mau nanyak,....emmm...kemaren adek kan lagi beres beres kamar, dilemari kecil itu adek menemukan kotak hitam kecil, itu punya abang?"
"Yang mana?"
Aku berjalan menghampiri lemari itu dan mengambil kotak itu.
"Yang ini" menunjukkan kotak itu dan menghampir bang Gilang.
"Ini bukan punya abang"
"Kalau bukan punya abang, kok ada sama abang?"
"Kejadiannya sudah lama sekali, apa yang ada dalam kotak itu aja abang dak tau, gak pernah dibuka. Soalny bukan hak abang, dan abang gak tau siapa pemiliknya"
"Jadi kenapa kotak ini ada sama abang?"
"Seorang wanita dulu menjatuhkannya, wanita itu memakai baju pink , rambutnya panjang sepinggang"
"Kok tau dan ingat sama wanita itu?"
"Abang tau karena sempat ingin mengejar dan mengembalikan kotak ini, tapi wanita itu tampak buru-buru, sampai sekarang abang gak tau siapa wanita itu, karena abang cuma lihat dari belakang"

Aku terdiam mendengar ucapannya.

"Syu kenapa?...jangan cemburu, kan abang gak kenal sama wanita itu, kalau syu dak suka abang menyimpan kotak ini, ya udah dibuang aja ya"
"Gak usah dibuang, dibuka aja ya?"
"Ini bukan hak kita syu,.abang aja gak berani membukanya."
"Ini memang untuk abang"
"Kok untuk abang? Tau dari mana?"
"Karena wanita yang menjatuhkan kotak ini adalah syu. Syu masih ingat betul hiasan kotak ini dan isinya juga syu masih ingat, dan ada surat juga di dalamnya"
Gilang terdiam dan menatap wajahku dengan tatapan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
"Syu, wanita yang menjatuhkan kotak ini tidak berjilbab"
"Iya bang tapi sehari setelah kotak ini jatuh, syu menggunakan jilbab dan itu awal syu menempuh jalan untuk hijrah. Mungkin abang kecewa karena wanita yang di depan abang ini dulunya adalah wanita yang sangat jauh dari agama Allah. Tapi kotak ini telah sampai ketangan yang memang pantas mendapatkannya."

Gilang mengusap pipiku yang sudah mulai terlukis oleh air mata.

"Sudah jangan nangis"
"Habis abang natap syu kayak gitu"
"Abang hanya kaget aja. Udah, cup cup cup"
"Syu minta ma'af"
"Boleh abang buka kotaknya?"
"Iya boleh,..buka aja, itu memang untuk suami syu"

Kotak itu menemukan pemiliknya, Allah telah memberikan kotak itu ke orang yang tepat.

Saat Gilang membuka kotak itu aku menutup wajahku karena malu. Ada surat,  jam tangan dan dompet.

Gilang mulai membaca surat itu.

Hari ini tanggal 5 Oktober 2001 adalah hari bertambahnya umurmu, semoga kamu selalu diberi kesehatan. Aku berharap kamu selalu mencintaiku dan suatu hari nanti kamulah pendamping hidupku. Aku memang bukan orang yang romantis tapi percayalah aku akan menjadi wanita pendamping terbaikmu kelak. Ini ku tujukan kepadamu, karena aku berharap dan percaya suatu saat kamu akan menjadi suamiku.

Gilang tersenyum kecil saat membaca kalimat terakhir

Jam ini ku berikan kepadamu agar setiap waktu kamu mengingatku. Dompet ini ku berikan agar kamu menyimpan fotoku...hihihi

"Untuk siapa ni syu"
"Emmm...untuk suami syulah"
"Dulunya, kalau ndak jatuh, kotak ini mau dikasi ke siapa"
"Harus cerita kah?...takut. Nanti abang marah"

Lalu Gilang mencium keningku.
"Jangan takut, cerita kan saja, abang tidak akan marah"
"Janji!" aku mengacungkan jari kelingkingku.
"Iya sayang" gilang menyambut jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya."
"I takuttt"
"Tapi terimakasih ya suratnya, karena tepat pada hari itu abang juga ulang tahun kok, entah kebetulan atau apa. Tapi inilah takdir Allah."
"aduh sakit," Gilang menyubit tanganku
"Nakal ya dulu, belum apa-apa udah ngasi-ngasi ini sama pria"
"Kan gak tau, toh sekarang suami sendiri yang mendapatkannya."
"Nah ayo cerita,...abang janji gak akan marah, abang cuma mau tau aja" sambil menatap mataku

Awalnya aku takut, tapi Gilang menatapku dan tatapannya itu memaksaku untuk menceritakan sejarah kotak itu...kotak kado hitam yang dulunya ingin ku berikan kepada pria yang dekat denganku (pacar).

Diam Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang