Masa Itu Teringat Lagi

3.9K 196 6
                                    

Malam ini malam pertamaku menjadi seorang istri. Aku diam duduk diatas kursi rias, menatap kaca yang menampakkn wajah malunya.
"Assalamu'alaikum"
Suara seorang pria dari arah pintu kamar
Dak dik duk, jantungku berdetak tak beraturan.
"Wa'alaikumsalam"
"Boleh ana masuk?"
Pertanyaan yang dibuat seakan-akan aku masih orang asing, apakah ini rasanya menikah?. Apakah setiap wanita yang menikah akan merasa malu sepertiku saat ini.
"Silahkan masuk !"
Pria itu yang sekarang adalah suamiku datang menghampiriku
"Ngapain duduk di depan cermin, ntar rusak cerminnya. Udah cantik, nanti cerminnya kalah saing"
What???bisa bisanya dia menggodaku..aku hanya bisa tersenyum kecil tersipu malu sambil menunduk. Tak berani rasanya mata ini menatap wajahnya.
"Syu"
Gilang duduk dihadapanku
"Em"
"Maaf"
"Untuk apa"
"Ana terlalu lama menjemputmu"
Tiba-tiba air mataku menetes jatuh , aku tetap menunduk malu.
"Gak apa-apa"
"Syu, syu marah sama ana"
"Marah? Ndak kok"
"Kalau ndak marah, kenapa syu nunduk terus"
"Malu"
"Hahaaaaa, malu. Wah ternyata lucu ya kalau syu malu, gak sakit kepalanya nunduk terus"
"Sudah ah, syu capek mau tidur"
Aku beranjak dari tempat duduk, saat aku melangkahkan kaki Gilang menarik tanganku dan memelukku. Dan mendekapkan kepalaku tepat di dadanya, aku bisa mendengar detak jantungnya yang begitu cepat. Dia menangis tersedu-sedu dan memelukku dengan erat, ingin rasanya aku mengatakan bahwa aku rasanya sesak nafas.
"Syu"
"Apa?"
"Ana akan berusaha menjadi suami yang baik"
"Iya, aamiin"
Untuk beberapa menit aku merasakan kedamaian dan ketenangan. Tapi perasaanku agak sedikit aneh, karena ini kali pertama aku dipeluk. Terakhir kali aku dipeluk 10 tahun yang lalu saat aku berumur 17 tahun.

***

"Syu"
"Em"
"Bangun syu"
"Jam berapa ni, syu masih ngantuk"
Seketika Gilang menggendongku menuju kamar mandi
"Ih ngantuk ni"
"Manjaknya syu ni, sudah jam 3 subuh syu. Yuk kita menghadap Allah setelah itu kita tadarusan"
"I turunkan, malu syu ni digendong kayang anak kecil"
Gilang tersenyum menatapku
"Ternyata ana menikahi anak kecil"
Gilang mencubit pipiku.

Setelah wudhu aku pun masuk ke dalam kamar dan ternyata mukenah dan sejadah sudah ada di siapkan, melihat hal ini ingin rasanya aku memeluknya, tapi dia nya lagi solat. Akupun memulai solat tahajud yang biasanya kulakukan hanya 3 kali seminggu. Nampaknya untuk subuh ini dan subuh selanjutnya solat ini akan menjadi kewajiban bagiku. Soalnya kalau dak bangun dipaksa bangun.hihihi. lucu juga ya.

Setelah solat, Gilang menghampiriku dan membawakan al-qur'an..
"Yuk kita tadarusan"
"1 halaman aja ya"
"Emmm, sedikitnya minimal 2 lembar"
"Ngantuk bah bang"
"Abang?"
"Iya, syu bingung mau manggil Gilang dengan sebutan apa, jadi abang aja ya"
Lagi lagi dia menatapku dan lagi-lagi tiba-tiba aku merasa malu.
"Kok diam" tanya Gilang
"Ndak diam kok, habis tadarus syu boleh tidur ya?"
"Ya Allah syu. Allah itu menyukai hambanya yang paling sedikit tidurnya dan banyak ibadahnya"
"Syu ngantuk bang, ni lihat mata ni merah"
Aku menunjukkan mataku di hadapannya.
Seeeerrrr darahku berhenti seketika melihat tatapannya yang tepat menuju kearahku.
"Gak jadilah" aku menundukkan lagi pandanganku
Gilang bersandar di tembok dan menarikku dan mendekapku.
"Ya wes, abang yang ngaji aja"
MasyaAllah suaranya merdu, mataku terlelap, dan jasad ini tersandar didekapannya.

***

Hari ini hari minggu, hari libur. Pagi-pagi begini saatnya ngemasin rumah..saat aku terbangun Gilang sudah tak tampak lagi.
Aku mulai mengemasi tempat tidur, dan aku mengemasi barang-barang yang berserakan dan memasukkannya di dalam laci dan lemari. Saat aku membuka lemari kecil tiba-tiba.
Plak...
Satu kotak terjatuh. Akupun mengambilnya
"Ini?...kok ada sama Gilang?"
Melihat kotak itu aku teringat kejadian dimasa lampauku dulu. Ternyata barang yang ku cari selama ini bersama orang yang sekarang adalah suamiku.

Diam Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang