Hadir Kembali

6.4K 291 5
                                    

Ijasa yang dilegalisir sudah mulai menghilang satu persatu, tapi  panggilan kerja tak kunjung hadir. Aku beranikan diri melamar kerja di Pondok Pesantren Darul Falah, salah satu pontren yang terkenal di kampung halamanku. Dengan berbekal ilmu agama yang sedikit dan penampilan yang alhamdulillah insyaAllah sudah sesuai dengan tuntunan agama, aku beranikan diri menulis surat lamaran kerja yang ditujukan ke pontren Darul Falah.

Aku berdiri gugup di parkiran tepat sebelah kiri kantor kepala sekolah pontren Darul Falah.
Ku beranikan diri melangkah dengan perlahan dan akhirnya sampai di muka pintu.
"Assalamualaikum"
Semua mata yang ada di kantor itu tertuju padaku. Gugup,.. itulah yang ku rasakan.
Kulanjutkan perkataanku,
"Permisi, maaf bu, pak,..ketua yayasannya ada?"
Seorang bapak menyambut perkataanku
"Ada apa dek?"
"Saya ingin melamar kerja disini"
"Kalau seperti itu langsung sama saya saja, ayo ikut ke kantor"
Aku pun membuntuti bapak itu dengan perasaan canggung.
Sesampainya di dalam kantor, bapak itu mempersilahkanku duduk.
Aku langsung mengeluarkan ijasa dan surat lamaran kerja.

Alhamdulillah aku diterima kerja dan bisa langsung mengajar dihari rabu.

Hari rabu pun tiba, ku persiapkan diriku dengan sebaik-baiknya karena hari ini hari pertamaku kerja sebagai guru fisika di MA Pontren Darul Falah.

Alhamdulillah kesan pertama mengajar sangat menyenangkan, anak-anaknya mengasyikan dan enak diajar plus diatur.

Jam tangan telah menunjukkan pukul 13.00 waktunya pergi UPAH, pengajian yang rutin kulakukan setiap minggu sejak duduk di bangku kuliah, itu berlangsung dari semester satu sampailah sekarang.

Genap seminggu aku mengajar, waktu berjalan begitu cepat. Saat mengajar ponselku bergetar, ternyata ada 1 pesan muncul.
" Assalamualaikum, hari ini UPAH diganti dengan pertemuan kader. Diharapkan kehadirannya"
"Wa'alaikumsalam.iya"

Akhirnya jam pelajaran selesai, aku merasa lillah, tapi masih ada agenda yang harus aku hadirin. Tepat telat 15 menit aku sampai ditempat pertemuan itu dan terkejut nya aku saat memasuki ruangan itu, tak dapat terucap dengan kata-kata dan hanya dapat bergumam dalam hati (ya Allah dia ada lagi di depan mataku). Entah kapan aku bisa menghindar darinya.
Ku lihat sosok Faruq yang duduk bersama para ikhwan lainnya, entah apa lagi yang akan terjadi, ku tundukkan pandanganku seakan tak ada yang ku kenal dalam ruangan itu. Aku rasa 2 bulan telah berlalu , lagi-lagi Allah mempertemukan kami, dan lagi-lagi aku memijit keningku yang ku rasa agak mengkerut.

Diam Tanpa KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang