CHAPTER 33 : who's that?

5.6K 235 2
                                    



Ah

Gue merasa sakit di bagian kaki dan lengan gue.

Dan kuping gue juga mendengarkan sebuah bel mobil yang terus bunyi.

Gue membuka mata dan gue sadar kalo gue berada di kaca depan mobil dan terpental ke arahnya. Cukup retak tapi nggak terlalu. Gue pegang kening gue dan gue coba turun dari depan mobil itu dan orang-orang bantu gotong gue. Sekilas gue melihat ke dalem dan gue liat ada seorang cewek berambut coklat. Coklat pendek. Wajahnya gak keliatan.

Mobil itu langsung menancap gas lagi dan beberapa orang teriakin mobilnya. Percuma, dia gak bakal berhenti dan ini namanya tabrak lari.

"Kau tak apa-apa?" Tanya seorang lelaki. Dia seorang pegawai toko. Dia bantu gue berdiri dan gue mengangguk yang mengartikan kalo gue baik-baik aja.

"Ellie!" Teriak seorang cowok dari sebrang. Gue liat itu Cam. Dia dengan hati-hati tengok kiri kanan buat mastiin ada mobil atau gak. Lalu dia menyebrang.

"Ellie, lu gak apa-apa??" Cam memegang kedua pipi gue dan gue melihat wajahnya menampakkan ekspresi cemas yang luar biasa.

"Ada yang luka??" Cam terus nanya-nanya sambil liat lengan gue dan lainnya. Gue bisa ngerasain tangannya yang gemeter hebat.

"Gue gak apa-apa kok." Jawab gue sambil menggenggam tangan Cam. Dia menatap gue cukup dalam.

Kali ini orang-orang bubar dan gak lagi merhatiin gue.

"Kenapa dia bisa begini?" Tanya Cam sama pegawai itu yang nolongin gue tadi.

Ah gue merasa pusing.

"Dia menyebrang, dengan hati-hati. Tapi, ada sebuah mobil yang kayaknya sengaja menabraknya. Bahkan tadi mobil itu tidak mengeluarkan suara belnya saat gadis ini menyebrang." Pegawai itu ngejelasin apa yang terjadi. Cam menggeleng.

"Saya tau itu karena kebetulan saya sedang ada di luar karena toko sepi," ucapnya lagi. Cam tetap menggandeng tangan gue seperti gak mau lepasin gue,

"Saya bukannya menakut-nakuti, tapi sepertinya orang itu 'sengaja'." Ucap lagi pegawai itu yang membuat jantung gue berdetak kencang.

Iya, pegawai ini benar. Seseorang sengaja bikin gue kena kecelakaan lagi. Untuk kedua kalinya.

"Tapi saya harap dia tidak sengaja atau dalam keadaan mabuk. Permisi." Lelaki itu segera ninggalin gue dan Cam. Thanks god, you saved my life.

Dan tiba-tiba gue di peluk oleh Cam. Pelukannya erat banget. Seperti dia gak mau kehilangan gue juga.

"El, harusnya tadi gue temenin lu." Ucap Cam merasa bersalah. Justru ini semua salah gue karena gue terlalu memikirkan diri sendiri.

"Iya Cam sorry." Dan Cam melepas pelukan dan dia ngajak gue ke dalem Starbucksnya.

Sekalian nunggu Nash, gue dan Cam duduk di Starbucks dan Cam gak henti-hentinya nyeloteh soal kejadian tadi. Entah dia ngomong kalo kecelakaan itu gak mungkin karena sengaja, dan bahkan dia sedikit nyalahin pegawainya kalo itu semua salah. Mungkin aja pengendaranya terlalu panik atau dalam keadaan mabok jadi dia langsung kabur.

Tapi, gue gak yakin soal itu. Gak mungkin itu pengaruh dari alkohol.

Kejadian tadi itu bener-bener 'keliatan' banget kalo itu dia sengaja mau nabrak gue. Pertama dia gak bunyiin bel pas dia lagi ngelaju kencang, dan pas gue terpental ke kaca depan mobilnya, dia baru pencet bel mobil seakan dia nyuruh gue menyingkir dari mobilnya. Dan dia langsung kabur.

Aneh.. Bener-bener aneh.

Kecelakaan kedua kalinya.

Dan kendaraannya mobil.

STEP BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang