Ketukan kaca mobilku membuatku menoleh.
"hey. Kapan datang?"
.
.
.
.
.
.
Tanpa menunggu apapun, aku membuka pintu mobilku dan berdiri berhadapan dengan sosok yang sudah tidak kutemui semenjak pernikahan Chika. Sosok ini tidak lain dan tidak bukan adalah Alexander Christian Garneth. Setidaknya itulah nama yang diberikan oleh nenek kakeknya yang asli orang Jerman. Aku pribadi lebih sering memanggilnya Alex, dia adalah kakak sulung dari Rio, Chika, dan Revan.
"Hey." Ucapku tak berhenti menatapi mata hijaunya yang kini terlihat lebih indah dibanding sebelumnya.
"Ich vermisse dich, Tha" ucapnya dengan kosa kata yang sama sekali tidak aku mengerti. Senyumannya yang dahulu, rambutnya yang kini terlihat berbeda dibanding terakhir kali kumelihatnya. Miss this Big Guy!
"What the fuck, Alex!"
Tawanya pecah. Perlu kalian ketahui, makhluk bernama Rio dan Revan memiliki keusilan yang berasal dari makhluk yang sekarang berada di depanku ini, jadi bisa kalian bayangkan betapa 'Professional'-nya makhluk ini untuk selalu membuatku kesal secara sengaja maupun tidak sengaja.
"Sorry, Tha." Akhirnya ia mencoba menenangkan dirinya. "it means, i miss you." Ia memelukku erat yang kemudian ku balas dengan pelukan juga. Aroma tubuhnya adalah aroma terbaik yang masih bisa kuingat.
"gimana di Jerman?" tanyaku mencari topik basa basi,
"well, Jerman memang duniaku. Aku akan menjadi warga negara Jerman dalam waktu dekat. Dan mengurusi meinen großeltern.*"
"berhentilah menggunakan kosa kata Jerman, Big Dude! Or you will die right here, right now."
"haha.. "
"btw, adek lo tuh, tidur mulu kerjaannya. Dan jangan lupa lo baca novel terbaru gue ya!"
"Rio? Dia memang selalu begitu dari janin. Sudah malas. Lol. Dan kamu mendapat salam dari Alreina, she said that she want to meet you someday. "
"pacar barumu?"
Baru saja Alex ingin menjawab pertanyaanku, namun seekor nyamuk datang dengan suara beroktaf melebihi Adele, siapa lagi kalau bukan Rio.
"CHRIS!" itulah panggilan saudara-saudaranya kepada Alex. Mungkin lebih baik aku mengikuti cara mereka memanggil Alex, karena jika tidak , aku akan menjadi ambigu. Bagaimana tidak? Kini di duniaku memiliki dua Alex.
"Chris! Did you..." katanya terhenti saat melihatku. "Tha? Belom pergi lo? Gue kira udah."
"Lo ngusir nih? Sialan!" umpatku. "Owh yeah, Alex, perhaps i have to call you Chris. Well i have another Alex."
"Sure. Lebih baik begitu. Karena Cuma lo yang manggil gue Alex." Kini arah pandang Alex menuju Rio, "what?"
"nope." Rio tak berkomentar lebih. "Chris, mungkin saat ini, kita perlu Quality Time with Tha-tha." Ucapnya yang langsung disetujui oleh Chris.
"Wait. Kenapa kalian suka sekali mengambil keputusan tanpa my permission sih?"
"because we both know, you don't have another choice except say Yes."
Dan disinilah kami. Ruang makan Garneth's. Bunda sedang keluar, dan seperti biasanya jika tidak ada bunda di rumah, maka rumah ini akan menjadi sarang hantu. Luckily, setelah Chika menikah Rio mau menetap di rumah all day. Walau lebih sering dan kupastikan selalu pergi sana sini. Seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moccacino
Teen FictionLelaki yang bermata Biru indah itu, cowok yang menatapku hangat dengan segala magic yang dia punya. aku mengagumi dirinya. lelaki impian semua kaum Hawa, lelaki yang menggiurkan lidah. Pertemuan awal, lalu kami berkenalan dan segala hal yang memicu...