“Pagi ta!” sahut Rio, kakak laki-laki Chika. Dia menjemputku hari ini. Ya. Aku dan dia serta merta yang lainnya(sebenernya Cuma chika. Yang laennya pada sibuk pada kerjaan mereka. Apalagi Sahara, yang lagi di Suriah)akan berkumpul di sebuah kafe.
“pagi,ri. Eh ada chika. Hehe” cengengesku
“Gimana damian? Ups..”
“Damian?” Tanya rio sambil sibuk mengendarai mobil sportnya berwarna hitam ini.
“itu loh, ri. Jadi tata punya temen baru namanya, Damian.” Jelas chika
“ya Gitu deh ri, apa yang adek lo katakan.”
Sesampainya di kafe. Aku,rio dan chikapun makan bareng.
“tumben nih. Ada apa ri?” tanyaku
“gini loh ta , jadi..” belum chika selesai ngomong, Rio udah nyosor kayak bebek.
“jadi, bentar lagi Cewe gue Ultah. Nah! Kan kalian sama-sama cewek. Nah bantuin gue dong. Atau kasih pendapat buat surprizenya ngena.”
“oowh. Si Ellen?” tanyaku
“ga. Yang itu udah putus 3 bulan lalu. Yang ini namanya ‘Dian’” sahut chika.
“Ya ampun ri.. Playboy bener. Hahahha… ya udah. Gini aja ri..”
Aku dan chika , serta rio membagi tugas. Aku, dan chika akan membeli barang-barang dan memilih resto yang menurut kami. SPECIAL. Dan kerjaan rio adalah meyakinkan Dian untuk bertemu dengannya di Resto tersebut.
Dua, tiga hari pun semua teratasi. Bunga yang di rangkai berbentuk hati serta lilin-lilin kecil mengitarinya. Romantis banget.
“Nih jas-nya , ri” sahutku sambil memakaikan jas ke rio. “Gagah deh!!”
“makasih ta.” Peluknya.
“Hey you!” teriak seseorang di belakangku.
“siapa lo?” Tanya Rio.
“gue? Gue damian.” Spontan aku membalikkan badanku.
“DAMIAN?” risihku.
“ oh ini yang namanya damian?” senyumnya. “ya udah ya ta. Gue pergi.”
“Sukses ya!” teriakku. “oh ya. Hi” sapaku sambil mengangkat jari-jariku. Tegang.
“hai. Ngapain disini?”
“ secret.” Ledekku.
“okay. Jadi, besok malam aku bisa jemput kamu di rumah?”
“bisa kok. Ngapain?”
“nyulik kamu. Hehe. Jam setengah delapan.”
⋆⋆⋆
Matahari masih belum terbit. Kulihat jam dinding yang terpampang di kamarku. Jam itu menunjukkan jam tiga pagi. Mukaku kusut dan rambutku berantakan bagaikan singa. Ku raih sisirku dan menyisir rambutku. Setelah itu, aku bersiap-siap untuk nanti pagi.
Ku ketikkan SMS buat Rio
Gimana kemaren? Sukses?
BANGET! Thanks banget ya. Oh ya? Kok udah bangun?
Widihh! Peje mah bagi-bagi bisa nihhh… kebangun haha..
Ya.. itu beberapa SMS ku dan Rio.
Jam lima pagi. Waktu cepet banget ternyata. Tiba-tiba mami dan papi mengetuk pintu.
“ta? Mami sama papi boleh masuk?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Moccacino
Ficção AdolescenteLelaki yang bermata Biru indah itu, cowok yang menatapku hangat dengan segala magic yang dia punya. aku mengagumi dirinya. lelaki impian semua kaum Hawa, lelaki yang menggiurkan lidah. Pertemuan awal, lalu kami berkenalan dan segala hal yang memicu...