Part three

88 4 0
                                    

"Ada apa...??" Tanyanya, saat masuk dan menyaksikanku yang sedang kebingungan.

"Kau melihat tas?? Tas warna emas? Kecil??" Tanyaku.

Dia hanya diam, lalu menggeleng. "Coba aku cari dimobil ya...." Katanya, kemudian meninggalkanku lagi.

"Semoga ada, semoga ada...." Batinku.

Tak berapa lama dia kembali dengan wajah yang mengecewakan dan menggeleng. Saat itu aku memutuskan untuk kembali ke kafe.

"Aku harus ke kafe...." Ucapku dan berusaha turun dari ranjang.

Namun seperti yang kukatakan sebelumnya, aku belumlah cukup kuat untuk berjalan. Dan akhirnya aku jatuh tepat didepannya. Bukannya menolong dia malah tertawa, benar-benar psikopat.

"Hei, tolong aku..." Kataku.

Setelah menyelesaikan tawanya, dia mengangkatku dengan mudahnya dan menggendongku.
*deg
Lonjakan detakan jantung kurasakan, saat tubuhku menyandar didadanya. Mendadak aku jadi tak nyaman, jantungku semakin kencang berdegup.

--------------------

Saat city car milik pria itu sudah sampai dan berhenti didepan kafe, dia langsung keluar untuk menanyai keberadaan tasku. Aku menyuruhnya karena aku tak bisa jalan,kakiku sakit. Tak mungkin jugakan aku masuk kedalam kafe dalam kondisi digendong olehnya.

Tak perlu waktu lama, dia keluar dari kafe sambil menenteng tas kecil warna emas dan saat itu aku mampu bernapas lega. Setidaknya ibu tak terlalu marah melihatku pulang dengan keadaan terluka seperti ini.

"Syukurlah...." Ucapku saat dia masuk kedalam mobil dan memberikan tasku.

"Terima kasih ya..." Sambungku.

"Sama-sama..." Ucapnya.

"Ohya, tadi kata waiter-nya ponselmu bergetar terus...." Sambungnya saat akan menyalakan mesin mobil.

Aku langsung mengeluarkan ponselku dan terkejut melihat ada sepuluh missed call dari ibu sejak satu jam yang lalu. Menarik nafas saat aku memutuskan untuk menelpon ibu. Semoga ia tak marah karena sedari tadi belum juga pulang.

" halo,ibu...."

"Mala...sayang,akhirnya kau mengangkat." Kata ibuku dari seberang.

"Ada apa bu...???" Tanyaku.

"Ibu khawatir denganmu, kau tahu tadi saat ibu sedang memasak tak sengaja piring didapur jatuh...ibu takut sesuatu terjadi padamu. Jadi ibu telepon....kau tak apakan??"

Mendengar pertanyaan ibu, aku langsung menyadari kondisiku yang tidak baik-baik saja. Kugigit bibir bawahku, memikirkan jawaban yang tepat agar tak membuat ibu khawatir dan berbohong.

"Ehm.....ibu terlalu berlebihan, setiap apa-apa yang terjadi selalu ibu kaitkan dengan Mala...." Kataku.
Aku berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, kebiasaan ibuku setiap apapun yang terjadi padanya seperti, tangan yang tak sengaja teriris, gelas yang jatuh, fotoku yang jatuh, pokoknya semua hal aneh yang terjadi selalu dihubungkan denganku. Sebenarnya aku menyikapi sikap ibu dengan wajar karena dari kecil kami hanya tinggal berdua.

"Kau ini, ibu takut kau bunuh diri karena kekasihmu menikah...."

"Ibu....tak mungkin aku melakukan hal bodoh itu. Lagipula Bagas bukan kekasihku...."

"Hahaha...iya, tapi kau sudah menganggapnya sebagai kekasihmu kan??" Canda ibu.

"Sudahlah bu, sebentar lagi aku pulang...."

The wrong manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang