Part nine

53 3 0
                                    

    "hilang.....???" teriakku.

Sudah hampir dua jam pernikahanku tertunda, karena Ray yang tak kunjung datang.
   Tiba-tiba saja aku mendapat telepon dari pembantunya dan hal gila yang kudapat.

Hilang, pria itu hilang? apa dia tak berpikir kalau pernikahan bukanlah hal yamg bisa dipermainkan? bukankah dia sudah berjanji akan menikah denganku?

"dari tadi malam...??" tanyaku.

Seakan seluruh tenagaku hilang seketika, aku langsung mendudukkan diriku diranjang empuk. Yang seharusnya menjadi saksi malam pertama kami.

Tanpa basa-basi, aku langsung memutuskan sambungan dan menggenggam kesal ponsel ku.
  Di kamar ini tak ada siapapun, hanya aku. Entah datang darimana, aku seperti punya perasaan kalau pernikahanku hari ini tak akan terjadi. Karena beberapa hari sebelum hari ini, Ray seperti menyembunyikan sesuatu dariku.

*toktok

Aku langsung berjalan menuju pintu, saat mendengar ketukan darisana. Aku sudah siap jika ibu memarahiku, yang pastinya ini semua harus segera diakhiri, tak mungkin semua tamu menunggu sesuatu yang tak jelas.

"Mala....."

Jantungku mendadak berdegup kencang, saat Bagas langsung memeluk diriku.

"Bagas...??" ucapku bingung.

"apa kau sudah tahu...??" tanyanya, saat melepaskan pelukan dan melihatiku yang sepertinya mengekspresikan kesedihan.

aku hanya mengangguk, "dia menghilang...." jawabku.

"aku baru mengetahuinya beberapa menit lalu dari Melanie, dia bilang kalau mantan pacar Ray menemuinya dan mengajaknya pergi...." jelas Bagas.

"mantan pacar??" tanyaku bingung.

"iya, kalau tidak salah namanya William. Teman kuliahnya sewaktu di Sidney dulu...."

"William..??" tanyaku penasaran, bagaimana tidak. Nama itu adalah nama pria. seorang pria, atau aku yang salah.

"iya..." jawabnya.

"seorang pria...??" tanyaku.

"iya" jawab Bagas ragu.

".........."

--------------

Kudapati langit-langit kamar yang putih, kamar? atau kini diriku berada di awan, mungkinkah aku sudah mati? karena mendapat serangan jantung mendadak?

"sudahlah....jangan malu-malu, tante tahu dulu kamu suka Mala....."

Hampir saja aku putus asa dan menganggap diriku akan menjadi perawan selamanya, tiba-tiba kudengar suara ibu dari luar.

Ya, ini rumah sakit. Aku pingsan saat tahu Ray adalah seorang Gay dan mungkin aku dibawa kesini.

"dia sangat terguncang, karena batal menikah...bayangkan, calon suaminya seorang homo...."

Kudengar lagi suara ibu dan dia benar-benar sedang menceritakan aku pada seseorang.

"Bagaimana kalau kalian menikah saja, tidak enakkan memendam perasaan. Ibu rasa kalian memang di takdirkan bersama...."

Tak ada jawaban dari seseorang yang diajak ibu ngobrol, membuatku penasaran siapa pria yang ternyata diam-diam menyukai ku itu. Apakah dia tampan? Atau aku pernah bertemu dengannya? Apa aku pernah menyukainya?

Akibat rasa penasaran yang sudah menyelimuti pikiranku, tanpa sadar kaki ku menuruni ranjang dan mulai berjalan menuju pintu.

"Mala....!!!" Teriak ibu.

Aku tak bisa tahu apakah dia senang kini aku berada dihadapannya, atau malah kesal karena pembatalan pernikahan. Tapi kalau dipikir-pikir, tidaklah salah diriku sepenuhnya. Ibu juga menyukai Ray dan karena hal itulah aku jadi berani menikah dengannya.

"Kau masih ingat dengan Tadaka...??"

Lagi-lagi aku merasa akan pingsan, atau mati saja. Tadaka?? Pria yang lima belas tahun lebih tua dariku? Mantan tetangga yang berlagak layaknya sosiopat? Ini benar-benar gila.....

"Tidak..." Jawabku cepat, tak ingin melihat wajah pria yang memiliki nama ke jepang-jepangan itu. Namun, tak sedikitpun ada darah ninja mengalir didirinya.

"Kenapa begitu?" Tanya ibu heran.

"Kau tahu, besok kalian akan menikah dan malam ini harus saling mengenal...." Jelas ibu.

"Aku ngantuk bu...." Ucapku.

Aku tidaklah terkejut saat mendengar ibu akan menikahkan ku dengannya, bukannya tadi saat berada di dalam aku sudah mendengarnya.

"Ngantuk? Sudah hampir sembilan jam kau tidur, dan masih ngantuk..??" Tanya ibu.

"Sekarang lebih baik kau pulang kerumah bersama Tadaka, ibu akan mengurus administrasi mu disini..." Ucap ibu.

"Ibu gimana...??" Tanyaku.

"Sama dengan kami saja..." Ucap Tadaka.

Berfikir sebentar, ibu pun mengiyakan Tadaka.

Bersambung

The wrong manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang