Sangat sulit bagiku untuk melupakannya, dia dengan segala ketampanannya dan juga perasaanku padanya yang sudah cukup lama terpendam. Disimpan dalam ruang kosong yang paling nyaman di hatiku.
Namaku Mala, Himalaya. Seperti nama gunung ya... Aku tak tahu apa yang ada didalam fikiran kedua orang tuaku saat memberiku nama seperti itu. Tapi menurutku itu cukup keren. Ohya, aku bekerja sebagai pegawai rendahan biasa di perusahan penerbit. Sudah cukup lama, sekitar tujuh tahun dan aku rasa aku adalah pegawai terlama di tempatku bekerja."Mala, kau tahu salah satu cara yang paling mudah untuk melupakan seseorang adalah dengan tidak memmikirkannya..."
Itu temanku, Emily. Hampir sama lamanya denganku, hanya beda tiga bulan lebih dulu aku yang bekerja.
Dia tahu aku menyukai seseorang diperusahan tempat kami bekerja karena aku yang menceritakan padanya."Bahkan tidak memikirkannya aku tak mampu...." Ucapku pasrah.
"Sudahlah, dia akan menikah besok dan kau harus merelakannya...lagipula hubungan kalian tidak official, bukan???" Katanya.
Sedikit miris memang, aku dan pria yang kusukai sejak lima tahun itu benar-benar tak ada hubungan apapun. Tapi, aku bisa membela diriku mengapa aku begitu mantap dan yakin dengan perasaanku padanya.
Sikapnya, ya dia begitu baik padaku membuatku seakan hanya fokus pada satu pria dan itu dirinya. Fix-nya, selama lima tahun aku menutup perhatianku pada pria manapun hanya untuknya dan kini saat mengetahui dia akan menikah aku jadi gelagapan. Yaiyalah, aku sudah duapuluhsembilan tahun dan belum ada seorangpun pria yang menarik perhatianku dan menyukaiku."Ehm....bagaimana kalau pulang nanti kita ke mall?? Beli baju untuk pesta besok???"
"Kau gila...?? Aku bahkan tak mau datang" ucapku.
"Tak datang?? Kau jangan seperti itu, sikapmu itu menunjukkan kalau kau masih berharap padanya dan tak senang dengan kebahagiaannya..."
"Kau tak pernah diposisi aku sih..." Ucapku.
"Memang, tapi aku tahu jika seseorang sudah menikah kau tak berhak menganggu hubungannya artinya perjuanganmu untuk perasaan sukamu itu telah berakhir. Dan menurutku jika kau tak datang besok, kau masih berniat untuk memperjuangkannya karena belum mampu mengikhlaskannya...."
"Baiklah....aku benar-benar tak mau jadi perusak pernikahan orang lain..."
Perusak pernikahan?? Bahkan aku tak begitu menarik untuk dijadikan 'wanita idaman lain' mungkin orang akan berfikir dua kali untuk menjadikanku selingkuhan. Selingkuhan?? Wanita bodoh mana yang mau dijadikan selingkuhan, walau sebesar apapun rasa sukaku padanya dan usiaku yang semakin tua tetap tak ku izinkan diriku untuk melakukan hal murahan seperti itu.
---------------------
"Mily, gaun yang itu...aku suka" bisikku sambil menunjuk kearah gaun pesta hitam.
Jujur aku tak mengerti masalah gaun-gaunan seperti ini. Bahkan ini baru pertama kalinya bagiku memasuki toko bagus seperti ini.
" akhirnya kau menemukan yang kau mau...."
Mungkin sudah setengah jam kami berada ditoko ini tapi aku belum menemukan gaun yang cocok untukku. Pertama karena aku tak mengerti dan kedua harganya yang benar-benar tak masuk akal."Tapi....pria itu sudah mengambilnya" bisikku.
Emily yang sedari tadi memusatkan perhatiannya pada gaun-gaun yang bergantungan langsung menatapku.
"Kau gila....??? Kalau begitu cari yang lain saja" perintahnya.
"Tapi, hanya gaun itu yang harganya bisa kujangkau untuk saat ini..."
"Kau tahu harganya???"
"Ya....tadi aku sudah melihatnya dengan detail..."
"Mala....kenapa tak langsung kau ambil???" Kesalnya.
Aku hanya mampu nyengir dan menatapi wajah marah Emily.
"Oke, kau ikuti rencanaku ya..."
Dia merangkulku yang sepuluh sentimeter lebih tinggi darinya, ya dia harus menyamakan tingginya denganku untuk melakukan itu.
"Saat aku sudah mendapatkan gaunnya dan memberikannya padamu, kau langsung membayarnya dikasir. Jadi sekarang kau cukup berdiri di dekat kasir...." Bisiknya.
Diapun kemudian meninggalkanku, aku tak tahu apa yang ada didalam fikirannya untuk mendapatkan gaun itu dari tangan pria keren yang memakal kemeja hitam polos berlengan panjang.
"Permisi....." Emily menyentuh pundak pria yang sedang melihat-lihat koleksi gaun lain yang dimiliki toko ini.
"Boleh pinjam gaunnya sebentar?? Temanku ingin melihatnya. Sebentar...saja" ucapnya.
Jarak kami tak terlalu jauh sehingga aku mampu mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Emily.
Entah apa yang ada didalam fikiran pria itu, dengan lugunya dia memberikannya pada Emily. Dan saat gaun sudah berada ditangannya, saat itu juga aku bersiap-siap untuk membayarnya.
Dia berjalan kearahku dengan wajah menahan tawa sekaligus memberikan kode untukku agar segera membayar gaun yang tengah dibawanya kepadaku."Cepat bayar...!!!" Bisiknya.
"Cepat, mbak..." Perintahku.
"Tujuhratuslimapuluh ribu rupiah..." Ucap sang penjaga kasir.
Karena sudah tahu detail harganya aku memang sudah mempersiapkannya.
"Terima kasih..." Ucapnya.
Setelah mendapatkan gaun yang kuinginkan, kami langsung berlari meninggalkan toko. Tak tahu apa pria itu menyadari kepergian kami.
"Kau gila...!!!benar-benar gila. Bagaiman kalau pria itu marah..." Ucapku, saat kami sudah sampai didalam bis.
"Hahahaha....tenang saja, kita tak akan bertemu lagi padanya..." Ucapnya. Dia begitu sangat lega sepertinya.
---------------------
Di Resepsi Pernikahan pria yang kusukai.
Dengan gaun hitam selutut, dan lengan baju yang berhasil membuat ketiakku terpampang nyata. Hahaha aku benar-benar bingung menggambarkan bentuk dari gaun yang lengannya sangat pendek ini. Aku berjalan menuju pelaminan untuk memberikan selamat dengan sepatu yang tingginya mencapai lima sentimeter.
"Selamat ya Bagas..." Ucapku saat menyalaminya.
"Ya Mala, cepat nyusul ya..." Katanya.Gila, bagaimana aku bisa cepat menyusulnya sedangkan selama itu aku menutup diriku dari pria lain hanya untuk dia yang beberapa detik lalu mengatakan 'cepat nyusul ya...' .
Aku hanya mampu tersenyum dan berlalu darinya, namun sialnya saat aku menuruni tangga pelaminan langkahku sedikit terganggu karena kepalaku yang pusing mengingat, 'cepat nyusul ya...' Yang diucapkannya.
"Hampir saja..."
Seseorang yang berada dibelakangku memegangiku yang hampir terjatuh.Aku melirik kearahnya dan mengucapkan terima kasih. Kemudian menemui Emily yang saat itu tengah asik menikmati hidangan hotel bintang lima.
"Untung saja kau tak jatuh dan membuat malu..." Katanya saat aku berhasil duduk didepannya.
"Hah, kau melihatku..."
"Iya, tak sengaja. Dan kau tahu, pria yang menolongmu itu adalah pria yang kita ambil gaunnya tadi malam...." Ucapnya sambil mengunyah hidangan penutup.
"Benarkah...??" Tanyaku.
"Iya.... Dan kini ia tengah berjalan kearah kita" katanya.
"Benarkah...????" Aku langsung memutar tubuhku tiga ratus enam puluh derajat.
Bersambung......
Haihai guys...🤗🤗🤗 salam kenal sebelumnya....!!! Sebenarnya ini bukan cerita pertamaku tapi aku punya feeling kalau cerita ini bakal keren wkwkwkwk😝😝😝 jadi, keep reading ya.... Enjoy it.
Jangan lupa komen jika merasa ada kejanggalan di cerita ya... Nantikan part2 nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The wrong man
Dla nastolatkówWanita yang selalu bertemu dengan pria yang salah, diusia nya sudah berkepala tiga seakan takdir mengutuknya untuk bahagia dengan pria yang tepat. Apakah dia, Himalaya ditakdirkan untuk tak bahagia? Bahagia dengan pria pilihannya? Bahagia dengan pri...