Part ten

93 2 0
                                    

Aku kembali pada masa dimana akan merasakan kekecewaan. Aku tak mengharapkan pernikahan ini, menikah dengan pria aneh? Yang benar saja. Baiklah, aku tak akan mempermasalahkan usianya yang lebih tua lima belas tahun dariku, aku cukup tahu diri untuk hal seperti itu.

"Melamun saja..." Suara ibu mengejutkan ku.

"Bu, apakah ibu sangat ingin aku menikah...?" Tanyaku, pandanganku tertuju pada cermin meja rias yang memperlihatkan diriku yang sedang duduk dan ibu, yang tengah berdiri merapikan rambutku.

"Iya sayang, ibu ingin kamu bahagia...." Ucapnya.

"Jujur saja bu, aku tak bahagia dengannya..."

Ibu menghentikan kegiatannya, dia melihatiku dari cermin. Raut wajahnya tak bisa kubaca. Datar.

"Cobalah, ibu yakin dia bisa membahagiakanmu..." Ucapnya.

Tak kujawab perkataan ibu, diriku hanya mampu menutup mata dan berharap ini semua hanyalah mimpi. Aku tak ingin ibu kecewa, tapi menikah dengan pria seperti Tadaka, adalah sebuah kebodohan yang disengaja.

"Coba kau ingat kebaikan yang dia lakukan, mungkin bisa mengubah pemikiranmu tentangnya. Ibu tahu, kau sangat tak tertarik dengannya. Tapi, bisakah kau mengerti? Pria seperti apa dia? Yang sangat berani menikahimu diusiamu yang ketiga puluh ini...??" Jelas ibu.

Kebaikannya? Aku bahkan tak ingat sama sekali. Dulu, saat dia menjadi tetanggaku. Sudah terdoktrin dikepalaku, kalau dia adalah om-om gila yang sering mengurung diri dan doyan mengintip dari dalam rumahnya. Seperti pengecut.

"Sah...."

Akhirnya, gerbangku menuju neraka dunia telah terbuka. Kini, aku tinggal menunggu kesengsaraan yang akan segera tayang dan terjadi pada kehidupanku.

"Sebaiknya kau tersenyum..." Bisiknya, kini kami tengah menyalami orang-orang yang sepertinya bahagia atas kesengsaraanku.

"Bagaimana jika aku tak mau..." Jawabku.

"Kau akan tahu akibatnya nanti..." Ucapnya, melanjutkan aktivitas menyalami orang-orang.

Tadaka, walau dia adalah seorang penyendiri. Ya, setidaknya itulah yang kutahu dulu sekitar 10 tahun lalu ketika dia jadi tetanggaku. Dirinya memiliki sebuah perusahaan properti warisan dari orang tuanya.
Cukup kaya dan mapan, mungkin itu salah satu alasan ibu menikahkan ku dengannya.

----------

Malam telah memaksa sang mentari untuk istirahat atas perintah sang rembulan. Kini, dirinya yang menggantikan mentari untuk menyinari kegelapan malam.

Dikamar besar hotel berbintang lima ini, aku terduduk dan masih memakai gaun pengantin. Tadaka, pria itu tengah mandi dan suara gemericik air menganggu telingaku.

"Ya Tuhan....apa yang harus aku lakukan...??" Ucapku pelan, ketika suara gericik air mulai hilang dan berubah jadi keheningan. Aku yakin, sebentar lagi dia akan keluar dan entah akan melakukan apa padaku.

*ceklek

Suara pintu terdengar, akupun mulai mendengar langkah kakinya berjalan menuju tempatku.

"Aaakhh...." Suaraku tercekat.

Tadaka mencekik ku dari belakang, kupukul-pukul lengannya yang mengitari leherku dengan sekuat tenaga.

The wrong manTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang