"Kenapa sih, harus warna pink..???" Tanyaku. Benar-benar menyebalkan. Untuk datang ke pesta saja ditentukan pakaiannya.
"Sudahlah Mala, masih syukur kita di undang. Kau tahu kan, kalau istri Bagas itu kaya raya sedangkan kita? Astaga....seharusnya kau senang bisa datang ke pesta orang kaya..." Jelas Emily.
"Sudah pernah, waktu nikahan Bagas..." Kataku.
" sekarang ini beda, kita party tahu tidak...??"
" iyaiya...party kalangan jetset pasti menyebalkan. Ehm....tapi, minumannya mungkin mahal-mahal ya.." Kataku. Mencoba untuk mencari celah kesenangan pada pesta yang akan kudatangi nanti malam. Pesta kepulangan bulan madu Bagas dari Korea. Aneh, bukannya kalau malam hari pakai warna hitam. Ini pink. Bayangakan betapa bodohnya orang-orang yang datang nanti malam.
"Iya....makadari itu, kau bisa bawa tas yang besar untuk membawa pulang minuman disana..." Kata Emily.
"Kau fikir aku tak mampu membeli minuman disana? Seperti pengutil? Sangat bodoh..." Kataku.
"Kenapa sih, kau sangat malas. Jangan-jangan kau masih tak suka dengan pernikahan Bagas..."
"Bukan.....aku hanya sedang tidak mood. Kau tahu kan, ponsel ku hilang semalam, jadi tak bisa menghubungi Ray..."
"Astaga....hanya karena itu. Kenapa harus kau fikirkan dia... Bukankah kau sendiri yang bilang kalau dia lama-kelaman terlihat seperti menjauhimu?"
Mendengar perkataan Emily aku jadi semakin tak senang hari ini. Memang benar, sejak beberapa hari lalu Ray seakan menjauhiku. Dia seperti tak ingin dekat denganku saat aku bertemu dengannya di department store. Waktu itu dia tengah melihat-lihat make up, lantas aku menanyainya dan sepertinya dia tak senang. Ah....aku jadi merasa bersalah jika mengingatnya lagi.
"Ohya Mala, bukankah kau bilang kalau Ray adalah sepupu dari istrinya Bagas? Mungkin saja dia diundang..." Kata Emily saat tengah memilih gaun pink di butik langganan kami, sebenarnya langganannya dia.
"Iya juga ya...." Kataku.
"Iya...jika kau ingin dia suka padamu lagi, seharusnya kau berpenampilan menarik malam ini...."
"Baiklah..." Kataku, bertekad ingin cantik dan menarik malam ini.
---------------
Aku tak tahu berapa rupiah uangku terbuang sia-sia hanya untuk mempermak wajahku, rambutku, dan gaun mahal yang kubeli. Sial, aku menyesal dibuatnya gajiku satu bulan habis hanya untuk satu malam.
"Kau jangan menangis, nanti make-up mu luntur...." Kata Emily, sambil mengendarai mobilnya.
"Kau benar-benar sesat, jika aku beli makanan pasti sudah sangat kenyang..." Kataku, sambil mencoba untuk menahan tangis.
"Astaga....kau tahu, jika kau beli makanan ujungnya jadi kotoran. Tapi, kalau begini mungkin Ray akan suka padamu dan mungkin dia bisa jadi suamimu..." Jelasnya sambil tertawa.
"Kau gila..!!!" Kataku.
"Sudahlah....uangkan bisa dicari...." Kata Emily.
Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju club malam elit, tempat pesta kepulangan bulan madu Bagas dan istrinya. Aku tak mengerti mengapa Bagas mau mengadakannya di club.
KAMU SEDANG MEMBACA
The wrong man
JugendliteraturWanita yang selalu bertemu dengan pria yang salah, diusia nya sudah berkepala tiga seakan takdir mengutuknya untuk bahagia dengan pria yang tepat. Apakah dia, Himalaya ditakdirkan untuk tak bahagia? Bahagia dengan pria pilihannya? Bahagia dengan pri...