↑↑↑ Megita Adiska in mulmed ↑↑↑
Lama gak pernah update. Maaf jika ada beberapa kalimat yang sumbang karena saya masih dalam tahap belajar :v
--------++--------
Tok..tok..tok..
"Non Sena, ini ada kiriman bunga," aku tahu suara siapa ini. Mbak Na tepatnya.Saat pintu kamar kubuka, terlihat mbak Na yang hendak mengetuk kembali pintu kamarku sambil membawa sebuket bunga.
"Eh non, ini ada kiriman bunga. Wangi ya non bunganya, jadi pingin dikirimin bunga juga," ujarnya centil menciumi bunga yang ada di tangannya dan segera menyerahkan buket tersebut padaku.
"Dari siapa, mbak?" kini buket tersebut berada di tanganku dan membuat diriku terkejut karena yang kubawa ini adalah sebuket mawar hijau.
"Endak tau, non. Tapi tulisannya buat non Sena,"
Kulihat kartu ucapan yang menggantung pada buket tersebut dan hanya tertulis sebuah tulisan
Untuk: Sena Dwivona W.
From: GB
"Yaudah non, saya beres-beres dulu,"
"Makasih ya, mbak,"
Kututup pintu kamar, dan duduk di pinggiran kasur. Tanganku gemetar saat menamati sebuket bunga beserta kartu ucapan yang berada di tanganku ini. Buket ini memiliki 8 tangkai bunga mawar hijau, sama seperti apa yang diberikan Alm. Kak Dion setiap aku ulang tahun.
Lalu, siapa itu GB? Dan anehnya aku sedang tidak berulang tahun hari ini, mengapa tiba-tiba ada kiriman bunga untukku?
Seketika itu terputar kembali senyuman yang selalu terpatri di wajah kak Dion. Aku sangat merindukannya. Kutahan air mataku. Karena tidak boleh ada air mata yang jatuh lagi. Kalau kak Dion melihat, ia pasti sedih. Kak Dion selalu mengajarkanku bagaimana menjadi pribadi yang kuat. Bukan lemah.
Kuingat-ingat kembali siapa orang yang kukenal dengan inisial nama GB namun hasilnya nihil. Aku tak pernah punya teman ataupun kerabat dengan inisial GB. Namun..
Reka
Bagaimana dengan nama Reka?
Zareka Geovadil BrimantamaGeovadil Brimantama? Mungkinkah ia hanya menggunakan nama belakangnya saja?
Ah, mana mungkin Reka mau repot-repot mengirim bunga ke rumah? Lo kegeeran banget, Sen.
Sepertinya ini karena kejadian-kejadian beberapa hari lalu bersama Reka yang membuatku merasa Reka telah menerimaku, atau Reka telah memberiku kesempatan. Membuatku merasa berharap lebih kepadanya.
Kuusir jauh-jauh pemikiran tadi yang sama sekali tak masuk akal.
Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka.
"Kak, pinjem charger, dong." ternyata Raga yang nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu."Kamu tuh ketuk pintu dulu gak bisa apa?! Kalo kakak lagi ganti baju gimana?!" bentakku sambil mencari charger di dalam laci dan memberikannya pada Raga.
"Yee.. Kalopun kakak ganti baju atau telanjang juga gak ngaruh ke aku, badan tepos gitu apanya yang menarik?" kikiknya yang terbirit keluar dari kamarku sambil membanting pintu.
"HEH!! DASAR ADEK KURANG AJAR!! AWAS LOO!!!" teriakku yang hanya dibalas dengan bunyi bantingan pintu darinya.
Kedatangan Raga barusan benar-benar merusak suasanaku. Bagaimana tidak, sebelum Raga datang aku benar-benar dalam keadaan haru merindukan kak Dion. Namun, setelah Raga menerobos masuk kamarku semua perasaan rinduku tergantikan dengan...
Perasaan bahagia karena masih memilikinya dalam hidupku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Insensible
Teen FictionDia yang lupa akan kehadiranku dihidupnya Dia yang seakan menutup matanya tak pernah melihatku Dia yang selalu saja menjadi orang asing bagiku Dia yang ku kira menjadikanku tempat terakhir di hatinya Dan untuk dia yang saat ini berada di tempat lain...