Part 8

120 9 9
                                    

Part ini seharusnya buat kalian baper, tapi berhubung saya gak pinter bikin romantic moment ala-ala drama korea jadi.. Yaah.. Semoga cukup puas ajasih.

--------++--------

Hari ini adalah hari Minggu dan Megi yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung mengecek ponselnya yang berada diatas kasur.

Merasa ponselnya bergetar segera ia buka aplikasi Line untuk melihat siapa yang mengirimnya pesan.

Abiro Dewangga : ketemuan di cafe Lemonade jam 11 nanti. Gk pake enggak. Don't be late!

Megita Adiska : ngapain? Gw males keluar rmh.

Abiro Dewangga : kirim alamat rmh lo, ntar gw jemput.

Megi mengerutkan keningnya. Untuk apa tiba-tiba Biro mengajaknya keluar? Pasti ingin membicarakan sesuatu yang penting padanya. Tapi apa itu Megi tidak tahu. Setelah mengirim alamat rumahnya pada Biro, Megi melihat jam pada ponselnya dan bergegas berganti pakaian.

¢ΠΠΠΠΠΠΠΠ¢

Di dalam cafe Lemonade Megi dan Biro saling duduk berhadapan diiringi lagu  Up - Olly Murs ft. Demi Lovato yang terputar saat itu.

Biro yang berada di depan Megi mengajukan pertanyaan, "Sena sama si Reka ada hubungan apa?" tanya Biro to the point.

Megi mengerutkan keningnya ketika Biro mengajukan pertanyaan tadi. "Sena suka sama Reka," gumam Megi sambil menyedot minuman yang dipesannya.
"Apa lo gak sadar sikap Sena setiap kali dia dideket Reka?" lanjut Megi.

"Gue sadar. Makanya gue tanya sama lo,"

Megi mengangguk-anggukkan kepalanya dan kembali menatap gelasnya.

"Udah nih. Lo ngajak gue kesini cuman nanyain begituan?" tanya Megi dengan air muka datar.

Megi mengamati laki-laki didepannya itu dengan teliti. Adakah sesuatu yang Biro sembunyikan darinya maupun Sena. Megi memang baru mengenal Biro. Melihat sosok Biro pertama kalinya Megi bisa mendiskripsikan bahwa laki-laki ini adalah laki-laki yang humble dan care, apalagi dengan orang yang sudah lama dikenalnya.

Biro nampak sedang berpikir. Menatap kosong segelas minuman di depannya.
"Udah berapa lama?" tanya Biro tiba-tiba memecah keheningan diantara mereka.

"Huh?" Megi mendongak setelah memainkan sedotan di dalam gelas.

"Berapa lama Sena punya perasaan ke Reka?"

"Entah, gue gak tau yang pasti. Tapi itu udah lama. Sejak.. SMP," ujar Megi dengan nada tak yakin, "iya sejak SMP. Kata dia sih, dulu pernah ngungkapin perasaanya lewat surat-surat, gitu. Tapi si Reka sama sekali gak pernah ngebales perasaannya," cerita Megi.

Megi kembali mengaduk-aduk minumannya. Lalu kembali menatap mata lelaki didepannya itu. Dilihatnya Biro tampak sedang berpikir. Dan Megi sama sekali tak dapat mengartikan ekspresi Biro kala itu.

Megi masih menatap lelaki didepannya itu dengan tatapan menyelidik. Mencoba menemukan jawaban untuk apa Biro menyakan hal kecil seperti ini padanya, mungkin tidak kecil bagi Biro. Mengingat Biro merupakan sahabat kecil Sena sejak dulu.

Baru beberapa hari mengenal Biro, seperti telah mengenal laki-laki itu bertahun-tahun.

Merasa ditatap oleh Megi, Biro mendongak dan tersenyum kearahnya.
Sedang yang ditatap malah berdeham dan memalingkan muka.

"Ehm.. Lo ngapain jauh-jauh ketemu gue kalo cuman sekedar nanya soal Sena? Di chat Line juga bisa, kan?" tanya Megi.

"Yah.. Gapapa lah. Lagi suntuk aja dirumah,"

InsensibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang