Prologue

1.7K 146 3
                                    

Di dalam ruangan yang luas dan sunyi, sebenarnya aku sudah muak.

Bahkan ingin menghancur apapun yang bisa kuhancurkan.

Aku bahkan tidak lagi berminat untuk menulis lagi. Aku sudah memutuskan untuk melindungi diriku lebih dulu.

Di hunian mewah ini, aku tidak ada bedanya dengan hewan peliharaan yang terkurung. Gara-gara batu sialan yang terus menempel di lenganku.

Batu ini justru malapetaka bagi hidupku.

Aku benci! Aku benci sekali sama hidupku!

Tuhan belum cukup puas melihatku menderita seperti ini. Kugunakan jemari ini menulis jutaan kata tapi tidak ada yang sadar akan eksistensiku. Apa aku seharusnya mati saja?

Tapi tidak ada benda yang bisa membuatku mati bodoh. Tepatnya aku belum terpikir ke sana.

Aku ingin keajaiban. Aku ingin sebuah hal yang baru dalam hidupku. Sejak kapan terakhir kali aku merasakan kebahagiaan?

Ketika semua orang meninggalkanku dalam diam, mengabaikanku persis sampah. Mungkin kata bahagia akan menjauh dari jiwaku. Kutumpahkan linangan air mata yang tidak akan disambut oleh ketenangan.

Dingin. Menyakitkan. Menyedihkan. Menyengsarakan.

Setiap hari, aku hanya bisa melihat pemandangan dari ventilasi yang telah dipasang oleh jaring besi. Malam itu, langit masihlah gelap karena naungan indigo yang bertaburkan bintang.

Kedua manikku menemukan bintang yang bersinar dan jatuh entah ke mana. Cepat-cepat kukatupkan kesepuluh jemariku.

'Izinkan aku bahagia, tidak di hunian ini. Di mana pun tidak masalah, tapi bukan di sini,'

Entah doa itu akan terdengar atau tidak, aku hanya ingin mengucap harapan yang sebentar lagi akan pudar dimakan oleh waktu.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Author Note :
Bonjour minna-san!
Dengan seri baru utapri versi fantasi ini, aku berharap kalian akan menyukainya seperti karyaku sebelumnya, Princafé.

See ya on the next part!

Feel The Soul [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang