Chapter 16

1.2K 166 61
                                    

Joan' POV

Sedari tadi, aku tidak bisa tidur. Ini baru pertama kalinya dalam hidupku diperlakukan seperti tadi dengan teman ku sendiri. Selama ini, aku belum pernah merasakannya. Masih terpikirkan oleh ku akan hal tadi.

Bagaimana Zayn dan Eliza ya? Mereka pasti menunggu ku sedari tadi. Bagaimana aku bisa menghubungi mereka? Handphone ku saja diambil Kendall.

Pintu kamar Harry terbuka pelan. Astaga, itu Zayn! Aku tersenyum lebar melihatnya lalu aku duduk di kasur. Ia menghampiri ku lalu duduk di depan ku.

"Lo ngga apa-apa kan Jo?", Zayn menatap ku dalam sambil memegang tangan ku.

Aku tersenyum, "ngga apa-apa Zayn. Cuma rada shock aja, tapi sekarang udah ngga apa-apa kok"

Zayn tersenyum lega, "tadi gue dapet kabar dari Harry kalo lo ada di sini, jadi gue jenguk lo ke sini aja"

"Ohh. Maaf ya Zayn ngga bisa ngabarin lo, hp gue ada di Kendall"

"Iya ngga apa-apa. Yang penting buat gue sekarang lo itu ngga kenapa-napa hehe", aku tersenyum lalu Zayn mengeratkan pegangannya di tangan ku, "Jo, gimana? Lo mau ngga jadi pacar gue?", mata cokelat nya menatap mata ku.

Siapa yang menyangka ini sebelumnya? Bahkan aku pun tidak. Tidak menyangka seorang senior yang tenar seperti Zayn menyatakan perasaannya pada ku.

"Jo?"

"Eh hmm, iya Zayn gue mau", aku tersenyum, begitu juga dia.

Zayn memeluk ku. Aku juga memeluknya. Aku benar-benar bahagia.

Harry's POV

Aku berjalan menuju kamar ku untuk melihat keadaan Joan sekaligus memberikan handphone nya.

Tapi, saat membuka kamar, pandangan buruk ada di depan mata ku sekarang.

Zayn dan Joan berpelukan. Ditambah lagi wajah Joan yang sangat sumringah itu. Beda sekali saat aku menemukannya di gudang tadi.

Begitu Joan melihat ku, ia langsung melepas pelukannya dengan Zayn dan Zayn juga menengok ke arah ku lalu tersenyum.

Aku menghampiri mereka, "kalian berdua ngapain?", tanya ku dengan alis kanan ku yang terangkat.

"Kita udah jadian, Har", jawab Zayn dengan senyum bahagia nya itu.

Aku terdiam sambil memandang mereka berdua. Perasaan ku tidak dapat dideskripsikan lagi. Entah kenapa rasanya dada ku jadi sesak mendengar kabar ini. Tapi, bukannya seharusnya aku senang?

Aku langsung tersenyum lebar, "wah bagus dong. Selamat ya bro!", aku dan Zayn berpelukan ala laki-laki. "Selamat ya Jo, akhirnya!", aku juga memeluk Joan, erat.

Joan melepas pelukan ku, "makasih ya Har", ia tersenyum, pipinya memerah, membuatnya sangat cantik.

"Iya hehe. Oh ya, ini hp lo", aku merogoh tas ku dan memberikan handphone itu kepada Joan.

Joan melongo, "kok bisa? Lo samperin Kendall ya tadi? Kan gue udah bilang Har ja--"

"Ssttt udah diem. Pokoknya lo ngga usah pikirin soal Kendall dan yang lainnya. Pokoknya lo harus bahagia sama Zayn", kata ku sambil tersenyum.

Halah, muna lo Har.

Joan dan Zayn terkekeh.

"Eh Zayn, traktir makan dong. Pajak jadian hehehe", kata ku.

"Boleh boleh. Nanti malem yuk, ajak yang lain juga. Ajak Eliza juga boleh", aku tertawa. Ya, aku harus merelakan Joan.

Malam

Kami bertujuh sudah berada di restoran dekat kampus. Untung saja Zayn itu orang kaya, jadi bisa pesan makanan sepuasnya hehe.

Aku memperhatikan Joan. Ia duduk diantara Zayn dan Eliza. Ia tampak sedang bercerita dengan Eliza. Mungkin soal kejadian di gudang tadi?

Ah, aku tidak peduli. Melihat Joan tertawa bahagia seperti itu sudah cukup bagi ku.

"Har, cobain dong makanan lo", kata Louis membuyarkan lamunan ku.

"Iya ambil aja"

Louis mengambil tiga sosis milik ku dan memotong omelet ku dengan porsi besar. "Eh pea, lo mau nyobain apa mau ngerampok?"

"Hehehe", dia malah cengengesan dengan omelet yang penuh di mulut nya.

Aku kembali memperhatikan Joan. Ia sedang tertawa sambil dirangkul Zayn. Zayn juga mencium puncak kepala Joan. Entah kenapa aku muak melihatnya

Aku beranjak dari kursi ku. "Gue ke balkon bentar ya", semua orang di meja itu memperhatikan ku.

"Ngapain Har?", tanya Liam.

"Nyebat, biasa. Haha", aku pun pergi ke balkon.

Dasar Harry bodoh, bodoh! Kau yang memperjuangkan mereka supaya jadian, kau juga yang sekarang menyesal.

Melepaskan beberapa wanita yang dulu ku sukai untuk cowok lain sangat mudah bagiku, kenapa yang kali ini terasa sulit?

"Harry", suara khas Joan memanggilku. "Ngerokok mulu", kata dia lalu tertawa kecil.

Aku terkekeh, "baru juga satu malem ini"

"Tapi dari tadi pagi udah banyak kan?"

Aku hanya terkekeh membalas ucapan Joan.

"Har... makasih banget ya. Coba aja waktu dulu lo ngga ngajak Zayn ke kedai es krim pas gue sama Eliza makan di sana, mungkin ngga bakal jadi begini. Coba aja lo ngga ngumpetin dompet Zayn waktu dia mau dinner sama Gigi, mungkin sekarang juga ngga akan jadi happy ending", kata Joan lalu tersenyum lebar sambil menatap ku.

Aku mengangkat sebelah alis ku, "happy ending?"

Wajah Joan tampak bingung, "iya, happy ending, Har"

"Happy ending buat lo, Jo. Tapi sad ending buat gue"

Joan mematung melihat ku, "maksud lo? Kok lo ngomong gitu sih Har?"

"Udah lupain aja", aku menghadap keluar balkon, aku tidak mau menatap Joan.

****

kalo kalian jadi joan pilih sama harry apa sama zayn? HAHA

oh ya guys doain gue besok uas matematifuck:')

makasih banget yang udah baca cerita ini dan vomment di chapter2 sebelumnya. sayanggg bgt sama kalian:*

yang silent readers semoga tergerak hatinya untuk meninggalkan jejak ya hehe

The Senior // harry s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang