Chapter 4

1.6K 198 8
                                    

"Boleh kok Har duduk aja", kata Zayn. Tapi Harry diam saja. Aku menatap Gigi, begitu juga sebaliknya, ia tersenyum canggung pada ku.

"Siape nih?", tanya Harry yang pastinya bingung dengan siapakah aku.

"Joan, kenalan dulu nih sama temen gue, Harry", kata Zayn sambil senyum.

Ya sudahlah, pasrah.

Aku akhirnya mendongakan wajah ku sambil cengengesan.

"Hai Joan", kata Harry sok ramah. Aku tidak mau menjawabnya, ia langsung duduk di sebelah ku. "Gue sebelomnya ngga pernah duduk sama maba, ini gue duduk sama maba karena terpaksa ye", huhhh menyebalkan sekali!

"Ya udah mulai sekarang lo harus udah biasain diri", kata Zayn.

Harry memutar bola mata nya sebagai jawaban untuk Zayn. "Eh Joan, baju gue udah dicuci belom?"

Duh, mati. Kan belum ku cuci.

"U-udah kok hehe. Ini la-lagi dijemur", ucap ku berbohong.

"Bagus. Soalnya pas welcome party nanti gue mau pake baju nya. Jadi jam tiga sore lo harus nganterin baju gue ke kamar gue", kata Harry santai.

"Kamar lo nomor berapa?"

"261"

"Ya udah entar gue anterin", aku mengunyah roti dengan kesal.

Setelah roti ku abis, aku langsung bergegas ke kamar ku. "Bye Zayn, bye Gigi", kata ku tanpa mau menganggap Harry. Terserah dia mau marah atau apa.

Aku kembali ke kamar dan sudah tidak ada Kendall di sini. Aku langsung mengambil kemeja milik Harry dan bersiap mencuci nya.

Setelah itu aku menjemurnya, semoga saja cepat kering. Sambil menunggu, aku pun tidur karena tidak ada kerjaan.

02.00 PM

Aku makan siang di kamar ku sambil nonton televisi dan juga sambil menunggu baju Harry kering.

Selesai makan, aku pergi ke balkon untuk memeriksa baju Harry. Untung saja sudah kering, hanya di bagian ujung tangan dan kerah nya yang masih sedikit basah. Tapi tidak apa-apa, bagian itu bisa ku keringkan dengan hair dryer.

Setelah seluruh nya kering, aku pun keluar kamar dan menuju dorm cowok bagian senior semester 5.

Akhirnya aku menemukan kamar 261. Aku mengetuk pintu nya lalu seseorang membukakan pintu.

Ia mengerutkan alisnya, "siapa lo?", sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya, tapi dimana ya?

"Gue Joan. Gue ke sini mau kasih bajunya Harry", kata ku sambil tersenyum sopan.

"Oh mau ketemu Harry. Bentar ya", dia meninggalkan pintu dan memanggil nama 'Harry'.

Oh ya aku baru sadar. Dia kan yang ada di foto yang Kendall kasih liat kemarin. Tapi aku lupa dia Louis atau Liam ya?

"Nah gitu dong, daritadi kemana aja lo", kata Harry lalu menyambar kemeja milik nya yang ada di tangan ku.

Aku melipat tangan ku di dada sambil mengernyitkan bibir ku. Tanpa berkata apa-apa, Harry langsung menutup pintu nya. Tapi ku tahan pintu nya.

"Apa lagi sih?", tanya Harry.

"Bilang makasih kek, apa kek"

"Buat apa gue bilang makasih, ini emang udah tanggung jawab lo cuci baju gue. Nih tips nya", dia memberikan ku dua buah permen. Aku terdiam kesal melihat permen yang ada di telapak tangan ku.

Aku melihat kembali wajah nya. Ia menjulurkan lidah nya lalu menutup pintu kamar nya. Huh, ini terakhir kali nya aku berurusan dengan dia!

Aku kembali ke dorm cewek mahasiswa baru. Di tengah jalan, aku bertemu Eliza.

"Joan? Lo abis darimana?", tanya Eliza.

"Gue dari kamar Harry nih abis nganterin baju", Eliza malah tertawa.

"Sabar ya baru masuk udah di bully senior", aku memutar bola mata ku. "Oh iya. Siap-siap yok buat welcome party nanti. Kamar lo kosong kan?"

"Ya sejauh ini sih iya. Tapi ngga tau deh kalo Kendall ternyata udah di kamar"

"Ngga kok. Kendall ada di kamar gue sama Barbara dan yang lainnya. Mereka berisik banget jadi gue keluar aja deh. Bentar ya gue ambil baju gue terus ke kamar lo ya"

Aku terkekeh, "oke deh. Gue tunggu ya", aku pun menuju kamar ku.

Aku mengeluarkan baju yang akan ku pakai nanti. Aku sebenarnya juga masih ragu memilih baju ini atau tidak.

Tok tok tok

Aku langsung berlari membukakan pintu lalu mempersilakan Eliza masuk.

"Menurut lo gimana kalo gue pake baju ini?", Eliza memberikan ku pakaian bawaannya.

Dia akan memakai tank top hitam, jaket berbulu hitam, jeans hitam, dan sepatu motif leopard.

"Kayaknya cocok deh sama lo, soalnya serba hitam gitu", entah mengapa, bagiku ia cocok sekali dengan warna hitam.

"Hehe gue kan emang suka warna hitam. Eh kalo lo mau pake baju apa?"

"Kayak nya sweater ini terus rok yang ini deh", aku memperlihatkan sweater berwarna putih dan rok berwarna pink. Aku juga akan memakai high heels warna cokelat tua.

"Cocok banget sama lo Jo. Kayaknya warna pink cocok deh sama lo", hehe aku senang kalau ada orang yang bicara begitu, karena aku suka sekali warna pink.

"Hehe ya udah deh gue pake ini aja. Tapi gue ngga bisa make up nih, lo bisa ngga?"

"Bisa kok, nanti gue bantuin deh make up nya", aku tersenyum lega.

Sebenarnya aku lebih cocok sama Eliza dibanding Kendall. Huh, kenapa ya aku ngga sekamar aja sama Eliza? Ah, tapi tidak apa-apa lah, yang penting Kendall kan baik.

***

The Senior // harry s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang