Sebuah tempat tepatnya berada di sebelah utara kota joseon. Berdirilah sebuah bangunan yang sangat megah nan kokoh. Orang-orang biasa menyebutnya gyeongbokgung palace. Sebuah istana yang cukup terkenal dan tidak di ragukan lagi keindahan bangunan-bangunan di dalamnya. Terlihat juga beberapa penjaga yang tengah berdiri di gerbang masuk istana, untuk menjaga tempat tersebut. Sesekali mereka saling bertukar shift. Hal itu dilakukan setiap pagi dan sore hari.
Seorang pria berjubah merah dengan simbol naga emas terukir indah di jubahnya tengah berdiri mengamati pemandangan istana, tepatnya di pavilium istana. Hembusan angin membuat jubah kebesarannya itu menari-nari mengikuti irama yang di tiupkan. Gayanya yang berwibawa dengan tatapan bijaksananya membuat setiap orang tahu bahwa dia adalah seorang penguasa, meskipun jenggotnya sudah mulai memutih. Tatapannya kini menerawang jauh.
Tidak ada yang berubah, pikirnya. Masih seperti lima belas tahun yang lalu perasaan khawatir bercampur penyesalan itu selalu berkecamuk di dalam benak dan pikirannya.
Tidak lama kemudian, beberapa dayang istana datang menghidangkan berbagai macam makanan untuk makan siangnya.
"jeohna! Yang Mulia Ratu datang menemui anda" lapor salah satu dayang istananya.
Orang yang di panggil Jeohna pun membalikkan tubuhnya.
"Saya memberi hormat kepada anda Jeohna" sapa selir In yang kini sudah bergelar menjadi seorang Ratu.
Raja Jegyong menatap istrinya dengan raut wajah yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Ada apa denganmu jeohna? Apakah anda sakit?" Tanya selir In khawatir.
"Tidak terasa waktu cepat berlalu dan..." Raja menghentikan perkataannya sejenak kemudian memalingkan mukanya kembali ke arah nuansa yang membuatnya bernostalgia. "..aku masih merindukannya" lanjutnya kemudian.
"Saya tahu anda masih mengingat kejadian masa lalu itu, dan mungkin anda tidak akan pernah bisa melupakannya..tetapi, itu sudah menjadi bagian dari masa lalu anda jeohna, jadi anda tidak perlu merasa bersalah terus menerus seperti ini" ujar selir In menghibur suaminya.
"Ya kau benar, tapi ada sesuatu yang membuatku takut.." cemasnya.
"Joseong hamnida jeohna, sebenarnya aku tidak terlalu tahu dengan apa yang terjadi padamu selama ini, sebenarnya apa yang anda takutkan?" Tanya selir In heran. Selama ini ia hanya tahu suaminya sedih karena kepergian istri pertamanya. Sebab suaminya itu tidak pernah menceritakan semua rahasia yang dimilikinya.
'Aku takut jika ternyata anak itu masih hidup' gumamnya. Raja Jegyong menghembuskan nafasnya pelan. Ia pun membalikkan posisinya ke arah istrinya. "Ah animida, mungkin aku hanya terlalu mendramatisir penyesalanku saja. Oh ya mana Joon Gi dan Hyun Wo?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Sepertinya mereka berada di kamarnya jeohna, biar saya panggil mereka dulu" pintanya.
"Geurae, ajaklah mereka makan bersama."
"Ye jeohna" selir In pun bergegas menemui kedua putranya dengan di temani seorang dayang setianya. Dayang Han.
Di sisi lain,
Seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian ala prajurit dan kain pengikat kepalanya tengah memacu cepat kudanya ke arah istana. Para pengawal yang berdiri di depan gerbang istana tersebut segera membuka lebar pintu gerbang untuk mempersilahkannya masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Emperor of Joseon
Historical FictionDi bawah cahaya bulan yang berpendar terang, Joseon kembali merlahirkan dua matahari calon pewaris tahta untuk berkuasa pada zamannya. Dimana dua calon pewaris tahta ini terlahir dari ibu yang berbeda, seorang ratu dan selir raja. Ratu So melahirkan...