Chapter 8
-Annabelle Parker, Abbey Street-
“Good Nite!” Demi Tuhan! Apa yang baru saja kulakukan? Aku benar-benar tak percaya bahwa tadi aku telah menceritakan kisah masa laluku pada Aiden. Semuanya, secara jelas dan gamblang. Entahlah! Mungkin terdengar gila. Tapi sekarang aku merasa ringan. Seolah semua beban yang menghimpitku selama bertahun-tahun ini hilang entah ke mana.
“Ah, Good Nite!” Balasku karena baru menyadari aku belum membalas sapaannya. Pantas saja sejak tadi Aiden tak pergi dari hadapanku. Sekali lagi jantungku menunjukkan ketidaknormalannya saat melihat senyum itu tersungging dari bibir tipis Aiden untuk yang kesekian kalinya malam ini. Yeah harus kuakui, aku benar-benar telah jatuh ke dalam perangkapnya. Memang benar jika banyak orang yang mengatakan bahwa cinta sama sekali tak mengenal logika. Aku pun mulai mengerti bagaimana perasaan Mom. Mengapa sampai sekarang pun ia belum bisa melupakan Dad.
Aku hanya bisa berdiri diam di depan restoran sembari memandangi sosok Aiden yang masuk ke dalam Ford putihnya sampai sedan keluaran Eropa itu menghilang dari jarak pandangku. Baiklah! Aku lelah terus menyangkalnya. Dan aku hanya bisa berharap, Aiden bukanlah sosok pria seperti yang kutakutkan.
Ketika mendorong pintu kaca restoran, aku baru menyadari bahwa aku masih mengenakan jas Aiden di bahuku. Astaga! Kenapa bisa lupa tak kukembalikan? Argghh... kau memang bodoh Ann! Tapi aku senang memakainya. Rasanya hangat dan masih bisa kurasakan aroma tubuh Aiden yang menguar dari jas ini. Demi Tuhan! Apa yang kupikirkan?
“Mom?! Wha-what Happenned? Mom?!” Siapapun, kumohon tolonglah!
-Riverside Hospital, Abbey-
Aku benar-benar tak bisa berpikir setelah menemukan Mom dalam keadaan tidak sadar di lantai. Rasanya kakiku gemetar dan sampai sekarang aku masih bisa merasakannya. Tuhan tolong selamatkan Mom! Kumohon! “Minumlah!” Aku mendongak ketika kudengar suara Aiden di hadapanku. Yeah Aiden. Dia yang mengantarku dan Mom ke Riverside Hospital. Karena hanya namanya yang ada dalam benakku saat itu dan tanpa sadar aku sudah menelponnya. Maafkan aku Aiden. Aku telah mengganggu waktu istirahatmu. “Hey, kenapa diam saja?”
“Oh?” Kuulurkan tanganku untuk meraih sekaleng kopi hangat di tangannya. Rasanya kehangatan dari kaleng berisi kopi itu memberikan rasa yang lebih baik pada tanganku yang dingin. Bisa kurasakan kini Aiden duduk di sebelahku.
“Tenanglah! Tidak akan terjadi apa-apa pada Ibumu.” Kau baik sekali Aiden. Aku janji akan membalas semua kebaikanmu malam ini.
Kuberanikan diri untuk menatap wajahnya dan kudapati senyum hangat itu masih tersungging di bibirnya. Senyum yang sampai saat ini selalu dapat membuatku ling-lung. “Thanks,” Aku ingin memaki diriku sendiri karena hanya itu yang bisa kuucapkan padanya. Seharusnya kupersilahkan dirinya pulang agar ia bisa istirahat secepatnya. Tapi aku benar-benar membutuhkannya malam ini. Persetan jika orang-orang mengataiku egois. Aku merasa rapuh. Bagai sebuah piring retak yang akan hancur begitu saja hanya dengan memberikan sedikit tekanan. Hingga tanpa kusadari, pipiku basah oleh air mata. Aku menangis... menangis dalam dekapan hangat Aiden. “Jangan pergi...” desisku lirih di sela-sela isakanku.
-Aiden Lee/Lee Donghae-
Aku sedang dalam perjalanan ke flat-ku saat tiba-tiba ponselku berdering dan langsung memutar arah saat kudengar suara Ann yang terdengar serak di ujung sana. Aku tak menyangka akan terjadi sesuatu pada Mrs Parker. Kuperhatikan selama beberapa hari terakhir dia sehat-sehat saja walau terlihat sedikit pucat. Semoga tak terjadi apa-apa padanya. Rasanya seperti ada yang meremas kuat jantungku saat melihat kondisi Ann malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate That I Love You
FanfictionSejak kecil Annabelle Parker membenci Ayahnya karena telah meninggalkan sang Ibu berjuang seorang diri membesarkannya. Rasa benci Ann terhadap sang Ayah merembet pada kebenciannya terhadap pria Asia lain. Aiden Lee, lelaki asal Korea yang pergi ke L...