Chapter 10
-Annabelle Parker, Burial Area-
Dingin dan basah. Bisa kurasakan rintik hujan membasahi sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Air mataku menyatu dengan hujan yang sama sekali tak berhenti turun sejak pagi tadi. Tapi tak ada yang bisa mencegahku menjauh dari Mom. Sekalipun Dad, Spencer dan semua yang hadir di sini memaksa dan menarikku berteduh di bawah payung yang mereka bawa. Tubuhku tetap membawaku kembali ke sini. Lebih dekat dengan Mom. Aku benar-benar tak ingin berpisah darinya.
Dadaku masih terasa sesak. Sejak tadi, mataku tak lepas menatap nanar gundukan tanah di hadapanku. Mom. Aku tak percaya semua ini terjadi begitu cepat. Baru dua minggu berlalu semenjak membaiknya hubunganku dengan Dad. Baru dua minggu aku merasakan hangatnya keluarga kecilku yang lengkap dengan kehadiran Dad dan Mom di sampingku. Tapi sekarang... semuanya berakhir. Penyakit-sialan itu membawa Mom pergi dari sisiku. Penyakit-sialan itu memisahkan kembali keluarga kecil kami yang sempat terpisah. Aku tak sanggup memikirkan apa-apa lagi saat pagi tadi Mom memintaku dan Dad mendengarkan pesan terakhirnya. Pesan terakhir yang membuat penglihatanku kabur dan merenggut semua oksigen yang berhasil kuhirup.
Hiduplah lebih lama dari Mom dan isilah seluruh hidupmu dengan senyum kebahagiaan bersama orang yang kau cintai. Jangan biarkan kesedihan menghancurkanmu Honey, Mom akan selalu ada untukmu. Di sini, di hatimu.
Sesak itu kembali saat kata-kata Mom sekali lagi terlintas di benakku. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, bisa-bisanya Mom masih memikirkan kebahagiaanku. Namun tiga hal yang berhasil menguatkan aku, hingga diriku masih bisa tegak berdiri setelah kepergian Mom. Yang pertama, senyum di bibir Mom sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Semua itu menunjukkan bahwa waktu dua minggu ini adalah yang terbaik dalam hidupnya. Kedua, bahu hangat Dad yang selalu ada untuk menopangku di saat kesedihan itu kembali datang. Dan yang ketiga, Aiden. Tidak, bukan Aiden. Tapi Lee Donghae. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menemuinya lagi dan mengungkapkan semua rasa terima kasihku padanya. Berkat jasanya, Aku, Mom dan Dad kembali bahagia, walau kebahagiaan itu tidak lama. Bahkan bisa dibilang begitu singkat.
Aku masih sangat merindukan saat-saat tawa Mom dan Dad mengalun merdu di telingaku ketika membicarakan kenakalan-kenakalanku semasa kecil. Merindukan saat Dad dan Mom membelai puncak kepalaku dan memelukku dengan tubuhnya yang hangat. Merindukan saat Mom dan Dad memberiku petuah dan memanggilku dengan sebutan sayang. Namun semua itu hanya terjadi dalam waktu dua minggu. Sangat singkat, hingga membuat dadaku sesak. Ingin sekali kembali ke masa itu, menghentikan waktu dan tetap bahagia bersama orang-orang yang kucintai, tapi harapanku hanya harapan kosong yang tak mungkin terjadi. Waktu memang sesuatu yang cepat hilang dan tak mungkin kembali.
“Annie,” Kesadaranku kembali terkumpul ketika kurasakan tangan hangat Dad di bahuku. Aku bisa merasakan Dad juga berjongkok di sampingku dengan tangannya yang melingkar di bahuku. “Cath, aku janji akan membahagiakan Annie kecil kita. Memberinya kasih sayang yang selama ini tak pernah kuberikan untuknya,” kudengar Dad bergumam dengan suara bergetar. Aku yakin kesedihannya tak lebih baik dari yang kurasakan. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ia telah menelantarkan anak istrinya bertahun-tahun lamanya, dan kembali di saat sang istri akan menemui ajalnya. Tapi aku kagum pada ketegarannya. Ia berhasil menunjukkan wajah tegar bahkan menopangku yang kini terlihat seperti orang linglung. “Annie, berhentilah menangis. Aku yakin Ibumu tak akan senang melihatmu begitu.” Kulirik sosok Dad yang kini menatapku sembari tersenyum. Senyum itu memang tersungging di bibirnya, tapi Dad tak bisa bohong dengan tatapan matanya. Aku ikut berdiri ketika Dad memintaku. Tempat ini sudah sepi, hanya ada aku dan Dad di sini. Hujan yang semula deras, kini hanya berupa rintik-rintik kecil dan langit pun sudah tak lagi gelap seperti beberapa jam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate That I Love You
FanfictionSejak kecil Annabelle Parker membenci Ayahnya karena telah meninggalkan sang Ibu berjuang seorang diri membesarkannya. Rasa benci Ann terhadap sang Ayah merembet pada kebenciannya terhadap pria Asia lain. Aiden Lee, lelaki asal Korea yang pergi ke L...