Part 10 - Lomba

1K 37 1
                                    

Saat istirahat tiba, aku habiskan dengan membaca Novel yang baru dibelikan oleh Ibu.
Novel ini sangatlah seru, kurasa.

"Nata De Coco! Lagi ngapain?"

"ugh Noel, bisa gak lo gak ganggu gue dulu? Gue mau selesaiin baca Novel ini! Sana pergi! Hush" usirku

Noel pasti kalau menemuiku cuman dengan satu tujuan, yaitu mengangguku

"siapa juga yang mau gangguin lo? Pede banget"

"terus lo mau ngapain? Minta duit?"

"gak boleh berfikiran jahat tentang gue Nat, tapi ide lo boleh juga sih"

Daripada mengurusi Noel yang tidak akan pernah selesai menjahiliku, lebih baik aku membaca kembali Novelku.

Disaat aku ingin membalik halaman Novelku, Noel memulai aksinya, ya mengusiliku.

Ia menyolek-nyolek lengan kiriku
"Noel! Apaansih?!" aku kesal sekali dengan Noel saat ini
"gapapa, gue cuman bosen"

"gue juga bosen kali dijahilin lo mulu"
"tapi gue gak pernah bosen ngejahilin lo, lo tuh lucu buat dijahilin, dan gak boleh ada yang jahilin lo selain gue"

Saat Noel selesai ngomong seperti itu, fikiranku tidak terarah ke Novel yang kupegang, melainkan ke ucapan Noel.

Noel memang begitu, ia suka sekali melihat pipiku berubah menjadi merah.

"tapi kan lo jahilinnya bisa nanti aja! Gue lagi serius baca Novel!"
"gue tau kok lo lagi baca Novel, yaudah baca aja gue tungguin"

Aku mencoba menfokuskan diriku pada Novel ini, berharap aku bisa menikmati alur cerita yang ada di Novel ini.

Namun, konsentrasiku buyar saat Noel memainkan rambutku, ia menggulungkan rambutku dijarinya, lalu melepasnya, dan melakukan lagi, sehingga rambutku menciptakan model keriting sedikit.

Aku hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah manis Noel. Ku harap ini akan selalu terjadi, jujur aku tidak bisa jauh dari Noel.

Namun sikap manisnya seketika memudar saat ia menjambak pelan rambutku yang tadi ia mainkan

"Noel! Sakit!"

Noel hanya tertawa puas saat melihat reaksiku akan kelakuannya.

"oh ya Ko, gue pun-"

"Ka Ko Ka Ko, emang gue koko koko tukang bangunan, gue Nata! Bukan Koko"

"sensi aja, gue serius nih"
Kayaknya Noel memang tidak ingin bercanda saat ini.
Aku meletakkan Novel yang kupegang diatas mejaku, dan menghadap ke arah Noel.

Mata coklatnya yang indah itu mampu membuatku salah tingkah, entah kenapa.

"Gue punya info baru, kata Kak Sye kampusnya dia lagi ngadain lomba buat cerpen gitu lho"

Oh pasti Noel menyarankanku untuk ikut lomba itu
"terus?" tanyaku meminta Noel melanjutkan omongannya

"lo ikut ya? Ya? Pasti lo bakalan menang!"

Fikiranku tidak pernah bisa optimis seperti Noel, apapun yang kulakukan pasti aku selalu berfikir pesimis.

"gak ah, gue nanti yang ada malu-maluin, gue juga gak yakin bakalan menang, udahlah gak usah"

Coba kalian fikirkan, seluruh SMA di Jakarta Selatan akan mengikuti lomba itu, kesempatanku untuk menang pasti akan kecil, mengingat bahwa aku juga masih amatiran dalam perihal menulis.

"ih, lo tuh kalo belom coba jangan langsung pesimis, apa salahnya sih coba doang? Siapa tau lo menang kan? Lagipula kalo lo gak menang juga kan lo udah ada pengalaman ikut lomba nulis gitu, ngasah bakatlah intinya"

Ya itulah Noel, selalu memberikan masukkan optimis kepada diriku yang selalu pesimis.

"oke gue coba"

-----
Noel aku beruntung menjadi seorang pesimis yang memiliki teman atau mungkin lebih dari teman yang selalu memberiku masukkan optimis, aku beruntung sekali.

Tapi Noel, saat ini, kamu sudah merubahku menjadi orang yang optimis, bukan Nata si Pesimis lagi.
Terimakasih Noel.

Mungkin kamu akan bosan membaca ini, tapi aku tidak pernah bosan untuk mengulangi apa yang kurasakan tiap hari nya,
Aku merindukanmu Noel, dan rindu ini makin hari makin membesar.

CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang