Bruk!
Semalam aku pasti bermimpi jatuh lagi. Sekian kalinya, aku bermimpi terjatuh dari tempat tinggi, dan disinilah sekarang aku berada. Lantai kamar.
Jam menunjukkan pukul 6.45.
"APA?! GUE TELAAATTT!!!"
Aku segera bersiap untuk berangkat sekolah. Tidak sampai 5 menit, aku sudah selesai berganti pakaian. Tentunya aku mandi juga.
Aku segera turun dan berpamitan. Lalu kukayuh sepedaku untuk sampai ke sekolah.
Selama perjalanan, aku terus merutukki diriku yang semalam suntuk bermain game bersama adikku. Benar-benar hari yang sial!
Sesampainya di dekat sekolah, aku turun dari sepeda dan menuntunnya sampai depan gerbang.
Oh, tidak. Pintu gerbang sudah tertutup rapat. Dan ada pak satpam yang menjaga dari luar sambil memainkan ponselnya.
Aku mendekati satpam itu, dan mengeluarkan jurus andalanku. Mengedipkan kedua mataku sambil merayu beliau.
"Halo, pak," sapaku berbasa-basi.
Ia hanya melirikku lalu menatap ponselnya kembali. Aku memaki satpam ini.
Ini satpam atau kepsek sih, kok gini amat.
"Halo, pak satpam ;)" Oke, itu emot yang sangat menjijikkan.
Ia tetap tidak mendengarkan.
"Pak, bolehin saya masuk ya, pak?" rayuku dengan nada manja.
"Boleh ya pak?"
Ia menatapku tajam.
"Kalo mau masuk jangan telat," sindirnya.
"Yaelah, pak. Kan nyatanya saya telat, sekalii aja pak, bolehin saya masuk pak," pintaku lagi.
Sebenernya gak cuma sekali sih, berkali-kali malah.
"Ja-ngan te-lat," ulangnya tanpa bersuara. Aku mendelik. Benar-benar satpam yang egois.
"Please ya pak. Bolehin saya masuk."
"SEKALI NGGAK YA TETEP NGGAK!!" Ebuset, ni satpam galak amat dah.
"Aduh, pak. Nanti saya ketinggalan pelajaran dong pak. Lagian ini jamnya Pak Ardi, guru killer itu. Bisa-bisa saya dilahap habis-habisan pak. Nanti kalo saya tinggal tulang belulang gimana, pak?" Aku sampai jijik sendiri mendengar perkataanku barusan.
"Bukan urusan saya."
Astaga, lama-lama gue gampar ni satpam.
"Aduh, pak. Tolongin saya dong pak."
"Gak."
Kata paling nyebelin keluar dari mulut satpam itu. Bener-bener deh.
"Ya ampun, pak. Masa bapak tega banget sih sama saya?"
"Salah sendiri telat. Siapa suruh."
"Pakk pleaseeee..."
"Ngeyel banget. POKOKNYA NGGAK!" Etdah, abis ini, kalo dibolehin masuk, gue bakal begal bapak ini.
"Yaudah deh pak. Padahal saya tadi mau jajain bapak serabi greentea yang baru itu loh pak, kalo bapak mau tolongin saya. Ya jadinya gak jadi deh pak," ucapku sengaja untuk membujuk bapaknya membukakan pintu. Mana ada serabi greentea. Ngarang kali aku.
"Gak mempan," sahutnya. Aku menggeram. BAPAKNYA KERAS KEPALA BANGET SIH! KESEL GUE JADINYA!
"Beneran gak mempan, pak? Saya beneran loh pak, suer gak boong," ujarku sambil mengacungkan dua jari membentuk huruf 'V'.
"Kamu boleh masuk setelah jam istirahat tiba."
"HOREEE! Nah, gitu dong pak daritadi. Tapi, nanti saya ketinggalan pelajaran banyak banget dong."
"Gak urusan."
"Yaudah, udah mending saya dibolehin masuk."
"Tapi beneran traktir bapak, atau bapak gak akan bolehin." Yah, ni bapak ada maunya. Dimana coba cari serabi greentea? Yaudah deh, pasrah aja. Yang penting dibolehin masuk.
"Iya-iya pak, janji deh."
***
"Lo telat lagi?" Entah gadis di depanku ini menebak atau menyindirku.
Candira Fartiani.
Sebaris nama tertulis di dada kirinya. Ia adalah sahabatku.
"Hmm," jawabku singkat.
"Eh lo tau gak? Tadi waktu pelajaran Pak Ardi tuh ya, kita sekelas disuruh ngerjain 80 soal essay dan itu harus dikumpulin! Gila banget gak sih?" celetuk Dira tiba-tiba.
"Dan kita cuma dikasih waktu 45 menit buat ngerjain! Sumpah ya, gue pengen banget ngapain Pak Ardi gitu. Tapi ntar gue jadi murid durhaka dong ya, gamau gue," sambungnya.
Aku tertawa terpingkal-pingkal.
"HAHAHA UNTUNG GUE TELAT!"
Sebaris kalimat yang mampu membuat Dira memakiku habis-habisan.
Dira adalah seorang cewek tomboi, yang suka sekali dengan dunia basket.
"Di dunia ini ada gak ya, murid durhaka kepada gurunya?" tanya Dira yang sukses membuat tawaku kembali meledak.
"Lo kali, Dir! Gue sih gak berminat ya, yang ada gue durhaka kepada pak satpam!"
Dira melongo. And, sumpah. Wajahnya gak nguatin iman banget. Njir, bikin kebelet tuh anak.
"Eh bentar ya."
"Mau kemana lo?"
"Toilet."
"Hayo lo mau ngapain?"
Aku menoyor kepalanya.
"Mau mandi tujuh bunga harum semerbak wangi!" jawabku asal.
"Mandi tujuh bunga harum semerbak wangi apaan? Baru denger gue. Emang ada?" tanyanya (sok) polos.
"Pinter banget lo! Kalo tau gak ada kenapa nanya pe'a!" "Udah ah, gue kebelet banget sumpah!" Aku langsung ngibrit masuk toilet dekat kantin.
***
"HEH KALO JALAN LIATNYA PAKE MATA, BUKAN PAKE JEMPOL!" bentak cowok yang kutabrak barusan.
"Ya maap elah, galak amat sih. Gue juga jalan udah pake mata. Lo aja kali yang pake jempol!" balasku tak mau kalah.
"Berani banget lo ya!"
"Udah ah, males banget debat sama lo. Ganteng-ganteng kok nyebelin." Aku pun pergi meninggalkannya yang menahan amarah. Kudengar ia menendang tembok dan memakiku dari kejauhan.
***
"DIRAAAAAAAAA!!!"
"Apaan sih, toa banget lu!" serunya.
"Biarin. Eh eh tau gak lo? Gue tadi abis ketemu, eh maksudnya nabrak cowok ganteng," ujarku mulai bercerita tentang kejadian tadi.
"Tapi sumpah, tu cowok nyebelinnya minta ampun! Untung ganteng, kalo enggak, udah gue gampar daritadi," dengusku.
"Oh."
Satu kata paling nyebelin yang pernah keluar dari mulut Dira.
"GUE CERITA PANJANG LEBAR SAMPE MULUT GUE PENUH BUSA GINI CUMA LO JAWAB 'OH' DOANG? GILA LO! TAU GINI GUE GAK CERITA!" teriakku. Ia hanya menanggapinya dengan wajah datar dan menutup kedua telinganya. Sudah menjadi kebiasaan aku seperti ini.
"Siapa suruh cerita," sahutnya.
"Anjir banget lo ya!"
"Kan gue udah bilang..." ucapan Dira kupotong.
"IYA-IYA GUE TAU! BAWEL DAH LO!"
KAMU SEDANG MEMBACA
F A K E
Teen FictionTrue friend itu yang gak munafik, yang gak nggosipin lo, yang gak baik di depan doang, yang gak nusuk lo dari belakang, dan yang gak nikung lo. Fake smile, fake laugh, and fake me. Welcome to my world - Cashera Andristia - [[PRIVATE STORY]]